Pegawai Kampung !




Usai menamatkan studi strata satu beberapa tahun lalu, saya bekerja di perusahaan yang baru berdiri. Lokasinya di salahsatu kabupaten pemekaran, di pulau Sumatera. Karena tinggal di daerah kecil itulah, saya dibilang pegawai kampung oleh teman sekolah dulu. Ya, saya memang kerja di kampung, dengan sarana dan fasilitas kampung  yang belum memadai. 

Jangan tanya gajinya. Sungguh tak pantas disandingkan dengan gelar sarjana yang saya miliki. Tapi, saat itu saya berprinsip, yang penting kerja dulu, siapa tahu dapat hal berharga di sana. Saya pun memaklumi, kalau perusahaan masih merangkak dan keuangan belum kuat.  Jadi, tak mungkin membayar karyawan dengan gaji yang layak.  Jangankan bisa  menikmati sofa kantor yang empuk dengan hidangan kopi hangat di atas meja, OB pun tak ada.

Terus, siapa yang membersihkan kantor? Kami, para karyawan yang berjumlah beberapa orang itulah yang merangkap sebagai OB. Jadwal piket kami diatur, agar saat tiba di kantor semua kebagian menyapu, cuci piring, beres-beres, fotocopy di pasar,   membelikan makan siang bos besar, dan lain-lain.

Itu baru soal sumbang tenaga, belum lagi harus menghadapi  tekanan dari sang manager. Tiada hari tanpa mendengarkan kemarahannya. Dengan gaji  segitu, kami harus mengalami tekanan yang luar biasa. 

Terus, kenapa saya tetap bertahan di sana ?

Saya ingin mencari pengalaman, dan  tak mau memilih-milih pekerjaan. Ketika ada tawaran datang, kenapa tak diambil? Daripada bengong di rumah dan cuma bisa minta duit sama orang tua. Betul tidak?

Selain itu, ada satu hal berharga  yang saya dapatkan di tempat itu:  ILMU. 

Ya, meski  manager kami galak, tapi ia sangat berpengalaman dalam bidang yang kelak akan saya tekuni  itu. Ia tak pelit membagi ilmunya. Rasanya, pengetahuan yang saya dapatkan, tak bisa dibayar dengan apa pun. Di balik kegarangannya,  ia justru membuka jalan untuk saya. Berkat ilmu yang didapatkan dari beliau itulah, saya bisa berprestasi, hingga mengantarkan diri ini  ke Jakarta, bekerja di perusahaan besar, dengan gaji yang berlipat gandaaaaaa dari sebelumnya.

Kini, si pegawai kampung, sudah jadi karyawan metropolitan.

Menikmati ibukota di pergantian tahun.

44 comments

  1. katanya Itulah yang dinamakan berproses mbak....tapi saya lebih suka menyebutnya sebagai lintasan kehidupan seseorang dari sekian banyak lintasan yang sudah disiapkan oleh Tuhan Semesta Alam.... :) salam dari Jogja...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup..kini lintasan hidup yang sudah direncanakan oleh Tuhan itu, sudah berhasil saya lalui.Meski kalau ingat deritanya, sakitnya tuh disini... #eh

      Delete
  2. Selama ditempat kerja itu menyenangkan, bakalan betah heee :-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau ditempat kerja yang saya ceritakan ini, antara betah dan tidak deh. Nah, gimana tuh, hihihih.

      Delete
  3. Langkah awal, mendapatkan pengalaman dan ILMU, sungguh itu penting sekali ya, Mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, langkah awal itulah yang justru mengantarkan dan membantu kita ke langkah-langakah selanjutnya.. ;)

      Delete
  4. mbak eka keren banget deh, salut ama mbak eka...tampak sekali bahwa engkau adalah orang yg pantang menyerah mbak....

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehhe, wah, aku seperti pahlawan di medan perang ya, pantang menyerah melawan musuh sampe tuntas, hehehe. .

      Delete
    2. Mba Dwi sama Mba Eka sama sama Blogger Cantik
      Hihihihi

      Delete
    3. hohoho, bisa aja si Akang... Mbak Dwi, kita dipuji kang Asep tuh, hehehe....

      Delete
  5. pengalaman adalah guru terbaik.
    di balik semua kesulitan dan masalah, karena bekerja di tempat yang mungkin kelihatan tidak sesuai dengan pendidikan dan keinginan kita, bisa jadi ada jalan untuk menuju sebuah kesuksesan.

    sungguh menginspirasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mbak Nove... tak ada yang bisa diabaikan dan dicela dari pengalaman, baik buruk atau bagus, karena pengalaman memberi nilai dalam kehidupan kita. Membuat kita jadi lebih pintar. ;)

      Delete
  6. perjuangan dan pengalaman, hasilnya memuaskan

    wah jadi pegawai metropolitan skarang ya..sukses sllu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mas, semua yg ingin digapai harus melalui perjuangan dan ditunjang dgn pengalaman. Yang saya tulis disini, cuma cerita singkat saja. Sebenarnya masih banyaaaak cerita lain yang bikin ngenes dan "sakiiiiit". Tapi, yah..sudahlah..yang penting saya sdh bisa melaluinya, dan Alhamdullilah dengan keadaan yang sekarang..:)

      Suskse juga tuk kamu, Wong Crewchild.

