Menguak Pangan Lokal di Green Food Festival 2014



Saya paling suka kalau diajak seseruan yauw. Apalagi ini diajak seru-seruan di ajang yang rame, di mall pula. Iya, sabtu 27 Des 2014 kemarin, saya bisa ada ditengah acara Green Food Festival 2014, yang mengangkat tema “4 sehat BELUM SEMPURNA tanpa PANGAN LOKAL”,.

Gelaran di Plaza Atrium kemarin adalah acara puncak yang menghadirkan kreatifitas pangan lokal dari beberapa daerah ini. So, banyak sekali bertaburan  ragam  pangan lokal di masing-masing booth yang ikut meyemarakkan hajatan tuk yang ketiga kalinya ini.

Suasana Green Food Festival 2014



Di acara ini, saya melihat ada papeda dan mi sagu di boothnya adik-adik mahasiswa Papua yang kuliah di Bogor. Lengkap dengan kerajinan tangan khas papua. Untuk hal ini, saya sudah mengulasnya tersendiri disini. 

booth Papua

Ada pula penampakan Sorgum di booth @Kainara, yang menghadirkan cemilan /snack seperti soun, cookies, emping, kripik , abon, kecap dan lain-lain. 

booth Kainara

Buat yang pengen minum ramuan dari bahan herbal,seperti beras kencur, kunyit asam dan teh rosella, ada lo di booth @Nabatee. Saya beli dua botol. Minuman beras kencur dan teh rosella. Yang  beras kencur dah habis, yang rosella menyusul, hehehe. Harganya Rp. 13.000 perbotol, kalau beli 2 jadi Rp. 25.000. Discount seribu yak,  yah lumayanlah, hehhe..

Saya dan temen-temen lagi di boothnya @nabatee nih
Banyak tuh sajian @nabatee

Eh, saya juga membeli yogurt rasa mangga, dari Fresyo Yogurt, yang punya tagline “Biar asam tapi sehat”. Iya sih, yogurt emang menyehatkan. Dan pilihan rasa yang dihadirkan di booth inipun banyak. Ada murbei, plain, stroberry dll.  

Booth Fresyo Yogurt

Disamping booth yogurt ini, ada penampakan kotak kemasan berwarna hitam. Ouw, apakah isinya,..? Ternyata ini adalah kemasan wedang beras hitam. Hah, beras hitam..? Ternyata ada toh beras hitam. Selama ini kita taunya beras merah dan putih aja yak. Paling banter taunya ketan hitam yang sering dicampur dengan kacang hijau. Tapi, di tempat ini, saya bisa melihat penampakan beras hitam, yang benar-benar hitam, sodara-sodara.  Wew… !! Hayo,  anda juga baru tau  kali ya kalau ada beras hitam..? hehehe Toss dulu dunk.. Dan ternyata, beras hitam ini bisa diolah jadi wedang. Enak, lo. Saya juga menyicip samplenya. Mengenyangkan dan sehat. Ehm.. mau tau info lebih lanjut soal ini, sila follow twitternya di @hitamkanberasmu 

Wedang beras hitam

Beranjak ke booth yang paling pinggir, eh, ada penampakan aneka sabun, kosmetik, dan baby oil  dari bahan herbal. Yup, ibu-ibu kreatif dan keren yang tergabung dalam Green Mommy atau @GreenJapok, tak ketinggalan menjajakan kebutuhan kecantikan itu. Banyak banget lo pilihan produknya. 

Ini booth Green japok

Green Japoknya lagi ditanya tanya nih sama MC nya, hehhe

Nah, buat yang ingin tau tentang informasi pedesaan dan persawitan, @DesaSejahtera dan @Sawit_Watch  menghadirkan tampilan ragam informasi tersebut di booth masing–masing. Eh, di booh sawit watch, bisa ditemukan juga rotan, bambu dan sawit pastinya..

Booth Sawit watch

Booth Desa Sejahtera

 Oh, ya, sebagai pemanasan, mas Bondan dari Sawit watch, menjelaskan terlebih dulu kepada pengunjung apa tujuan dan latar belakang acara ini diadakan, supaya pengunjung mall lebih ngeh dengan ajang ini. Salahsatu tujuan acara ini, agar potensi pangan lokal yang jumlahnya mencapai ribuan itu bisa diketahui masyarakat.

