Tobi dan Jerman


Tobi

Meski berasal dari Jerman, Tobias Konopka, lancar berbahasa Indonesia,  artikulasinya pun jelas. Enam bulan sudah saya berteman dengannya.

Kami biasa memanggilnya Tobi, dan panggilan sayangnya: "babi", tapi dibaca “bebi” ya.. :) 

Di hari pertama bergabung di kantor kami dengan status magang, ia langsung akrab. Gak kaku, gak jaim, apalagi diam. Kebanyakan kalau orang baru, kan suka diam tuh di hari pertama saat bertemu dengan orang-orang baru, tapi kalau Tobi, justru langsung rame, kayak sudah kenal 10 tahun ajah, hahaha.

Selanjutnya, hari demi hari kami lalui bersamanya.  Makan bareng, kerja bareng, diskusi dan sebagainya. Ia banyak membantu pekerjaan kami. Namanya juga lagi magang, ya memang harus ngebantuin, dong, hihihi. Bahkan, jika ada tamu-tamu dari luar negeri yang bertandang ke kantor, Tobi pun ikut nimbrung. Kami juga sengaja menyodorkan dia untuk melayani para tamu dari manca negara, secara bahasa Inggrisnya doi bagus, hehehe..



Tobi lagi kerja

Tobi adalah mahasiswa Rheinische Friedrich-Wilhelms-Universität Bonn, salah satu universitas terdepan di Jerman, yang didirikan pada 1818. Ada berbagai program sarjana dan jurusan yang ditawarkan di Universitas ini. Tapi, Tobi memilih jurusan Studi Kawasan Asia Tenggara dan Studi Bahasa Indonesia, dengan Konsentrasi Lingkungan.

Karena pilihan konsennya inilah, maka ia memilih magang di perusahaan tempat saya bekerja. Kami  memang konsen terhadap permasalahan lingkungan di segala bidang. Dari masalah sampah, hutan, perkebunan, air, lalu lintas, bahan bakar, daur ulang, kertas, listrik semuanya kami lahap.

Friedrich-Wilhelms-Universität Bonn.  Sbr gbr : disini

Nah, kenapa ia tertarik mengambil jurusan Asia Tenggara, dan memilih Indonesia?

Ouw, ini rupanya berhubungan dengan masa lalunya yang sebelumnya pernah bertandang ke tanah air tercinta ini, saat ia baru saja menamatkan pendidikan SMU-nya di Jerman. Sebelum masuk perguruan tinggi, Tobi bergabung di organisasi sosial di sebuah Gereja Kristen yang ada di Jerman. Nah, melalui organisasi inilah,  2012 lalu ia ditugaskan ke Pematang Siantar, Sumatera Utara untuk membantu anak-anak di Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya yang ada di sana.

Pusat Rehabilitasi yang didirikan 17 November 1981 ini mempunyai Misi untuk memandirikan penyandang disabilitas sehingga mempunyai harga diri dan tidak menjadi beban bagi orang tua, keluarga dan masyarakat.

Di sini, Tobi ditugaskan di poliklinik yang tersedia di Pusat Rehalibitasi tersebut, dan ditempatkan pada bagian obat-obatan untuk para anak-anak berkebutuhan khusus tadi. Oh ya, tempat ini cukup luas lho. Jadi, Tobi dan teman-teman NGO-nya, sehari-harinya tinggal di asrama ini juga.

Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya (gambar dari www.harapan-jaya.org)

Pertama datang ke tempat ini, Tobi kaget dan bingung ketika anak-anak di sana mengajaknya berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Secara ya bro, dia baru datang dari Jerman, mana ngertilah bahasa Indonesia, apalagi bahasa Batak hehehe.. Namun, itu tak mematahkan semangatnya untuk membantu anak anak yang berkebutuhan khusus itu.

Seiring berjalannya waktu, lama kelamaan, pria yang akan nginjak usia 23 tahun di Oktober 2014 ini, bisa menggunakan bahasa Indonesia. Yey! Dan, ia benar-benar menjalaninya sembari learning by doing, gak pake kursus-kursusan. Bahasa gaul pun dia juga sudah paham.