      Delete
  7. Subhannallah. Luar bias pencerahan yang saya dapat dari artikel ini. KEtabahan akan keterbatasan fasilitas yang ada tidak membuat mba Eka yang cantik ini tetap tegar dan terus berprestasi dalam bidangnya. Tidak mudah berkeluh kesah walau fasilitas terbatas. Saya merasa banyak mendapatkan masukan dan pencerahan yang luar biasa di sini. Saya juga bekerja sebagai pegawai swasta. Saya dulu malah kerja serabutan lebih parah dari mba. Ngajar pake sepeda ke sana kemari , kasih les rumah ke rumah, sampai kerja di Warung Internet

    Senang akhirnya Mba mendapatkan reward yang setimpal dengan kesabaran dan kegigihannya. Sukses ya mba. Terima kasih sudah follow saya di twitter. Saya sudah follow balik. Salam kenal dari saya di Pontianak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulliah mas, kalau Tuhan yang memberikan rewardnya, berkali-kali lipat yg kita dapatkan. Bisa jadi, inilah balasan dari kesabaran dan perjuangan melintasi "badaaaii".

      Dan, wow.., Kang Asep ternyata pernah melalui 'badai" juga toh, sampe kerja di warung internet, Tapi itulah pengalaman, mas, bukan tuk dicaci tapi tuk dipetik hikmahnya,walau (biasanya) ada kesedihan yang kita ingat dibalik pengalaman itu.

      Makasih kang Asep sdh mampir kesini, terimakasih sdh folbek saya.

      Salam tuk temen2 dan keluarga di Pontianak ya :)

      Delete
    2. Iya mba, Insya Allah akan disampaikan
      Terima Kasih kontak nya

      Delete
  8. step by step, dari awal berjuang, manisnya lebih terasaa...keren mak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoi mak....jadi indah dan manis pada akhirnya, hehehe

      Delete
  9. ok bgd sihh ekaanyaa :) moga makin sukses iaa :) aamiinn

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih mas Masum...sukses juga selalu untukmu..:)

      Delete
  10. Ada yang bilang kalau kita menikmati tahap demi tahap bukan melalui proses instant justru nikmatnya lebih berasa, Mak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mak... ketika kita menyadari bahwa apa yang kita nikmati dan inginkan tercapai berkat kesabaran dan kegigihan, rasanya itu kayak ngonyel es krim connello rasa coklat campur vanilla, trus didalamnya ada durian...ehmm..yummy... hehehe...

      Delete
  11. jadi penasaran, segalak mana manager mbak sama mandorku. scara aku adalah kuli kampung. hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ehmmm....kayaknya galakan mandormu, deh, hahahaha

      Delete
  12. apa kabar mbak eka? lama istirahat bw maaf baru bisa mampir

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi mbak Lidya...kabar baik...Aduh..gak usah minta maaf gitu, jadi gak enak, aku juga dah lama gak ngunjungi blogmu mbak.... ntar habis ini aku bw ke tempat mu ya, miss u mbak...

      Delete
  13. mbak yang satu ini pasti punya cerita keren yang sangat banyak...mantap mbak Eka.. ilmu itu kudu dicari terusss

    ReplyDelete
    Replies
    1. hohoho, nyari ilmu sampe ngos ngosan pun dijabani,deh, asal suka sama itu bidang ya. hehehe

      Delete
  14. ini adalah sebuah proses, nikmati prosesnya, baik buruknya, mencoba untuk lebih baik. dan sukses =D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoi...proses hiduup memang bergelombang, mudah2an akan indah pada waktunya ya mas Dimas, :)

      Delete
  15. suka liat semangat berbagi ditulisannya... salam kenal mbak , sukses selalu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Waroeng coffee, makasih ya, salam kenal juga..;)

      Delete
  16. Selamat datang di Jakarta :)
    Selamat berkarya kawan & sukses selalu dimanapun kita berada :)

    ReplyDelete
  17. Hadiah kesabaran.dan kesediaan untuk berproses. Welcome to Jakarta

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe, hadiahnya Alhamdullilah ya. Makasih mbak Imelda.. :)

      Delete
  18. Terbayar kesabarannya yaa..Kelihatan beda kwalitas, kalau awali karir dengan perjuangan berat. Semangat terus Mak Eka!...:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih Mak Mutia.. Semamgat juga untuk mu :)

      Delete
  19. Keren mbak Eka... berani mengambil resiko dan menghargai proses. Patut untuk aku tiru nih. *lagi magang di tempat pelosok soalnya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Hilda, Alhamdullilah, banyak proses dan lika-liku yg sdh dilalui.. Mudah-mudahan ditempatmu magang saat ini, bisa mendaptkan proses yang baik juga ya. Amin...

      Delete
  20. Memang, Mbak, selalu ada ilmu di tempat-tempat yang baru.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup..sepertinya..dirirmu juga mendapat ilmu yang banyk di sekolah dan juga di negara lain ya. Smg berguna ilmunya, Lutfi..

      Delete

Hai,

Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..