Selama ini, kita taunya beras sebagai bahan makanan utama, ternyata tak hanya beras, lo yang mengandung karbohidrat. Ada sagu, sorghum, rotan, dan bambu muda, bisa disajikan sebagai masakan  yang lezat  dan mengenyangkan.

Bondan dari sawit watch, sedang tik tok barang duo MC gokil, hahaha

Eh, yang pengen nulis-nulis apa sih favorit pangan lokalnya.? Disediakan juga lo kubikel khusus tuk pengunjung mall yang ingin berbagi info pangan lokal khas daerahnya. Kalau sudah nulis dengan cantik, dapet goody bag deh dari panitianya, hehehe.  Seru, kan..?

Hayo, apa pangan lokalnya, mas..?

Mari mari..tulis dunk...

Demo masak
Nah, sambil keliling-keliling booth, pengunjung juga bisa melihat demo masak dari pangan lokal. Sore itu, Chef Ena yang sudah sering mengisi acara di Green Food Festival di tahun-tahun sebelumnya, kembali memperlihatkan keahliannya. Kali ini, ia mengolah resep dari bahan keladi, ikan dan saos nanas. Duh, saya lupa, apa nama resepnya :(

Yg dipegang Chef Ena,  itu keladi lo,
Chef Ena beraksi

Cie, Chef Ena masak ditemenin sama duo MC. hihihi

Sekitar 30 menitan, masakanpun sudah matang.  Jadi, keladinya tadi,  setelah direbus, trus di hancurin, tuk jadi cocolannya si ikan, hehhe

Tarraaa, ......

Ini dia penampakkanya...

Ini dia masakannya..

Yey, pengunjung mall pun berebut mau icip-icip masakan dari chef profesional ini. saya juga nyicip dunk pastinya, hehehe

Ayo-ayo..icip-icip....enak gak..?

Pengumuman pemenang resep pangan lokal

Sebelum saya hadir di acara ini, saya  sudah menuliskan woro-woro dan cikal bakal tentang ajang keren ini.  Pun,  lomba resep masak pangan lokal, yang akhirnya diumumkan di acara puncak itu, juga sudah saya tulis disini.

Nah, siapakah yang sudah mengirimkan resepnya ? Andakah pemenangnya...?


Ini dia pemenangnya :

Pemenang pertama dimenangkan oleh Rachmah Setyawati dengan resep  “Bubur Gurih Sagon” dan berhak atas uang tunai Rp. 3.000.000.

Ini dia juara pertama. yey! Selamat !


Pemenang kedua, resep “Cupcake Sorghum” diraih Marina Noor, dan hadiah uang tunai Rp. 2.000.000.

Mariana Noor, pemenang kedua

Sedangkan, resep “Pepes Rebung Kemangi” racikan Nuryana menjadi juara ketiga, dengan hadiah Rp. 1.000.000. Selamat !

Oh ya, berhubung pemenang ketiga tidak hadir pada acara tersebut, jadi diwakilkan oleh pihak dari KBR yang menerima hadiahnya.

Ini simbolis pemenang ketiga.

Resep sang pemenang

Diantara ketiga pemenang tersebut, Chef Ena Lubis, yang bertindak sebagai juri, memilih pemenang kedua untuk mendemokan “Cupcake Shorgum” di hadapan pengunjung dan tamu undangan. Menurut Chef Ena, resep ini dipilih karena bahannya unik dan cara pembuatannya mudah.

Ini dia sorghum (atas). Pernah melihatnya.?

Dan... Ini dia mbak Marina Noor, yang juga seorang ahli gizi, sedang mendemokan resep yang di lombakannya. 



Taraaa.....ini dia hasilnya...



Eh, tapi itu cupcakenya kan belum dikasih krim, biar cantik gitu loh.... Tenang...nih, mbak Mariana lagi oleskan krim di atas cupcakenya..




Nah, setelah dikasih krim dan mutiara, jadi lebih cantik deh….

Ihiy, jadi cantikss...

Pengunjung yang hadirpun antusias melihat dan mencicipi hasil masakan yang prosesnya hanya sekitar 30 menit itu.

