Mau Lihat Biawak dan Ribuan Burung? Liburanlah ke Pulau Rambut


Bersantai di Pulau Rambut....

Sudah lama mataku tak dimanja oleh pasir putih dan suasana pantai. Tlah lama pula tubuh sexy ini tak dibelai sepoain angin laut. Oh, kangen dengan kicau burung dan oksigen hutan beserta penghuninya. Eh, tetiba, di week end yang cerah ada yang mengajak liburan. Hajar...! Yuhuuu, berlayarlah tubuh ini ke Pulau Rambut, Sabtu (24/5/2015) lalu. Pernah mendengar nama pulau ini? Saya sih baru tau tentang pulau ini, ya kemarin itu, hihihih. Pulau Rambut ini salah satu pulau yang berada di gugusan kepulauan seribu juga, kok.

Bersama teman-teman dari Perusahaan Investasi, Reksadana dan TRASHI (Transformasi Hijau), kami bertemu di gedung Reksadana, Jakarta Pusat, agar berbarengan menuju Pulau Rambut. Sebagian lagi langsung menuju ke pelabuhan. Pukul 07.30 WIB kami berangkat dari gedung itu. 

Wow, gedung Reksadana itu cetar, lho, desainnya antik. Pilarnya, gak nahaaaan. So, pagi-pagi buta, sambil menunggu yang lain datang, saya mengabadikan dulu gedung mewah ini.  

Gedung Reksadana, Jakarta Pusat

Saya pikir, untuk menuju ke Pulau Rambut, akan melalui pelabuhan Muara Angke yang ajib-ajib itu. Setahun yang lalu, saya pernah kesana untuk menuju ke Pulau Harapan. Masih terbayang semerawutnya pelabuhan itu sampai sekarang. Padahal, wisatawan tiap hari mondar mandir  di pelabuhan kumal itu.. :((( 

Oh, untunglah, kami  tak melalui itu...

Kami berangkat melalui pelabuhan tanjung pasir yang berada di Banten. Buset, jauh bingit perjalanan daratnya, sekitar 2 jam dari Jakarta. Sampai di pelabuhan, kami langsung naik kapal nelayan sewaan.  Beberapa temna yang sudah  lebih dulu datang, sudah duduk  cantik di kapal. Setelah formasi sekitar 30 orang  lengkap, kapal pun berlayar...yuhuu... 

Mari berlayar

Wow, sepanjang perjalanan, kami disuguhi dengan aksi burung-burung laut. Ada yang terbang bergerombol. ada yang berwarna putih, hitam ada putih lurik hitam. Kawasan Pulau Rambut, memang terkenal dengan surganya burung laut. Burung-burung ini ada yang berasal dari Australia dan bermigrasi ke Pulau Rambut. 

Perwakilan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI, Warsajah menyebut ada sekitar 50 jenis burung di sekitar tempat ini. Ada jenis burung kicau, burung air dan bangau. Jumlahnya sekitar 10 hingga 20 ribu burung. Tak heran, dalam perjalanan laut untuk menuju ke tempat ini, ratusan burung burung laut itu memperlihatkan aksinya sepanjang perjalanan. Keren euy, jarang-jarang melihat burung. Sayang, burung-burung itu jauh, jadi tak tertangkap di kamera ponselku. Tapi, penampakannya persis seperti gambar yang saya pinjam di bawah ini.


Yey...burung burung itu  (foto minjem disini )

Cuma butuh waktu duduk 30 menit di kapal, eh..sudah nyampe...:)) Ternyata dekat ya ke Pulau Rambut dari pelabuhan ini. Kirain bakal berjam-jam, hihihih.....

Dermaga Pulau Rambut..

Singgah di dermaga pulau rambut, udara sejuk dan sepoi angin laut langsung menyapa kami. Kamera handphone langsung dimainkan untuk selfie di pinggir pantai dermaga. Yang lain pun  idem....wkwkwkw....

Selfie dulu yak...