Tobi, bersama anak dari Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya, 
Pemantang Siantar, 2012 lalu

Setahun bertugas di tempat ini, Tobi pun kembali ke Jerman. Ia, melanjutkan kehidupan barunya dengan masuk ke perguruan tinggi ternama di kota Bonn, seperti yang saya katakan tadi. Itulah ceritanya, kenapa ia memilih mendalami ilmu tentang Studi Kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Rupanya, ia terkesan dengan negara kita, terutama budaya yang kita miliki.

Di Jakarta, ia tinggal di apartemen yang lokasinya tak jauh dari kantor kami. Setiap hari, ia jalan kaki menuju kantor. Sehat dan hemat, hehehe. 

Bertabur jajanan dan makanan khas Indonesia yang tersaji di seputar areal kantor, cocok-cocok aja tuh untuk perut Eropa-nya. Nasi uduk dengan lauk khas bihun dan orek tempenya, bakwan, ayam bakar dan tonseng, termasuk makanan yang paling sering ia beli.

Tapi, ups..saat dia baru beberapa hari di Jakarta, sempat diare lho. Jadi, ia tak masuk kantor beberapa hari. Mungkin ada bakteri dari jajanan di pinggir jalan yang ia beli, sudah mengontaminasi pencernaannya. Maklum, biasanya kalau orang tak terbiasa mengkonsumsi makanan di suatu tempat, dengan berbumbu debu, asap hitam, dan polusi, maka, perut pun akan protes. Begitulah yang dialami Tobi. Namun, itu tak berlangsung lama, setelah itu, perutnya mulai menerima dan adaptasi dengan kehadiran makanan baru yang dikonsumsinya.

Kehadiran pria ini di kantor, mewarnai hari-hari kami. Tiap jam 4 sore, ia selalu menawarkan teman-teman apakah akan membeli jus buah yang ada di depan kantor atau tidak? Dialah yang beranjak membelikannya. Meski uangnya masing-masing sih, hehehe...

Kadang, ketika lagi ngobrol, trus, bahasa Indonesianya "keseleo", dia jadi bahan "bullying" anak-anak.  Tapi, Tobi yang ramah ini cuma tersenyum saja menanggapinya. Maaf, Ya Tob, anak-anak emang bandel, sih, hehehe

Yang saya suka lagi, Tobi ini selalu penasaran dengan hal-hal baru. Misalnya, di hajatan Pemilu Legislatif bulan April lalu, ia semangat sekali menemani kami mencoblos. Ia ingin melihat suasananya, seperti apa sih Pemilu di Indonesia itu? Pun, dengan gejolak politik saat dan sesudah berlangsungnya Pilpres, ia juga ikut menilai dan berkomentar.

Tobi, ikut memperhatikan pajangan foto dan nama caleg

Tobi,  saat temani kami ke TPS saat Pemilu legislatif April 2014 
Ia, juga ingin mencoba sesuatu atau tempat yang ingin dikunjungi dari hasil browsing, dengan memakai jasa guide. Ya, kamilah guidenya :))

Ketika ada Pekan Raya Jakarta PRJ, Juni 2014 lalu, misalnya, kami mengajak dia untuk ikut melihat kemeriahan pameran terbesar di Asia Tenggara itu. Tobi menikmati suasananya. Ia ikut games yang diadakan oleh salah satu stand motor, juga berfoto bersama SPG-SPG motor. Tobi berdecak kagum melihat para SPG itu. “Cantik”, katanya. Cuit...cuit...

Cieh Tobi foto sama SPG
Ketika di PRJ 2014

Pempek Palembang Megaria, yang berada di kompleks bioskop Metropole pun, ia sempatkan tuk mengunjunginya. Bahkan, ketika ada Festival Sarongge (Festival budaya dan lingkungan) di Desa Sarongge, Cianjur, Jawa Barat, ia juga ikut menikmatinya, sembari bermalam di camping ground, 27 September  2014.

Tobi, di festival sarongge  
“Banyak sekali saya mendapatkan pengalaman selama di Indonesia,” begitu kata Tobi, setelah pulang dari Sarongge.

Dengan kehadiran Tobi, kami manfaatkan untuk mengulak-ngulik informasi mengenai negaranya. Salah satunya masalah sampah, sistem pendidikan, hingga gaungnya Iwan Fals di Jerman. 

Ssstt...., agak panjang lho ceritanya, tapi rugi lho kalau gak dilanjutin, karena informasi tentang Jerman itu, keren ih.