Eallah..itu tangan siapa..? Gak sabaran ya...?

Begini suasananya dari kejauhan

Tak cuma demo masak dan sajian pangan lokal saja lo yang dinikimati hari itu, tapi juga ada penampilan Atmosfir Band dan Papua Dance, serta games / kuis menarik laiinnya bagi pengunjung mall yang terlibat di acara seru ini.  

Tepat jam 20.00 WIB, acara yang bertujuan mengenalkan pangan lokal lebih luas lagi kepada masyarakat inipun, bearakhir. Papua dance yang dibawakan oleh adik adik mahasiswa IPB, menutup kebersamaan yang….ah, gak kerasa 5 jam sudah kami bergulat di keseruan itu. 

Tarian Papua

Aih, asyiknya... Semoga acara ini rutn dilaksanakan setiap tahun. Agar lebih banyak lagi pangan lokal yang selama ini “tersembunyi’, bisa terkuak, dan menjadi pasar komoditas masyarakat .  Amin. 

Oh, ya, acara unik ini terselenggara berkat kerjasama yang apik, Green Radio, KBR dan  Sawit Watch. 

Panitia foto bareng dulu..;)

Ketemu Ragam Khas Papua di Mall


Teman Papua kita ini,sedang unjuk gigi di mall :)

Saya senang sekali kalau ketemu rekan-rekan Papua.  Jarang melihat mereka, karena Pulau Jawa yang saya tempati sekarang, berjauhan sekali jaraknya dengan Papua. Tapi, eh, di Sabtu cerah 27 Desember 2014 kemarin, Alhamdullilah saya bisa berjumpa dengan adik-adik dari Papua. Gak hanya  bertatap muka dan ngobrol, tapi saya juga menikmati papeda (makanan yang terbuat dari sagu, khas Papua) dan  mi  sagu.  Semuanya  bisa lo di icip icip di booth yang menyajikan ragam khas Papua.  

Selain makanan, ada juga kerajinan tangan yang berbentuk tas dari serat kayu,  dompet, topi, wadah handphone dan lain-lain. Ya, saya mampir ke boothnya adik-adik  Papua ini, karena mereka sedang meramaikan ajang Green Food Festival 2014, di Plaza Atrium, Senen, Jakarta pusat. Karena tema yang diangkat pada ajang yang bertujuan menggalakkan pangan lokal ini ini adalah  “4 Sehat Belum Sempurna tanpa pangan Lokal”,  maka sajian-sajian yang dihadirkanpun, kudu bertema pangan lokal, seperti papeda dan mi sagu tadi.

Suasana Green Food festival 2014

Ehmmmm, karena saya sudah mampir di booth Papua, rugi dong kalau gak mencicipi papeda plus kuah ikan kuningnya, hehehe. Saat menyantapnya, papedanya sudah dingin, jadi rasanya  kenyal seperti jelly gitu. Tapi, tetap saya habiskan, enak sih, hehhee.  Ini kali kedua saya mencicipi papeda.  Dua tahun yang  lalu, saya juga mencicipi masakan ini pada ajang Green Food festival 2012 di Taman Ismail Marzuki. Waktu, itu restoran Maluku yang menjualnya. Karena saya penasaran dengan rasa papeda, ya saya belilah satu porsi, lengkap  dengan ikan plus kuah ikan kuning , sebagai temennya si papeda, hehehe. 

Wah, stand mereka ramai lo.

Hayuk..tengok-tengok Papeda..

Tapi, untuk papeda yang saya nikmati hari sabtu tadi, saya tak perlu mengeluarkan uang lo. Karena, setiap  pengunjung mall  yang mampir ke booth unik ini dan mau  icip-icip papeda, dikasih gratisan.  Asyikkan..! Hmmm, meski saya cuma sedikit menyantapnya, tapi  mengenyangkan, lo.  Nah, karena bikin kenyang itulah, papeda ini bisa juga  kita gunakan sebagai bahan makanan pengganti beras. 
 
kok ekpresiku gitu banget , waktu tanya soal kerajinan tangan mereka, hihi
 
Tak cuma papeda, saya juga bisa mencicipi mi sagu. Ya, kalau selama ini kita mengkonsumsi mi yang terbuat dari tepung, nah, di  hari itu, saya bisa mencicipi mi yang terbuat dari  sagu. Rasanya, gak kalah enak dengan mi tepung. Apalagi, mereka meraciknya dengan bumbu yang biasa diolah, seperti bawang  dan cabe dll.  Jadi, gak ketahuan kalau itu mi sagu, bukan mi tepung.  Mantap, deh! 

papeda dan mi sagu

Nah,  karena sudah bertemu dengan adik-adik ini, rugi dong kalau gak foto bareng ya, hehehe...