Usai berselfie ria, kami mendekati "pondokan" atau rumah tempat istirahat.  


Ini tempat peristirahatannya....
Meski pulau ini kecil dan  tak berpenghuni, tapi kami disambut dengan air kelapa muda. Pengelola pulau, memanjakan kami dengan air minum khas pantai itu. Aih, saya langsung mendekat dan mencomot buah degan. Ah,..dahaga langsung hilang, berganti dengan kesejukan. 

Mari minum air kelapa...
 
Ayunan jaring yang diikatkan di antara dua pohon cemara pantai pun menjadi rebutan. Tua muda ingin menikmati ayunan di pinggir pantai itu. Maklum, jauhnya perjalanan dari Jakarta, membuat tubuh  terasa capai.

Asiknya berayun-ayun....

Setelah jeda sejenak. Kami berkumpul membentuk lingkaran. Pak Buang, pengelola pulau, dan Pak Warsijah dari BKSDA DKI Jakarta, memperkenalkan diri dan menceritakan sedikit tentang pulau yang kami singgahi ini.

Ngumpul sejenak, biar lebih akrab, hehehe


Jelajah hutan

Tujuan kami datang ke pulau ini, selain refresing, juga untuk menanam mangrove. Namun, sebelumnya  kami diajak lebih dulu memasuki hutan campuran di Pulau Rambut.. "Kami ajak jalan dulu ke hutan, supaya kalian bisa  melihat, ada apa sih di Pulau Rambut ini?" begitu kata Pak Buang, saat kami hendak memasuki hutan.

Saat tiba di gerbang hutan, teman-teman pemandu dari TRASHI memperingatkan kami agar jangan berisik dan mengecilkan volume handphone. Karena, hewan-hewan yang ada di hutan akan lari atau tidak nyaman kalau terdengar suara berisik. Kami menuruti perintahnya. Bukankah tujuan masuk hutan, salah satunya, ya supaya bisa melihat hewan-hewan imut itu, toh ??

Hmm..., saya masuk hutan lagi.. senangnya.....

Eh, baru beberapa langkah masuk, udah ada lubang-lubang menganga. Kata pemandu kami, itu adalah lubang biawak. Lubang itu, terjejer hampir di sepanjang hutan. Artinya, hewan ini ada di dekat kami. Saking besarnya itu lubang, saya  sampai terperosok ke dalamnya. Deuh, keseleoh... Untung gak parah.. haduhh...

Ini ngetem, krn melihat laba-laba :)
“Sssst..... diam, itu ada biawak. Jangan berisik. Kalau berisik ia akan malu dan ngumpet, ” begitu kata salah satu pemandu kami.

Wew,  akarnya  gede...
Benar, ketika mendengar suara berisik, biawak–biawak itu pergi. Tapi, kami sempat melihatnya. Badannya besar, seperti anak komodo. Ekornya melibas gagah.

Tak jauh melangkah, kami juga melihat ular piton berlurik kuning. Ular itu bergelayut di cabang pohon. Tak bergerak. Ada yang ketakutan, ada pula yang sibuk mengabadikan gambarnya. Sayang, saya tak memotret ular itu, takutt euy.. Begitupun, dengan gambar biawak, karena dia keburu kabur...:))

Plang arah..
Sambil berjalan, saya bertanya, apakah jelajah hutan ini akan memakan waktu yang cukup lama? 

Soalnya, pengalaman sebelumnya, masuk hutan di pulau/tempat lain, perjalanannya lama bro. Ada kali 1 jam lebih buat ngelliling hutannya. 

Ternyata tidak dengan hutan yang ada di pulau ini. Luas Pulau Rambut saja  sekitar 45 ha,  tak terlalu besar memang. Jadi, jelajah hutan pun, ya gak akan panjang, hehehe..

Yup, di dalam hutan ini, selain menemukan hewan-hewan yang jarang dijumpai di Jakarta, kami juga melihat akar pohon yang besar. Ada nama-nama/plang  pohon. Jadi kita tau apa nama pohon itu. Ada pula papan petunjuk wilayah.

