Semakin Ramai Cafe & Resto, kok, Semakin Sombong !


sedang menunggu pesanan tiba
"Sudah duduk 5 menitan tapi nggak ada yang nanyain mau pesen apa. #wahparah "


Begitu tweet dari salah akun twitter  seseorang yang saya ikuti.

Bukan cuma dia saja, saya dan Anda pun barangkali pernah mengalami hal serupa.  

Entah, kenapa...

Selama ini, yang saya lihat, resto itu kalau semakin ramai, kok ya semakin  sombong  kepada konsumennya. Ya, karena merasa laris, merasa sudah terkenal dan dibutuhkan konsumen, jadi karyawannya pasang wajah datar (kalau tak mau dibilang  cemberut) dan tak ramah.

Prinsip : " Pembeli Adalah Raja",  sepertinya sudah tak berlaku lagi bagi beberapa resto, cafe, bahkan warteg , terutama  yang ramai pengunjung.

Di sebuah cafe pasta yang murah meriah, misalnya, saya dan beberapa teman kantor sering mampir kesana, tuk sekedar ngobrol usai bekerja 9 jam. Berkali-kali kesana, gak ada tuh karyawannya  menyapa, mempersilahkan duduk,  boro-boro menawarkan atau menanyakan menu apa yang akan kami pesan. Hanya melihat dan diam saja.

Kalau mereka lagi pada sibuk melayani konsumen lain, atau sedang meracik menu yang dipesan , oke lah yauw, itu bisa dimaklumi kalau mereka tak sempat menyapa.  Tapi, tak jarang, saat kami bertandang kesana, si karyawan sedang menonton TV atau duduk-duduk santai, karena kosnsumen sedang tak ramai. Namun, mereka  tetap tak menyapa kami,  ya, kami sang konsumen, sang pembeli yang harusnya kudu diberikan keramahan.

Tapi eh tapi, berhubung kami semua suka sama menu yang disajikan cafe itu, dan satu satunya pula cafe yang lokasinya berdekatan dengan kantor (sekitar 150 meter dari kantor)  ya, apa boleh buat deh,  masih saja sih kami kunjungi, hehehe. Meski, itu tak sedikit mengurangi rasa sebal terhadap karyawan cafe yang tak ramah itu. Jadi, seringnya, saat  kesana, salah seorang dari kami langsung mengambil sendiri kertas tuk menulis menu yang hendak dipesan. Kertas itu berada di meja dekat area dapur mereka. 

Setelah  ditulis, dihantar sendiri pula ke mereka. Itupun,  tetap tak ada  basa-basi dari mereka, meski sekedar mengucapkan "terima kasih" atau " maaf ya, jadi nganterin sendiri tulisan menu yang di pesan". Ah, jauh lah ya mengharapkan ucapan seperti itu.


Asyiknya maem-maem bareng sohib

Ada pula keramahan terjadi hanya beberapa waktu saja. Misalnya, ketika  sebuah resto baru dibuka/berdiri, walah sang pelayan ramahnya bukan main.  Bibirnya  selalu terkembang setiap saya mampir ke resto baru itu. Tak jarang mereka mengajak ngobrol, becanda dan  berbasa-basi. Tapiiiii, setelah restonyo ramai dan sudah banyak warga yang tau keberadaannya, keramahan itupun perlahan memudar. Tak ada lagi senyuman, saat saya membeli jajanan disana. Entah ngumpet dimana senyuman  itu ?

Berkurangnya keramahan mereka, rupanya berpengaruh terhadap selera saya. Ya, selera yang membuat saya malas tuk bertandang kesana lagi, walau menu ayam bakar yang mereka sajikan, lumayan enak  di lidah saya.  

Mari makaaaann..
Tapi..... tak semua pedagang sih begitu, ada juga yang tetap melayani dengan ramah.
Resto Bakmi GM yang berada di Mall Ambasador, Jakarta, misalnya, berkali-kali saya kesana, senyum ramah disertai pelayanan yang baik dan cepat,  selalu saya dapatkan, meski keadaan resto sedang ramai-ramainya.