Yey, pose dulu bareng adik adik Papua yang keren ini.

Oh, ya mereka ini,  adalah mahasiswa asal Papua yang kuliah di Bogor.  Kebanyakan dari mereka kuliah di IPB, dengan berbagai jurusan, tapi ada juga yang dari perguruan tinggi laiinnya.  Rupanya banyak sekali lo perkumpulan orang-orang Papua di Bogor. Dan mereka ini kompak. Ketika tau teman-temannya  akan mengisi  acara di  Jakarta, jadi, yang lainpun memberi support pertunjukan mereka, dengan ikut datang ke Jakarta pula. 

Eh, gak cuma sampe diurusan  makanan dan kerajianan tangan saja yang saya temui  hari itu. Tapi, tarian Papua juga di hadirkan tuk menghibur pengunjung mall, sekaligus menyemarakkan gelaran Green Food Festival  yang ketiga ini. 

Tarian Papua
Saat mereka unjuk gigi dengan busana khas Papua, teryata aksi unik ini berhasil menghentikan langkah pengunjung mall  tuk sejenak berdiri di dekat arena pertunjukan,  menikmati tarian yang  disajikan. Saya menangkap mata demi mata yang  terpesona  melihat gerak tari  adik–adik Papua yang berjumlah sekitar 12  orang itu. Bahkan,  saya lihat ada bule yang memvideoakan tarian mereka, tuk oleh-oleh buat keluarganya kali ya video itu, hehehe..

Aih, senangnya sabtu tadi bisa ketemu ragam  khasnya Papua di Mall. Weekeendnya jadi bermanfaat bingit di penghujung 2014 ini., hehehe. Mungkin anda punya cerita juga dengan khas-khas  Papua yang unik itu? Boleh dunk bagi-bagi….:)

Senangnya bisa ada di dekat adik-adik ini..

Pegawai Kampung !




Usai menamatkan studi strata satu beberapa tahun lalu, saya bekerja di perusahaan yang baru berdiri. Lokasinya di salahsatu kabupaten pemekaran, di pulau Sumatera. Karena tinggal di daerah kecil itulah, saya dibilang pegawai kampung oleh teman sekolah dulu. Ya, saya memang kerja di kampung, dengan sarana dan fasilitas kampung  yang belum memadai. 

Jangan tanya gajinya. Sungguh tak pantas disandingkan dengan gelar sarjana yang saya miliki. Tapi, saat itu saya berprinsip, yang penting kerja dulu, siapa tahu dapat hal berharga di sana. Saya pun memaklumi, kalau perusahaan masih merangkak dan keuangan belum kuat.  Jadi, tak mungkin membayar karyawan dengan gaji yang layak.  Jangankan bisa  menikmati sofa kantor yang empuk dengan hidangan kopi hangat di atas meja, OB pun tak ada.

Terus, siapa yang membersihkan kantor? Kami, para karyawan yang berjumlah beberapa orang itulah yang merangkap sebagai OB. Jadwal piket kami diatur, agar saat tiba di kantor semua kebagian menyapu, cuci piring, beres-beres, fotocopy di pasar,   membelikan makan siang bos besar, dan lain-lain.

Itu baru soal sumbang tenaga, belum lagi harus menghadapi  tekanan dari sang manager. Tiada hari tanpa mendengarkan kemarahannya. Dengan gaji  segitu, kami harus mengalami tekanan yang luar biasa. 

Terus, kenapa saya tetap bertahan di sana ?