Sekitar setengah kilometer menjelajahi hutan, eh..pemandu tim saya mengajak kami menaiki menara. Hah, kaget, ada menara di dalam hutan. Tingginya sekitar 20 meter. Kata Pak Buang, fungsi menara ini untuk memantau atau mengawasi pulau rambut di sebelah utara. Kadang juga digunakan para peneliti yang bertandang ke tempat ini.

Dari atas menara ini, pepohonan dan laut yang terhampar hadir di depan mata. Bisa terlihat pula luasan pulau yang  tak terlalu besar. 

Asiknya menikmati dunia....

Burung-burung laut berkeliaran di atas pepohonan. Ada yang terbang bergerombol, ada pula yang terbang sendiri. Seolah mereka menari dan bermain kejar-kejaran dengan teman-temannya.  Melihat burung–burung itu, serasa jiwa pun ikut terbang, yuhuuu...

Anak kecil yang ikut naik menara pun, menikmati pemandangan hijua dan aksi burung-burung laut. Ada pula yang lesehan di menara sambil ngemil. Betah euy. Kapan lagi berada di puncak ketinggian kayak gini sambil menikmati udara sejuk dan melihat dunia dari atas.

Rame yak di menara...;)
Membidik apa kang mas..? Serius bingit, hehehe

Sayangnya, kami tak boleh lama ngetem di menara untuk menikmati keindahan alam, karena tim lainnya sudah menunggu giliran. Kalau satu rombongan yang berjumlah puluhan itu naik menara berbarengan, walah, takut roboh bro... hihiih

Ini tim lain yang mau giliran
Foto di menara, tak boleh dilewatkan..:))

Turun dari menara, jelajah hutan pun dilanjutkan. 

Ternyata, menara ini berdekatan dengan mangrove. Sayang, mangrovenya gundul. Tanahnya berlumpur. Karang mati bertebaran di mana-mana. Kata salah satu pemandu kami, sepertinya, air laut sudah memasuki daratan. Itu dia kenapa tanahnya jadi berlumpur.

Sharing soal mangrove bersama TRASHI
Ini area mangrove yang gundul...

Karena hal ini, perjalanan tak bisa dilanjutkan, karena becek, gak ada ojek pula. Apalagi banyak anak kecil yang ikut. Pemandu pun membelokkan arah perjalanan. Kami memutar melalui jalan sebelumnya, untuk kembali ke tempat awal dan bersiap menanam mangrove. Niat  mengelilingi kawasan ini, jadi tertunda..:((

Eh, ada yang tandus..

Yuk, tanam mangrove 

Lokasi penanaman mangrove, tak jauh dari tempat peristirahatan kami, sekitar  20 meter dari bibir pantai. Bibit mangrove yang jumlahnya sekitar  2000-an itu sudah berada ditempatnya. Kami langsung bergerak. Tanah berlumpur dengan kedalaman sekitar 10-20 cm harus kami lalui. Celana dan baju pun kotor. 

Yuhuuu, mari tanam hutan bakau....

Tak hanya orang dewasa saja yang menanam bibir mangrove, anak kecil usia 5-10  ikut menanam juga lho. Mereka justru yang antusias. Sekalian menikmati masa-masa serunya main kotoran -kotoran kali ye.. Eh, berani kotor itu kan baik.. Kata salah satu jargon iklan detergent.:)))

Ada dua spot hutan bakau yang kami tanami. Bibit–bibit mangrove ini disediakan oleh Reksadana. Menurut Wahyu  Nugroho, Head Unit Corporate Affair dan PKBL Reksadana, bibit pohon yang ditanam adalah jenis pohon api-api. Penanaman mangrove  di Pulau Rambut ini adalah untuk ke-4 kalinya. Selain sebagai bentuk program CSR perusahaan, kegiatan ini dilakukan untuk pelestarian mangrove agar pulau tetap terjaga. Dan jika air laut pasang, bisa dihadang oleh mangrove, agar pulau tak "tenggelam."