Akibat Tak memilah sampah di Jerman

Warga Jerman itu sangat disiplin sekali untuk soal pembuangan dan pemilahan sampah. Kalau kita, buang sampah ke tong sampah gak pake dipilah-pilih kan, mana sampah plastik, sampah kertas, atau mana yang sampah bekas kulit buah atau sayur mayur. Pokoknya dicampur, terus dimasukin dalam kantong kresek, dan dilemparin deh ke tong sampah. Iya, kan..?

Tapi, kalo di Jerman, gak begitu!

Dari masing-masing rumah, warganya sudah melakukan pemilahan sampah an-organik dan organik. Jadi, sampah plastik dan sampah bekas sayur atau buah, sudah dipisahkan. Memilah sampah sebelum dibuang, wajib lho hukumnya di Jerman.

Sbr gbr : disini


Jika ada warga yang ketahuan tak melakukannya akan dikenakan denda oleh pemerintahnya. Lumayan tinggi dendanya, sekitar 25 Euro atau kalau dirupiahkan sekitar Rp.400.000. Petugas mobil truknya akan mencatat nama dan nomor rumah yang tidak melakukan pemilahan sampah dan melaporkannya ke instansi yang mengurusi soal sampah.

Trus, apakah pembayarannya di tempat? Oh tidak, pembayarannya tidak dilakukan secara cash tapi melalui ATM ke nomor rekening instansi terkait. Itu dimaksudkan untuk menghindari korupsi. Jadi jangan harap bisa ‘damai ditempat’ ala aparat Indonesia, apalagi berpikir untuk menggelapkan dana tersebut.

Kapan biasanya truk datang mengambil sampah ke rumah-rumah warga? Nah, warga akan mendapatkan pemberitahuan soal jadwal kedatangan truk sampah di perumahan warga melalui internet atau email/surat. 


Surat itu kira-kira tertulis begini: “Hari senin tanggal sekian, truk sampah yang akan datang ke tempat Anda adalah truk sampah yang akan mengangkut sampah kering. Sedangkan truk sampah yang mengangkut sampah organik adalah hari Rabu”.  

Di Jerman, kita tak akan menemui tukang angkut sampah yang memakai gerobak dorong, di sana semuanya langsung diangkut menggunakan truk di masing-masing rumah. Kata Tobi, jalan-jalan di area perumahan Jerman lebar-lebar, jadi truk sampah bisa masuk. Jumlah truk sampah di sana, banyak sekali. Selain itu, jumlah penduduk di Jerman tak begitu membludak seperti di negara kita, hanya 80 juta. Jadi, sampah pun masih bisa terkontrol, disamping memang faktor warganya juga yang disiplin.

Ya, menurut Tobi, orang Jerman itu sangat sadar dengan kebersihan, mereka tak akan buang sampah sembarangan di jalanan apalagi di sungai. Mereka sangat paham, kalau itu tidak boleh dilakukan.

Kami merasa malu kalau harus buang sampah sembarangan. Karena, dari kecil kami sudah diajarkan dan dibiasakan oleh orangtua dan guru di sekolah untuk membuang sampah pada tempatnya” kata Tobi.


Aha, Jerman patut diacungi jempol ya untuk urusan pengelolaan sampah.

Tak hanya itu, dalam soal berlalu lintas pun, warga Jerman sangat disiplin. Kalau ada lampu merah, mereka akan berhenti. Alasan terburu-buru mau ke suatu tempat atau ada acara penting, (lalu) boleh saja melanggarnya, tak berlaku di sana.  Pokoknya disiplin.


Salah satu suasana di kawasan Jerman 
 Gambar minjem dari vanadam(dot)wordpress(dot)com

Biaya pendidikan SD hingga S2 gratis..tis..tis...

Kalau kita gak punya duit untuk menyekolahkan anak karena biaya pendidikan yang selangit, gimana kalau kita pindah ke Jerman aja yuk, sekaligus menjadi warga negara di sana?  Karena, di Jerman biaya pendidikan dari SD hingga S2, ditanggung oleh Pemerintah, alias gratissss...tis...tis...tis..

Jadi, gak akan ada cerita putus sekolah atau pusing memikirkan biaya pendidikan. Nah, kalau kita mau beli buku, kata Tobi, di setiap toko buku yang ada di Jerman, akan memberikan discount bagi pelajar/mahasiswa, asal bisa menunjukkan kartu pelajarnya. Kok baik banget toko bukunya ya ngasih discount? Itu, karena semua toko buku di sana, sudah disubsidi oleh pemerintahnya. Bahkan, makanan yang dijual di kantin-kantin sekolahpun, harganya murah, juga karena subsidi pemerintah. Wah...membantu sekali ya.