Saya ingin mencari pengalaman, dan  tak mau memilih-milih pekerjaan. Ketika ada tawaran datang, kenapa tak diambil? Daripada bengong di rumah dan cuma bisa minta duit sama orang tua. Betul tidak?

Selain itu, ada satu hal berharga  yang saya dapatkan di tempat itu:  ILMU. 

Ya, meski  manager kami galak, tapi ia sangat berpengalaman dalam bidang yang kelak akan saya tekuni  itu. Ia tak pelit membagi ilmunya. Rasanya, pengetahuan yang saya dapatkan, tak bisa dibayar dengan apa pun. Di balik kegarangannya,  ia justru membuka jalan untuk saya. Berkat ilmu yang didapatkan dari beliau itulah, saya bisa berprestasi, hingga mengantarkan diri ini  ke Jakarta, bekerja di perusahaan besar, dengan gaji yang berlipat gandaaaaaa dari sebelumnya.

Kini, si pegawai kampung, sudah jadi karyawan metropolitan.

Menikmati ibukota di pergantian tahun.

Indah Nevertari, Terdepak Dari Indonesian Idol, Berkilau di Rising Star Indonesia.

Pagi ini, saya membayangkan sang bintang baru, Indah Nevertari dan keluarganya terbangun dari tidur dengan  hati bahagia dan senyum sumringah. 

Ya, gimana gak bahagia, kalau tadi malam, 19 Desember 2014, gadis asal Medan ini meraih kemenangan di ajang pencarian bakat, Rising Star Indonesia session pertama, yang digelar RCTI.  Satu unit mobil mewah, uang tunai 125 juta,  asuransi dari MNC senilai 1 Milliar rupiah, dan nilai kontrak rekaman sebesar 1 Milyar Rupiah, kini berada digenggamannya. Gilak!

Bintang baru, Indah nevertari (www.rcti.tv)
Namun, tak semudah mengedipkan mata bisa mendapatkan semua itu. Ia meraihnya dengan perjalanan yang panjang.  Berjuang menyisihkan ribuan peserta dari 5 kota audisi. Setelah melalui seleksi  demi seleksi secara off air, peserta yang lolos audisi tahap awal, diikutsertakan pada audisi langsung via layar kaca, sejak Agustus 2014 lalu. Untuk menuju ke tahap final, peserta harus merebut perhatian masyarakat yang berperan sebagai juri, agar  memilih kontestan melalui aplikasi telepon pintar. Jika ingin memberikan vote untuk kontestan yang sedang tampil, lakukan check-in lalu pilih Yes atau No.

Disinilah daya tariknya. Anda tidak hanya bisa mendukung kontestan yang disukai dengan menyentuh “Yes”,  tapi  bisa juga  menjatuhkan kontestan yang tidak disukai, dengan memberi vote ‘No”. Wew! Dan Indah, malam tadi berhasil menghipnotis masyarakat atau juri dirumah, juga expert yang ada di studio. Ahmad Dhani, Bebi Romeo, Rossa, dan Judika, semuanya memberikan vote bintang atau Yes pada Indah, di semua sesi penampilannya. Pundi-pundi persentase tertinggipun, akhirnya bisa ia raih. 


Ehmmm, pertama melihat ini cewek,  saya langsung suka sama dia ! Tapi, saya melihatnya pertama kali, bukan di Rising Star, tapi di pencarian talent yang lain.

Ya, dia adalah salah satu peserta audisi Indonesian Idol 2014, yang mencuri  hati para juri dan penonton dengan aksi ngerapnya di lagu  Man  Down, milik  penyanyi berkulit hitam asal Barbados, Rihanna. Gara-gara ia menyanyikan  lagu ini, saya langsung  nengok ke Youtube, tuk melihat  video klipnya man down itu seperti apa sech? Ternyata, lebih asikan Indah nevertari yang nyanyiinnya tanpa musik, dibanding Rihana, hihihi… Eh, tau gak, gara gara ini juga, lagu man down sampe populer. Ya, paling tidak populer dikalangan saya sendiri lah ya, hehehe. Teman satu kos saya, misalnya, sampe ngedownload lagu itu dan diputar setiap hari di gadgetnya, ya, gara-gara si Indah yang membikinnya hitsss..., hihihiih... Sayang, Indah tak lolos di babak eliminasi ke dua.