Yuk, tanam mangrove...

Bye bye Pulau Rambut

Sekitar pukul 3 sore, kapal nelayan sudah menjemput. Ah, kami harus segera meninggalkan Pulau Rambut. Kedatangan kapal, pas sekali dengan selesainya kegiatan snorkling. Oh, iya, pulau ini boleh juga lho jadi rekomendasi bagi yang ingin snorkling. Beberapa teman mencicipi snorkling usai menanam mangrove. Tapi saya tak ikut, karena gak bawa baju pengganti. Makanya juga, foto snorklingnya gak ada di blog ini, hhehee. 

Saat teman-teman bermain air laut, saya memilih tidur-tiduran di pinggir pulau, beralas rumput. Eh, tapi nyenyak lho..karena bawaan capek kali ya..hehehe.

Asiknya main air...


Sayang, siapapun tak boleh menginap di tempat ini, ya, karena ketentuannya begitu. Para pengelola pulau pun kalau malam, pulang ke tempat mereka, ke Pulau Untung Jawa, berdekatan dengan pulau ini.

Ini pohon cemara pantai..
Sayangnya lagi, pantai dengan pasir putihnya itu, harus ternoda dengan banyaknya sampah. Menurut Pak Warsijah, sampah-sampah itu,berasal dari Jakarta. Hidih, ada bekas kemasan snack, botol kemasan dan masih banyak lagi deh...

Jadi,  sepanjang perjalanan menuju dan pulang dari Pulau Rambut, selain dihiasi dengan burung-burung laut, ealahh, sampah pun ikut menghiasi dan menemani kami sepanjang jalan. Pemandangan yang tak elok tentu. Untunglah pesona burung-burung laut itu, mengalihkan pandangan kami dari plastik-plastik yang mengapung itu. 

Kami pulang....

Three In One



Ilustrasi : Three In One (foto : b2binsights.com)
Bukan shampoo botolan saja yang bisa  mengemas produknya menjadi sebutan three in one. Atau,  ketika setiap pagi, saat kita menuju ke suatu tempat dengan mobil pribadi,  maka dijam-jam tertentu dan jalan tertentu di Jakarta, dikenakan peraturan three in one. 

Maksudnya, dalam satu mobil harus ada tiga penumpang. Kalau melanggar, akan ditilang sama pak Polisi yang matanya sangat liar memantau isi mobil yang melintas dihadapannya, hehehe.......


Penerapan aturan three in one, mungkin ingin terkesan praktis, hemat dan mobil gak menuh-menuhin tempat. Khusus dijalan raya, penerapan sistem ini, salah satunya  supaya mobil pribadi gak menu-menuhin jalan, karena akan menambah kemacetan terutama di jam-jam sibuk.

Nah, istilah three in one atau tiga dalam satu ini, rupanya terjadi juga dalam keluarga, lho. Teman satu kantor saya bercerita tentang kebiasaan yang diterapkan oleh ibunya. Saya menyebutnya dengan aturan “Three In One”.

Teman saya itu namanya Wydia Angga.  Asli wong solo. Ia bercerita, kalau dari kecil ibunya selalu menekankan untuk selalu berbagi atau saling bergantian dalam memakai satu barang dengan dua saudara wanitanya yang lain. Angga,  anak pertama dari tiga bersaudara. Kakak dari Debby dan Rosita.

(searah jarum jam) Wydia, Saya, Rosita &  Debby.

Waktu kecil dulu, jika tiga kakak beradik ini ingin membeli baju dalam waktu yang bersamaan, mereka tak akan bisa membeli baju yang serupa. Sang ibu akan memilihkan baju dengan model dan warna yang harus berbeda untuk  ketiganya. Tujuannya adalah, supaya mereka bisa saling meminjam masing-masing baju-baju itu. Jadi, terkesan, mereka memiliki varian baju yang banyak.