"Makanya, pemerintah Indonesia itu jangan subsidi BBM, tapi coba subsidi dalam hal makanan atau kebutuhan bahan makanan saja," saran Tobi.

 
Tak ada seragam sekolah
 
Jika kita sekolah atau kuliah di Jerman, orang gak akan melihat baju apa yang lho pakai. Terlihat murahan, lusuh atau tidak? Meski di Jerman tak ada seragam sekolah dari SD hingga SMU, tapi jika ada yang terlihat memakai baju yang tidak bagus, masyarakatnya tak akan mengejek.

Nah, di Indonesia salah satu tujuan penggunaan seragam sekolah itu, untuk menutupi kesenjangan antara si kaya dan si miskin, toh? Kalau gak pakai seragam, biasanya anak orang kaya bajunya akan terlihat lebih keren dan mahal, sementara anak orang kalangan menengah ke bawah, terlihat memakai baju seadanya. Tobi menegaskan, di Jerman, warganya tak peduli pada apa yang lho pakai, asal pantas aja.

Orang tak mampu, ditanggung negara

 
Di negara yang sering menjadi juara Piala Dunia ini, pemerintahnya menjamin warga yang tidak mampu untuk mendapatkan tempat tinggal, pakaian dan makanan yang layak. Bagi warga yang tak mampu, bisa melakukan pengaduan  ke balai kota. Setelah orang tersebut melapor, maka akan mendapatkan surat tanda tak mampu dari petugasnya.


Selanjutnya, ia akan diarahkan atau diberi petunjuk,  rumah di daerah mana yang akan ia tempati, berikut dengan pakaian dan makanannya. Asyik banget ya. Jadi, orang tak mampu gak perlu luntang-lantung gak jelas mengharap iba orang. Meski begitu, bukan bearti tidak ada pengemis di sana. Cuma, tempat untuk mengemisnya ditentukan, tak semua kawasan diperbolehkan karena ada aturannya.
 

Kata Tobi, ia pernah bertanya pada salah seorang pengemis yang ia temui.

“Kenapa kamu mengemis, bukankah negara kita menjamin warganya yang tidak mampu untuk mendapatkan rumah dan pakaian? Kamu tinggal datang saja ke balai kota.”

Lantas, pengemis itu menjawab: 

“Saya malu melakukannya “.


Gak boleh punya nama yang mengandung kata sifat
 
Masih kata Tobi, di Jerman, pemerintahnya tidak memperbolehkan warganya mempunyai nama, atau memberikan nama pada anak yang baru lahir, yang mempunyai unsur atau persis dengan kata sifat.

Misalnya, kalau di Indonesia, banyak dong yang punya nama semisal: Cinta, Mutiara, Senandung, Bunga, Mawar, Sabar dan sebagainya. Bahkan, ketika tinggal di Pematang Siantar, Tobi menemukan ada orang yang namanya "Sanggup". Nah, nama-nama seperti itu, (tentu dalam bahasa Jerman ya) gak boleh dipakai, karena akan membingungkan. Jadi, saat pembuatan akta kelahiran, jika dilihat nama adek bayinya mengandung unsur kata sifat, maka orang tuanya akan disarankan untuk mengubah namanya terlebih dulu, kalau tidak, mereka tak akan mendapatkan akta kelahirannya.


Tak ada pedagang kaki lima


Di Jerman, tak ada yang namanya pedagang asongan, atau yang jualan pake gerobak di trotoar, apalagi yang pasang tenda hingga menyerobot bahu jalan. Jika kita ingin mencari resto atau tempat makan, semuanya dijajakan di dalam sebuah tempat. Ya, bisa berbentuk restoran atau rumah. Kata Tobi, banyak yang jualan dengan menggunakan rumah yang disewa. Artinya, setelah selesai berjualan di hari itu, maka penjualnya akan pulang kembali ke rumahnya. Biasanya, rumah yang disewa untuk tempat makan itu berada di tempat  keramaian atau tempat strategis, yang bisa dijangkau banyak orang.