Kenapa saya suka dengan Indah..?
 
Suka, karena  perpaduan genre RNB dan raggae yang sering dinyayikannya. Menghibur ! 

Saya suka dengan  music-musik  bernada up. Bikin bahagia, karena bisa mengajak tubuh bergoyang. Tsaaah.. 

Suka, karena  Indah punya suara dan gaya yang khas anak muda,  meski tubuhnya berbalut busana muslim. Namun itulah letak keunikan dan keistimewaannya. Ya, dari beredarnya video di Youtube dengan Man Down-nya, pasca ia audisi di talent search yang lain,  mahasiswa UMSU ini, sudah merebut hati saya. Gak nyangka aja kalau ia bakal muncul lagi dilayar kaca menjadi finalis Rising Star Indonesia. 

Begini penampailan Indah di layar TV (datab.us/Search/Nevertari)

Minggu demi minggu saya mengikuti acara yang diadaptasi dari kompetisi menyanyi Amerika Serikat ini. Sejak lihat penampilan Indah diajang keren ini, saya sudah suka dan menjagokan dia tuk menjadi pemenang.  Minggu-minggu terakhir jelang grand final, saya aktif memberi support dan berkoar di twitter jika Indah tampil, sambil memention akunnya tentu. Ya, saya selalu antusias setiap menanti dan melihat Indah bernyanyi. Sangat menghibur. Setiap kali Rising Star Indonesia  hadir di Kamis malam mulai  jam 21.00 WIB, hanya penampilan gadis ini yang saya tunggu-tunggu, tidak yang lain. Beneren deh! 

Bukan bearti peserta lain suaranya jelek, justru suara yang dimiliki masing-masing finalis kece badai dan mantap euy. Apalagi suara si Evony, kurang dahsyat apa coba..? Sangat berkelas sekali, seperti suara  penyanyi yang sudah memiliki puluhan album. Bahkan, Ahmad Dhanipun pernah mengatakan, kalau suara Evony, berkelas Internasional. 

Evony.. ( Gbr diambil dari Youtube.)


Tapi, diantara jejeran finalis berusara emas itu, cuma penampilan Indah yang bisa bikin saya terhibur dan bahagia. Yup, paling suka banget saat dia menyanyikan lagu  "Gangsta" nya  Kat Dahlia pada sesi awal performnya di ajang ini, yang membuatnya lolos ke tahap  duel selanjutnya.  

"All About That Bass" dari Meghan Trainor pun membuat wajah saya langsung ceria seketika, saat mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ini  membawakannya dengan penuh percaya diri.  Akhirnya, lagu inipun  jadi favorit saya sampai sekarang. Setiap mendengar  lagu ini diputar di beberapa station radio di Jakarta, saya langsung teringat dengan Indah. 


Bahkan, tak jarang disetiap penampilan Indah di layar kaca, saya fotoin lo, trus saya upload ke twitter dan mention @indah_nevertari, saking saya sukanya sama ni cewek. Walaupun, yach…setiap kali saya mention Indah, gak pernah tuh di retweet sama doi, apalagi dibales. Tapi gak papa deh. Mungkin saking banyaknya follower yang mentionin dia, jadi riweuh aja kali ye kalo mau di retweetin semua, paling cuma 4-5 orang doang yang ia retweet. 

Meski begitu, saya tetap mengidolakan dia. Dan, dugaan saya, tadi malam menjadi kenyataan. Gadis bungsu pasangan Guru Mukmil Dumairi dan Huriyah Lubis ini berhasil menjadi jawara di Rising Star, setelah mengalahkan 4 grand finalis  laiinnya, dari 14 finalis sebelumnya. Ya, Hanin Dhiya , Ghaitsa Kenang dan Blues Mates, harus mengakui kehandalan Indah merebut hati juri dirumah. Dari 3 kali penampilannya malam tadi,  nilai yang ia peroleh selalu lebih tinggi dari pesaingnya.