Oh ya , saya memang tak membahas atau membedakan, antara resto berkelas atau tidak ya.  Saya juga tidak mau mengatakan karena Bakmi GM adalah resto yang harga makanannya lebih mahal dari warteg, punya brand, lokasinya di mall pula, makanya pelayanannya bagus.

Loh, emangnya, kalau restonya biasa saja,  berada di perkampungan dan tidak terkenal,  apa dianggap sah-sah saja bersikap tak ramah pada konsumen ? Tentu tidak, kan. Semua orang berharap  mendapatkan pelayanan yang baik saat berada di mana pun tempat yang ia singgahi, apalagi kalau  di tempat itu ia harus mengeluarkan uang. Bukankah, semakin  ramah si pelayan resto, semakin rajin  disambangi orang.

Lagian apa ruginya sih bersikap ramah kepada pembeli, wahai Tuan?  Bukankah kami-kami penikmat kuliner ini,  merupakan aset dan donor bagi kelangsungan resto atau cafe Anda? Kenapa harus pasang wajah datar  dan malas berbasa-basi  kepada orang yang sudah bersedia bertandang ke tempat Anda..? Gak ingat, waktu pertama kali merintis usaha, betapa berharapanya Tuan-Tuan, agar ada orang yang membeli dagangan Anda. Trus, setelah laris, kok malah jadi sinis dan mendongak ngak..ngak..? Du..du..du...du...

Banyak, lo resto atau cafe yang tutup gara-gara sepi pembeli. Gak ada, kan yang mau usahanya gagal eksis  gara-gara pelayanannya sombong ?!

Saya masih terus mencari kuliner yang restonya ramah

48 comments

  1. iya mbak, aku juga males datang ke resto yg pelayanannya jelek, nggak ramah ama pembeli..cukup sekali aja yg begitu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bikin orang ngingetin dan "dendam" ya sama si resto itu, dan mereka gak sadar, kalau layanan buruk mereka akan nyebar dari mulut ke mulut.. ;)

      Delete
    2. Nah itu dia mba Eka. Justru informasi dari mulut ke mulut (Mouth to mouth system) itu lebih cepat menyebarnya. Sekali informasi yang negatif tersebar dari Resto itu, wah wah berat sekali untuk memulihkannya

      Delete
    3. iya kang...kalo sdh nyebar info buruknya, mereke sendiri toh yang rugi....deuh!

      Delete
    4. Kalo saya mbak jarang ke RESTO, tapi sama siapa saja yang jutek mending saya tinggalin deh hehe...

      Delete
    5. yoi...pelayan yg jutek2, akan diingetin orang ya...hehehe

      Delete
    6. Gak apa-apa mbak mendingan kayak gitu, semua orang jadi tau kalo Resto tersebut tidak memeberikan pelayanan prima, setidaknya ini buat pemebejaran bagi para pengelola Resto...

      Delete
  2. waktu musim mudik lebaran beberapa tahun yang lalu, saya sempat mampir ke Kampung D*** di daerah Parongpong Lembang Bandung... "Resto" yang sangat terkenal sih menurut saya. Selama 1 jam duduk di meja, tidak ada satu pun pelayan yang menghampiri. Sampai akhirnya kami sendiri yang datang ke meja kasir. Akhirnya pelayan datang, mencatat pesanan kami... dan 1,5 jam kemudian kami hanya termangu menanti pesanan... gak jadi deh... 2,5 jam duduk percuma di situ... akhirnya beli air mineral sama roti aja di minimarket... :)))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah jadi mba ORiN sudah order menu masakana tapi sang pesanan beum datang juga walau sudah 1,5 jam? Wow kejam sekali sampai nunggu sedemikian lama. Wah wah bisa Kapok kalau mampir lagi ke Resto itu ya mba

      Delete
    2. wow, 1 jam , Mak....?
      5 menit dianggurin aja sdh bikin org kesal, loh,apalagi 1 jam.. Dan pesananpun belum datang hingga 2, 5 jam.. sesuatu bingit...

