Beberapa waktu lalu, saya ngobrol bersama dr. Tri Suci. Beliau adalah dokter kandungan. Sebagai wanita beneran, bukan jadi-jadian, wajib dong tanya-tanya ke ibu dokter seputar kehamilan dan proses melahirkan, mumpung dokternya ada di depan mata. Kalau kudu konsultasi ke klinik dokter, tentulah harus mengeluarkan isi dompet , hehehe.
Ya, sudah diduga sodara-sodara, berbincang dengan dokter kandungan itu, banyak sekali ilmu yang didapat. Salah satunya, kenapa melahirkan itu sakit...? Berikut cuplikan obrolannya.
“Saya pernah ditanyain sama pasien : Dok, kenapa sih melahirkan itu harus sakit..? Terus saya jawab : Kalau melahirkan gak sakit dan tiba-tiba langsung melahirkan, nanti melahirkannya bisa terjadi di mana-mana. Bisa kececeran di mall, di kantor, di toilet atau pas lagi jalan-jalan. Kalau begitu gimana? Merepotkan semua orang, kan? Nah, berbeda jika proses melahirkan pake sakit dulu. Saat proses sakit itu, kita bisa membawa sang ibu ke rumah sakit, diperiksa dokter, dipantau perawat dan melahirkan pun dilakukan dengan prosedur yang benar oleh orang yang kompeten. Jadi, keselamatan ibu dan bayi terjaga. Tuhan sudah mengatur semuanya” Begitu jawaban dokter Tri kepada pasiennya yang tengah menunggu kehadiran bayinya ke dunia.
Selain itu, kata dr. Tri, kalau proses melahirkan itu mudah, gak pake sakit, nanti orang bisa punya banyak anak dong, karena mengganggap melahirkan itu gampang. Jadi, melahirkan tidak menjadi sesuatu yang mulia atau sesuatu yang ditunggu lagi.
Oh, ya ada yang mau merencanakan perjalanan jauh gak dalam waktu dekat ini. Travelling gitu, ke kawasan Puncak, Cisarua, Bogor misalnya..? Nah, kalau lagi hamil, gak boleh lho tidur di kawasan yang tinggi, karena akan berpengaruh pada kehamilan.
“Kawasan yang tingginya 360 meter di atas permukaan laut, oksigennya tipis banget, jadi berbahaya buat bayi. Kita saja yang normal bisa bikin sesak nafas, apalagi kalau lagi hamil. Jika duduk terlalu lama dalam perjalanan pun, tak baik untuk ibu hamil, karena membuat aliran darah tak berjalan dengan baik dan bisa membentuk bekuan-bekuan darah. Kalau mau travelling jauh, dianjurkan saat kehamilan pada trisemester 2, antara 14 sampai 28 minggu.”
Soal mitos, saya tanyakan juga, lho.
Katanya, kalau mau melahirkan lancar, harus minum minyak goreng satu gelas, supaya licin?
“Kan bayi itu berada di dalam selaput atau kantung, jadi tidak terkena minyak, atau tidak dilalui oleh minyak goreng tadi, alias gak ngaruh.”
Mengapa wanita yang berusia 40 tahun rawan dengan kehamilan?
“Karena, sel-sel telur dan organ-organ tubuhnya sudah regenerasi alias tidak seoptimal saat masih berusia 20 atau 30 an. Sel-sel tubuh kita tentu sudah tua. Jadi saat wanita mengandung di usia 40 tahun, kondisi pembuluh darah, jantung, dan organ-organ tubuh laiinnya, sudah tak sekuat saat masih muda. Pun dengan lakil laki yang usianya sudah 40 tahunan, kualitas spermanya juga gak akan sebaik saat ia masih usia muda. ”
Oh, kirain, wanita yang mengandung di usia 40 tahunan itu, rawannya pada saat melahirkan, karena gak kuat lagi ngedennya. (pertanyaan lugu)
“Tidak, kalau melahirkan, itu kan sudah output (hasil). Jadi bisa saja melahirkan secara normal atau cesar. Yang dikhawatirkan adalah saat masa-masa mengandungnya."
Katanya, kalau mau melahirkan lancar, harus minum minyak goreng satu gelas, supaya licin?
“Kan bayi itu berada di dalam selaput atau kantung, jadi tidak terkena minyak, atau tidak dilalui oleh minyak goreng tadi, alias gak ngaruh.”