Selain itu, Ibunya berprinsip, yang namanya saudara itu, bukan orang lain. Jadi, apa yang menjadi milikmu adalah milik saudaramu juga, pun sebaliknya. Kecuali kalau ada anak lelaki  diantaranya, ya, ini mah akan beda lagi  ceritanya. Gak mungkin juga baju wanita disamakan dengan baju pria, hehhe...Tapi, kalau emang ada  tiga, empat atau bahkan lima kakak beradik yang semuanya perempuan atau semuamya laki-laki, maka aturan seperti ini akan diterapkan oleh keluarga Wydia.

(searah jarum jam) Rosita, Debby dan Wydia..

Contoh lain, saat hari raya tiba atau ada acara kumpul keluarga. Waktu mereka kecil dulu, biasanya usai acara, tiga saudara ini akan dapat angpau yang banyak dari keluarga atau saudara dari orang tuanya. (om/tante). Nah, kalau sudah begitu, maka uang yang dipegang oleh Wydia, Deby dan Rosita, akan  dikumpulkan untuk membeli satu barang yang bisa dipakai bersama-sama. Sepeda, misalnya. Barang ini tentu bisa dipakai secara bergantian, toh? Jadi, gak harus masing-masing anak dibelikan satu sepeda demi menyenangkan si buah hati. 

Orang tua-orang tua yang lain, mungkin  akan membelikan sepeda untuk masing–masing anaknya. Alasannya sih,  supaya anak-anaknya  bisa bermain sepeda secara bersamaan. Atau, supaya gak ada anak yang ngambek.  Tapi, ini tidak berlaku pada keluarga Wydia.

Ibunya teman saya ini, benar-benar menerapkan disiplin dalam kebersamaan pemakaian barang untuk anak-anaknya.
Bukan karena pelit, tapi memang tuk mengurangi yang namanya kemubaziran atau boros. Kebetulan, umur dan badan mereka juga tak berjauhan ukurannya, hehehe. 

Saya pernah bertanya pada Wydia, ketika kamu kecil dulu, apa gak ngambek kalau baju kamu dipakai oleh adikmu?  Atau saat dibeliin mainan, tapi kok ya cuma satu macam doang, sementara ada tiga orang yang harus bermain. Wydia, menjawab :Tidak! Mereka tak pernah iri, kesal dan sebagainya. Justru kebiasaan yang diajarkan oleh ibu mereka, masih diterapkan sampai sekarang.

Siapa yang  memakai baju siapa, gak harus mesti ngomong dulu. Gak ada istilah komplain, apalagi marah. Jadi, siapa yang membeli baju baru, maka harus siap-siap kalau baju tersebut akan menjadi hak milik bersama. Jika Wydia yang beli baju baru, bisa jadi, orang yang pertama kali memakai baju baru itu, justru adalah Rosita atau Debby.

Mereka nyelfie bertiga....:)

Sebuah penerapan sistem yang baik ya. Selain hemat, kebersamaan antar saudara kandung pun lebih terpupuk karena keihklasan untuk saling berbagi.

Bukan apa-apa, hare gene, biasanya masing-masing kakak beradik justru pengennya eksis sendiri-sendiri. Atau merasa menjadi pemilik tunggal barang yang ia beli. 

Barang gue, ya barang gue.

Barang elu ?  Ya... bolehlah gue pinjem kalau butuh, hahaha....

Seru juga, jika punya anak usia sebaya, orang tua menerapkan sitem three in one seperti ini. Atau kalau anaknya lebih banyak lagi, mungkin sistemnya bisa berubah menjadi  four in one, atau five in one, hehehe.

Tapi, tak  semua orang tua mampu menjalankannya. Tak mudah untuk menanamkan benih kebersamaan untuk anak sejak dini. Banyak orang tua yang selalu ingin memanjakan anaknya hingga selalu menuruti kemauan sang buah hati. Padahal, jika satu barang dipakai bersama-sama, secara tak langsung sudah mengajarkan anak untuk berbagi dan saling mengasihi..:)

Cerita Wydia, bikin aura positif dalam hidup saya. Tsaah... 