      Delete
  3. Wow asyiknya jika sudah kumpil eh kumpul bareng dengan Sahabat dan Sohib. Jadilah selain namanya Kopdar juga disebut KULKAN alias Kumpul sambil Makan Makan. HIehiehiheiehiehie. Seru banged. Sahabat memang membuat hidup kita menjadi lebih ceria dan berwarna. Jadi pesan bijak hari ini adalah perbanyaklah SAHABAT dan TEMAN, percayalah dunia mu akan semakin CERIA dan Hidup akan semakin bermakna

    ReplyDelete
    Replies
    1. wow..KULKAN..awas jadi KALKUN, hehehe...emang seru kalau ngumpul dan maem-maem bareng teman2 mas... hehehe . Dunia jadi ceria dan merona-rona, hahahah

      Delete
  4. tambah ramai=tambah cape pelayannya mungkin mba :( tapi harusnya tambah ramai tambah besar penghasilan karyawannya ya trus tambah senyumnya. Duuh...ngga tau juga sih, memang suka bikin ga betah ya kalo dicemberutin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Taabah ramai dan laris, harusnya ditambah juga karyawannya mbak, biar gak mengenyampingkan kenyamanan konsumen... hehehe

      Delete
  5. Banyak resto or cafe yg kayak gitu sekarang ini, terutama yg sudah diliput2 tv :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoi..harusnya semakin terkenal, ya semakin memberikan pelayanan yang baik ya... :)

      Delete
  6. Hh... iya mbak, ada yang kayak gitu. Apalagi kalo resto mahal dan terkenal, bikin sebel deh. Makanya itu aku salut banget ama rumah makan kecil / sederhana yang ramah melayani pembeli. *apalagi kalo resto mahal dan terkenal :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, resto kecil, kalau pelayanannya ramah, betah lo jadi langganan disana, apalagi kalo restonya terkenal (di kampung) biarpun kecil, masakannya enak pula,kan kita tambah semakin suka...:)

      Delete
  7. kalau saya sih kadang milih cafe yag sudah kenal pemiliknya atau pelayannya
    jujur juga nih saya g terlalu peka sama makanan antara makanan enak dan g enak
    yang penting bagiku asyik ngumpul temen :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehhe, makan gak makan yang penting kumpul sama sohib ya mas...Apalagi, kalau kenal dengan pemiliknya restony, biasanya kita memang dikasih ramah dan murah alias diskon, hehehe

      Delete
  8. Sebagian manusia bila telah sukses meraih target sering lupa sama hal-hal yang kecil, padahal sebelumnya mereka sangat bergantung pada orang biasa ketika masih awal keberadaannya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betull..tul..tul..gak inget mereka, waktu pertama buka resto dulu, bukan main gencar promosi dan melakukah hal ini-itu agar menarik perhatian orang, tapi setelah terkenal dan ramai..ya....gitu deh... ..hihihi

      Delete
  9. Semakin ramai cafe / resto, biasanya kita dituntu untuk melakukan self service kak. Jadinya ya, wajar deh.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emang iya sih, di resto/cafe yang ramai, kita kudu Self Service, atau melayani diri kita sendiri . Tapi..oh... sedih lo, kayak gak dihargai, walau bagaimanapun kita bayar makan disitu.

      Seolah-olah mereka berkata:" Elo, kalau mau makan disini, ya harus self service atau bersedia gak diramah-ramahin, kalau gak, ya silahkan pergi, toh masih banyak yg mau makan di resto gue".

      Gitu kali ya pikiran si pelayannya :(

      Delete
  10. Itu memang biasa terjadi, semakin ramai makin sibuk, dan mulai dech mengabaikan pelanggan dengan lamanya pesanan tiba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoi mas, harusnya mereka cari jalan agar hal itu bisa dihindari, dengan menambah karyawan, misalnya. Karena semua tamu atau konsumen, maunya dilayani dan gak pake lama.

      Tuntutan seperti ini, kan resiko bagi orang2 yang punya usaha, toh.? Itu juga kalau mereka mau memelihara pelanggan sih,.;)

      Delete
    2. yups setuju, bukan malah mengabaikan dan menelantarkan konsumen, gak pernah belajar pelayanan prima kali ya hehehe....