Mengapa wanita yang berusia 40 tahun rawan dengan kehamilan?
“Karena, sel-sel telur dan organ-organ tubuhnya sudah regenerasi alias tidak seoptimal saat masih berusia 20 atau 30 an. Sel-sel tubuh kita tentu sudah tua. Jadi saat wanita mengandung di usia 40 tahun, kondisi pembuluh darah, jantung, dan organ-organ tubuh laiinnya, sudah tak sekuat saat masih muda. Pun dengan lakil laki yang usianya sudah 40 tahunan, kualitas spermanya juga gak akan sebaik saat ia masih usia muda. ”
Oh, kirain, wanita yang mengandung di usia 40 tahunan itu, rawannya pada saat melahirkan, karena gak kuat lagi ngedennya. (pertanyaan lugu)
“Tidak, kalau melahirkan, itu kan sudah output (hasil). Jadi bisa saja melahirkan secara normal atau cesar. Yang dikhawatirkan adalah saat masa-masa mengandungnya."
Ini dia dr. Tri Suci |
Kapan baiknya pemeriksaan kesehatan atau kesuburan dilakukan..? Apakah jelang menikah..?
“Ada pasien yang datang pada saya untuk periksa kandungan (untuk melihat kondisi rahim bagus atau tidak, bisa hamil atau tidak?), karena dia akan menikah. Saya bilang sama dia, kalau yang namanya mau periksa kandungan, itu dilakukan jauuuuuh sebelum acara pernikahan. Maksudnya, sebelum mendaftar ke KUA, sebelum ada pertemuan keluarga, sebelum merancang tanggal pernikahan, dsb.
Kenapa begitu..? Karena, jika saya katakan pada pasiennya, kalau ternyata rahim dia gak bagus misalnya, atau sperma pasangannya gak subur, apakah dia rela rencana pernikahannya dibatalkan?
Jadi, kalau ada pasien yang datang untuk periksa kesehatan, sementara ia sebentar lagi akan menikah, saya jadi malas memeriksanya. Saya cuma tanyain ke dia: Kamu mens gak setiap bulan? Lancar gak? Kalau mens setiap bulan dan lancar, ya bearti kamu punya rahim, hahhaha....
Jadi begini lho, kalau mau periksa kondisi kesehatan kehamilan, itu, periksalah ketika pasangan sudah merasa sreg satu sama lain, namun belum ada kesepakatan untuk menikah. Jadi, kalau dari hasil pemeriksaan kondisi reproduksi salah satu dari pasangan tadi sama-sama sehat, maka pasangan tadi akan bisa lebih pede untuk menikah.
Begitupun sebaliknya, kalau dari hasil pemeriksaan, salah satu ada yang kondisinya tidak sehat, nah... ini kan bisa dibicarakan. Bisa hubungannya dilanjutkan, atau bisa saja putus karena hal tadi. Kalau pun akhirnya jadi putus, itu lebih baik, kan rancangan pernikahan belum disusun. Lagipula, salah satu tujuan menikah, kan untuk punya anak. Naa, kalau kita sudah tau dari awal kondisi kesuburan organ reproduksi pasangan kita, lebih enak menentukan kelanjutannya."
Kata orang, kalau perempuan yang suka nyakitin hati ibunya atau sering berbuat kesalahan sama ibunya, bakalan susah melahirkan. Bener gak sih , dok..?
Dokter Tri tersenyum mendengar pertanyaan saya.
“Ya, namanya juga melahirkan itu kan jihad atau perjuangan, jadi memang harus banyak doa, salah satunya doa dari orang tua kita,” jawabnya simple."
Ah, kurang deh rasanya tanya-tanya dengan ibu dokter ini. Tapi, karena beliau juga harus bertugas, jadi gak bisa panjang ngulik-nguliknya. Namun, dari obrolan yang berlangsung sekitar 30 menit itu, ada beberapa hal yang saya terlupa dan ada juga yang sengaja tak saya publish di sini, karena berkaitan dengan sesuatu hal.
Tapi, biar infonya cuma sedikit, semoga ada manfaatnya ya, temen temen, hehehe..
Ada lagi yang mau share soal kehamilan atau mitos kehamilam? Boleh berbagi di kolom komentar ya...:)