Tapi, emang lo, mereka bertiga ini terlihat sekali saling perhatian dan menyayangi. Nah, foto di bawah ini, salah satu yang menceritakan tentang keakraban mereka. Wydia dan Debby membuat foto selamat ulang tahun kepada si bontot, Rosita, beberapa bulan lalu. Saat itu, Debby kebetulan sedang berada di Jakarta, menginap di rumah kos Wydia untuk suatu keperluan. Wydia, saat ini kerja dan tinggal di Jakarta, satu kantor dengan saya. Sedangkan, Rosita berada di Yogyakarta, berkuliah di sana. Meski jauh, tak ada halangan untuk mengucapkan selamat ulang tahun dengan cara kreatif, hehehe.. 

Dengan kekompakan seperti ini, gak heran deh, kalau mereka gak sungkan saling berbagi dalam segala hal, sejak kecil.  Saluteee!

Wydia dan Angga, di Ultah Rosita.

Foto : Ngambil di FB nya Wydia dan Debby.. :)

Tas Cantik Dari Enceng Gondok



Tas etnik dari bahan alam

Kemarin jalan-jalan ke pasar tradisional. Jaraknya sekitar 200 meter dari rumah. Niatnya sih mau beli sayur mayur. Eh, ketemu ada yang jual tas kerajinan tangan. Unik dan  murah meriah. Tas kecil dihargai Rp.10.000, yang besar dikit Rp.15.000. Kalau ada barang menarik dan harganya murah, lah, gimana ibu-ibu gak mendekat coba..? Saya pun tergoda untuk repot memilih-milih mana yang cocok. Mumpung murah, saya beli 3 deh..:)  Oh, jadi gak fokus lagi deh beli sayur mayur, hihiih....

Kata si mas penjualnya, ini tas dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Tas yang ia jajakan, ada yang terbuat dari daun pandan, enceng gondok, dan ada pula dari lidi. Aih keren, deh, memanfaatkan dedaunan menjadi hasil kreasi tangan.

Meski dijual murah, membuat tas ini tentulah tak mudah. Daunnya mesti dipilin, dianyam, dijahit dengan rapi, dan diwarnai pula. Perlu waktu yang tak sedikit plus konsentrasi dan ketrampilan untuk membuatnya menjadi menarik.

Dengan segala usaha itu, hasil jadinya, hanya dijual Rp.10.000 saja..? Aih, senang sekaligus terharu. Meski bahannya murah dan terhampar dialam semesta, tapi para pengrajin yang membuat ini, capeklah tentunya. Kelewatan kalau masih ada yang nawar harga tas ini, hehehe...

Nah, tas kecil ini, terbuat dari bahan lidi. 


Saya bisa memakai tas ini saat jalan-jalan ke taman, atau makan di  cafe mana gitu bersama teman-teman. Cukup diisi dengan handphone, dompet, dan tisu.., plus sebatang gincu...:)


Nah, kalau yang ini terbuat dari bahan enceng gondok. 



Pas dicium, bau daunnya terasa.. Tas ini, bisa lho dipakai  untuk kondangan atau acara resmi. Gak kelihatan kan kalau harganya sama dengan semangkuk bakso pinggir jalan..? 

Ini juga dari enceng gondok. 



Saya memilih tas besar ini untuk ke kantor atau ke mall. Banyak barang yang saya bawa kalau ke tempat kerja, salah satunya payung, jadi membutuhkan tas yang berukuran besar.  Selain itu,  saya suka model dan warnanya. 

Tas ini juga enteng bin ringan. Bandingkan dengan tas yang dijual di mall, pada berat-berat euy. Satu tas, bisa setengah kilogram kali ya beratnya, belum ditambah barang bawaan lain. Karena hal ini,  bahu saya suka sakit. Dan hari ini, tas ungu ini sudah saya bawa ke kantor. Week end kemarin, malah sudah saya pakai jalan-jalan ke mall.