      Delete
  11. Saya malah belum pernah makan di restoran. Kalau tahu pelayanannya seperti itu, jadi males ke sana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. masak sih belum pernah makan di resto, Lutfi..? Yg aku maksudkan di cerita ini, bukan resto yang mahaaaal, tapi yang banyak berseliweran di kampung atau pinggir jalan.

      Rumah makan Padang, itu kan termasuk resto juga, hehehe. Siapa tau di daerahmu justru ramah pelayan restonya, hehehe...

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
    3. Oh, kirain resto berbintang seperti di film-film, he-he. Kalau ke warung Padang saya pernah :)

      Delete
    4. hahaha, saya juga belum pernah mas kalau masuk ke resto yg kayak di film film, kalau resto itu mah, pasti kita dilayani dengan baik dan manis, hehehe

      Delete
  12. Whe he he modelnya dah kaya di acara hajatan wedding Mbak...ngambil sendiri-sendiri...prasmanan..he he untung ga konsep standing party wah repot lagi kalo resto ampe gitu...wki ki...salam kenal Mbak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwkwkw....iya ya..kayak hajatan wedding, kudu berusaha sendiri, siapa cepat dia dapat, mungkin ada saja orang yg makan di cafe gak kebagian tempat duduk, saking ramainya konsumen, yang justru karena itu bikin pelayannya jd sombong...hehehe...

      Salam kenal kembali mas...

      Delete
  13. Kadang saking rmainya sampai diabaikan oleh pelayan :-)
    Aku juga beberapa kali mengalami heee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bearti konsumen yg diabaikn pelayan, skrg sdh jadi hal biasa ya... :(

      Delete
  14. kalau pelayannya kurang ramah bikin kesel males bali lagi kesana. Aku pernah mbak beli bakso di kaki lima deket sih dari rumah istri penjualnya jutek & galak. Karena cuma bungkus satu minta sambel di kasih saos. Pas kita ngomong minta sambel dijawab itu sama aja pedes kok :-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku jg pernah mengalaminya Mak, ketika mau beli pempek kecil cuma 3 biji di bungkus, pas minta cuka atau kuahnya, eh.. gak diladeni.. trus, pas dia balik ke dapurnya, dia bisik-bisik sama keluarganya yang jualan di tempat itu juga sambil bilang "cuma beli pempek 3, mau minta cuka..".

      Dalam hatiku: jadi gak boleh ya minta cuka kalau pempeknya cuma beli 3 ? dudududu.....

      Delete
  15. Berhubung saya mah belom pernah makan di Resto, setidaknya postingan nie bisa jadi pegangan saya nie...kalo mau makan di Resto...jika pelayanannya buruk, mikir dua kali ah..gak jadi, langsung beralih ke Warteg saja heheheee....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lah...boong banget sih mas Marnes, kok blm pernah makan di resto...hehehe..
      Oh..oh..aku tau, maksudnya belum pernah makan di resto yang murah kali ya, tapi di resto mahal sering ya, hehehehe

      Delete
  16. Untuk itu saya kurang suka makan di resto (karena bayarnya pasti mahal tuh,hehehe), paling tinggu di warung pinggir jalan atau kami di sini sebutnya warug sari laut yang biasa banyak bertebarab di sepanjang jalan di makassar,.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. heheheh, gak apa-apa makan di warung pinggir jalan,yg penting lezat dan sehat, plus ramah pelayannya, Mas Zulham.. hehehe ;)

      Delete
  17. gw suka jatuh hati dan kembali lagi ke resto atau cafe karna pelayanan nya, meskipun rasa nya biasa aja.
    Pada dasarnya manusia itu pingin di hargai, jadi kalo pelayanan ramah dan cekatan pasti kita akan melupakan sisi kekurangan yg lain :-0

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setujuh mas, itu maksud saya.

      Sering juga lho saya menemukan pedagang, entah itu resto, pedagang pakaian atau produk-produk lain, yang sebenarnya gak mau beli, tapi akhirnya jadi beli karena pelayanannya ramah, dan bahkn pengen balik lagi kesana :)

      Delete
  18. keramahan pelayanan jarang diperhatikan sama pemillik usaha , pemilik usaha selalu berorientasi pada profit/omzet tak peduli terkait masalah pelayanan .

    ReplyDelete

Hai,

Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..