Part 1 ,  gadis yang sudah punya bakat menyanyi  sejak kecil ini,  membawakan lagu Annimals dari  Maroon 5, dan mendapat nilai 88%. Sedang Hanin, 86 %, Ghaitsa 79% dan Blues Mates 54 %. Karena nilai terendah harus tersingkir, maka Blues mates tak bisa unjuk gigi lagi di part 2, alias  tersingkir di part 1. Sekaligus juga menjadi juara ke 4.

Part 2 , lagu Man Down, yang sudah membuat Indah telah dikenal sebelumnya, karena membawakan lagu ini di audisi Indonesian Idol 2014, ia nyanyikan kembali di malam grand final itu.  Berhasil ! Ia mengantungi angka 81 persen. Sama seperti Indah, Hanin juga  mengantungi 81 % dan Ghaitsa 79 %. Karena perolehan nilai prosentase yang paling rendah, setelah digabungkan dengan prosentase part 1,  Ghaitsa harus tersingkir di part 2, dan menjadi juara ke 3.

Di part 3, Indah yang menggemari lagu-lagu India ini, menyanyikan lagu yang khusus diciptakan untuk dirinya, sebagai lagu kemenangan. Judulnya “Come N Love me".  Musiknya nge-raggae asik. Dengan gayanya  yang khas, ia berhasil menembus angka 81 %  kembali. Sedangkan Hanin yang tampil lebih dulu di sesi ini,  hanya  meraih 74 %. Ehmm, lumayan jauh selisihnya. Angka yang diraih oleh dua kontestan ini pada part 3, tetap digabung dari  jumlah keseluruhan.. Dan….karena selisih angka itu, maka Indah lah yang menjadi pemenang pertama Rising Star Indonesia session satu tahun ini. Yauw ! Selamat ! 


Percikan asap dan api, reruntuhan kertas-kertas kecil warna-warni, serta penampakan bintang-bintang yang bersinar,  mewarnai panggung final malam itu, sesaat setelah gadis berwajah cuek ini   berhasil membuka layar interaktif. Layar raksasa itu terangkat keatas, sebagai penanda prosentase yang diperoleh Indah, mengungguli Hanin, dan bearti pula, kalau dialah sang jawara malam itu. Ah, saya ikut bahagia, karena idola saya yang menang. Cihuuyyy… 

Selamat untuk pemenang Rising Star Indonesia (www.rcti.tv)
Rising Star tadi malam begitu menghibur. Selain jagoanku jadi jawara, eh, ada grup musik favorit saya Michael Learns to Rock (MLTR) juga ikut menyemarakkan malam Grand final ituuh.. Aaaaaak.. lagu The Actor & That's Why You Go Away, yang dinyanyikan oleh grup band asal Denmark ini, jadi mengingatkan saya pada masa-masa kuliah dulu. Tampang mereka juga gak jauh berubah. #eh..

Deuh, gak nyesel nonton Rising Star mpe kelar tadi malem, meski sudah ngantuk berat. Acaranya  sesuai dengan  saya harapkan.  Plus plus plus…. Kehadiran MLTR di pertengahan acara,  menambah  kebahagiaan saya menonton malam Grand final ituuh.. 

Michael Learn To Rock... Tidaaaaakkk..!!! (www.rcti.tv)

Okeh… , sekali lagi, Selamat ya neng Indah Nevertari, jadi juara Rising Star yang pertama..Keren!! Gak salah ngejagoin kamu dari awal.

Ehm….saya, Anda dan mungkin Indah sendiri, malam tadi baru mengetahui jawabannya, kenapa saat mengikuti audisi Indonesian Idol 2014, Indah hanya lolos di babak eliminasi tahap pertama saja. Ya, karena Tuhan sudah mempersiapkan tempat terbaik tuk Indah di Rising Star Indonesia yang berkilau. 

So, cerita ini memberi pelajaran, kalau kita yang pernah kalah dan gagal di suatu ajang perlombaan, jangan pernah patah semangat untuk mengikutinya kembali. Karena, bisa jadi, di tahun–tahun selanjutnya itulah, ada “tempat”  untuk diri ini.  Dan Indah Nevertari, telah membuktikannya, terdepak dari Indonesian Idol, berkilau di Rising Star Indonesia.

Sweet girl (id.wikipedia.org)
Sbr tulisan : 
http://id.wikipedia.org/wiki/Rising_Star_Indonesia