Si ungu, udah mejeng di meja kantor :)


Saya tau sih, kualitas tas ini tentulah tak sekuat kulaitas tas yang seharga Rp.300.000. Tapi, karena  itulah, saya juga gak akan membawa barang-barang yang berat, takut putus..tus,.tus..atau jahitannya lepas. Tapi, paling tidak, dengan membeli tas ini, kita sudah  ikut memajukan perekonomian mereka.

Nah, karena murah, dagangannya si mas laris manis, tak jarang ada yang langsung beli dua. Barang yang dijajakan di pinggir jalan itu pun dikepung oleh bangsa ibu-ibu dan wanita pencari barang murah seperti saya ini, hihihi. 

Saya jadi teringat, beberapa hari yang lalu, kantor saya ngadain acara tukar kado, untuk seseruan ngerayain ultah kantor. Lah, kalau saya kasih kado tas ini, saya yakin, yang nerimanya tentulah syumringah, karena unik. Tapi, sayang, acaranya sudah lewat.  

Mungkin, Anda pernah menemukan atau memiliki  tas-tas unik laiinnya yang terbuat dari dedaunan juga ?



Serunya Tukar-Tukaran Kado di Ulang Tahun Kantor



Empat hari lalu (30/4/2019), kantor tempat saya bekerja mengadakan acara tukar kado. Kado apapun boleh saja. Makanan, barang elektronik, buah-buahan dan lain-lain, silahkan saja.  

Tapi, ada syaratnya. Harga maksimal barang yang akan dikadokan Rp.20.000. Kado tersebut kudu dibungkus denqan kertas koran dan tidak menuliskan identitas si pengirim.  Jadi, kita benar-benar gak tahu itu kado dari siapa. Misterius gitu ceritanya, biar bikin penasaran, hihihiih.

Ehmm, kalau harga maksimalnya segitu, artinya boleh dong ya beli kado di bawah harga yang sudah ditetapkan, biar terjangkau,  hehehe...

Itu semua kami lakukan untuk merayakan hari ulang tahun perusahaan. Ya, ini sih buat  seseruan saja,  semakin murah harga kado semakin lucu dan gilee kali ya..

Saya sih, sudah mempersiapkan kado dari rumah tapi membungkusnya di kantor, sembunyi-sembunyi  pula, jangan sampai ketahuan teman yang lain, hihihih. Tapi, banyak juga lho teman-teman yang membeli kado dadakan di toko swalayan yang ada di sebelah kantor.

Ini dia kado-kado itu
Sebelum acara dimulai, semua kado diserahkan/dikumpulkan dulu kepada si kepala seksi penyelenggara acara, Neng Iren. Trus, kado kita ditulisin angka sama dia. Ini untuk memudahkan penghitungan. Setelah tau berapa jumlah kado yang terkumpul, tim panitia membuat kertas kecil yang bertuliskan angka-angka, sebanyak jumlah kado yang dikumpulkan.

Kertas kecil itu lantas digulung,  kayak kertas arisan gitu lho... Nah, trus, semua yang sudah  menyerahkan kado, mengambil gulungan kertas kecil tadi. Angka yang tertera pada kertas itulah, akan dicocokkan pada angka yang sudah ditandai di masing-masing kado. 

Jadi, jika dapat angka 27, ya berarti kado yang sudah ditulis nomor tersebutlah untuk kita. Bagi yang merasa sudah menyerahkan kado ke panitia berhak ikutan 'arisan" untuk  mendapatkan kado yang berbeda. Namanya juga acara tukar kado, hehehe

Dan mulailah kehebohan.... Siapa dapat kado siapa?   Apa kadonya..? Tak ada yang tahu..

Tukeran kado atau jualan kado nih? hehe

Pekik pekik panitia yang super sibuk mulai meramaikan ruangan. Sambil memegang kado, mereka menyebutkan angka yang tertera.

'"Tujuuuh,  ..siapa yang dapat nomor  7 tadi...?" pekik salah seorang panitia yang kece, tapi gak pakai badai  :)

 "Gue.." seseorang  maju kedepan .

"Nih, kadonya....

Begitu seterusnya....satu persatu mengambil "jatah" kado.


Ada yang dapet kado ukuran kecil, sedang hingga besar... 

 Kebanyakan, dapet kado yang wajar dan seimbang dengan harga 20 ribu. Dari mug, lampu senter, tas kosmetik, power bank, tumbler, lulur, handuk kecil, hingga biskuit. 

Begini suasananya...

Sekitar 50 orang karyawan yang ikut bertukar kado hari itu. Semua divisi ikutan, lho. 


Jarang-jarang ngumpul serame dan seseru itu, kalau bukan karena ultah kantor.

Semua pun  syumringah dan cengar-cengir sendiri melihat kado yang mereka dapat, hahahah...

Begini ekpresi mereka setelah tau kado  apa yang mereka dapatkan...

Ini kado-kado berbungkus koran itu yang berhasil saya abadikan.

Tapiiii, ada satu orang yang mendapat perhatian lebih sore itu. Mbak Vi namanya. Dia salah seorang senior kami. Kado yang ia dapat, ukurannya paling besaaaarrr. Semua penasaran, apa isinya...? 


Secara logika kalo dari kardusnya saja sudah besar, otomatis ini barang mahal atau kerenlah ya. 

Pas dibuka kertas korannya, itu kado dilapisi kertas kado beneran lagi.....yuhu....sepertinya ini kado special.  Senang dong doi. 

Eh, pas dibuka.....eng ing eng......

Ulalalla, ...isinya  ternyata....... sebongkah batu dan satu buah permen kojek.. Oh, ada yang iseng rupanya  dengan memberi kado kosong.... du..du..du...

Ngikiklah satu ruangan melihat ekpresi Mbak Vi, yang awalnya bahagia dapet kado special, eh ternyata dia tertipuuuhhh. hihihi... Sudahlah nomor kadonya 13 , ealah.... dapet zonk pula.

"Gak apa apa, kalau gak begini, gak seru!" begitu kata Mbak Vi.


Ini dia yang mendapat kado Zoonnkk!!

Ketika acara telah usai, terdengar di telinga saya, mbak Vi bilang begini kepada seseorang yang ada di dekatnya. "Yah, saya juga taulah siapa orang yang ngasih kado itu. Siapa lagi kalau bukan  Z.  Cuma  Z  yang suka iseng "

Ow..ow..ow.. Z  itu siapa mbak..? hehehe....

Tapi, ada juga lho yang beruntung mendapatkan kado, yang menurut perkiraan saya harganya diatas 2o ribu. Seperti teman kita ini... .yeyeye... dia dapat panci. Bungkusnya  besar tapi sepadan dengan isinya...dia tidak tertipu, hehehe...


Senangnya dapat panciii ....kado yang berguna...


Trus, daku dapet kado apa ya...? 

Nah... ini dia nih rezeki yang kudapat di acara seru itu. Pencukur kumis mis..mis... Saya menduga, ini sih cowok yang ngasih, hihihi. Lumayan, dapet alat ini buat mencukur bulu ketiak dan bulu hidung, hahaha....

yeyeye, ini kado yang kudapat...

Itulah seseruan ala kantor kami untuk menambah semangat 16 tahun perusahaan. Sebelumnya, ada acara makan-makan dulu dong. Salah satu teman ada yang membawa nasi tumpeng, puding, dan cake ulang tahun...yuhu.... kenyang deh. Makasih ya buat yang memberi tampolan buat perut kami hari itu. Semoga, tahun depan, moment seru penuh kenangan ini terulang kembali. Semoga lebih asyik dan tambah ramai. Amin... :)

Tumpengan yuk...

Ngomong...ngomong, apa dan bagaimana perayaan ultah kantormu, komunitasmu, atau keluargamu..? 


Gak  nyangka ya, kita makan makan lagi di Ultah kantor.. (foto:Ais)