Yang Tobi suka dari Indonesia

 
Tobi suka dengan budaya Indonesia yang begitu beragam. Ia kagum dengan tarian Aceh yang unik dan tangan-tangan penari yang cekatan ketika membawakan Tari Saman. Tarian ini juga dikenal dengan Dance of Thousand Hand.

Kalau soal makanan, ehm..selama di Jakarta, si Tobi, doyan dengan nasi goreng kambing, nasi uduk yang murah meriah, dan martabak manis cokelat. Tapi, martabaknya  gak pake kacang ya, karena doi alergi sama kacang, hehehe.....

Transportasi umum yang wara-wari dengan ongkos yang murah, juga menjadi nilai plus Tobi untuk Indonesia. Seperti TransJakarta, hanya merogoh kocek Rp.3.500, kita sudah bisa menikmatinya, bahkan bisa berkeliling Jakarta. “Bagi saya TransJakarta itu nyaman, tapi murah,” kata Tobi riang.

Kalau di Jerman, jumlah transportasi umum sedikit dan ongkosnya mahal. Untuk perjalanan dalam kota saja, ongkosnya bisa kena sekitar 2 Euro atau sekitar Rp.30.000. Tapi, kendaraan umum di sana nyaman dan lebih oke pastinya.

Ehm, kalau artis, kira-kira siapa ya yang disuka oleh Tobi?

Ouw, rupanya Maliq & D'essentials adalah grup yang digemari laki-laki supel ini. Saking ngefansnya, ketika grup ini show di salah satu mall di Jakarta, dibela-belain deh nonton, dia selalu mencari tahu tentang grup favoritnya ini.

Sementara, kalau artis ceweknya, si bule ini suka sama penyanyi Raisa. “Raisah itu cantik, ya.” kata Tobi Syumringah. Ihiiiyy.... Gak cuma Raisa, banyak lho wanita-wanita Indonesia yang disebut Tobi cantik, terutama cewek-cewek yang berwajah oriental, type yang disukainya.

Ehm, kalo ngerumpiin soal artis, gak lengkap rasanya kalau gak ngomongin artis legenda Indonesia, Iwan Fals.  Kata Tobi, artis kawakan itu populer di negaranya. Orang Jerman, menyebut Iwan Fals adalah Bob Marley-nya Indonesia, karena lagu-lagunya yang kritis terhadap pemerintah. Yang lebih keren lagi...neh...si Tobi beruntung bisa bertemu dan foto bareng dengan Sang Legend, di suatu acara. Yey!

Yey, bareng om Iwan fals....
Trus, saya tanya, kalau Agnez Mo, artis asal Indonesia yang sudah go Internasional itu lho, terkenal gak sih di Jerman? Ehm, kata Tobi, penyanyi yang jago dance itu, belum terdengar gaungnya di negaranya.

Saya & Tobi, di hari terakhirnya magang

Hari ini, enam bulan sudah ia berada di Jakarta, menimba ilmu di kantor tempat saya bekerja. Mencari pengalaman dan pertemanan yang akan berguna sebagai relasinya kelak, jika ia akan berburu pekerjaan di Indonesia ini. Ya, ternyata salah satu tujuan Tobi memilih magang dan kuliah di jurusan Studi Kawasan Asia Tenggara, adalah untuk bekerja di negara ini.

Alasannya?

Menurut Tobi, banyak perusahaan Jerman yang membuka kantor perwakilan di Indonesia. So, dengan berbekal pengalaman Tobi di sini, tentu akan membantu dan memudahkan dia menggapai keinginannya. Yang ahay-nya lagi, saya pikir, ia magang di tempat kami, karena menjalankan tugas dari mata kuliahnya, sejenis PKL (Praktek Kerja lapangan) gitu, ya. Eh, gak tahunya, ia sengaja memang cuti dulu dari kuliahnya selama satu semester.

Jadi, magangnya ini gak ada hubungan dengan tugas kuliahnya. Tapi, semua ini ia lakukan, demi bisa mencuri kesempatan pengalaman kerja di perusahaan Indonesia, untuk memuluskan niatnya tadi. Owalah.... gigihnya si Tobi ini. Tapi, yang dia lakukan, sebenarnya ya berhubungan juga sih dengan jurusan kuliahnya, meski diluar dari mata kuliahnya.

Setelah pulang ke Jerman, ia akan melanjutkan lagi kuliahnya yang akan memasuki semester 4, yang sempat tertunda satu semester. Itu artinya, kurang lebih 1,5 tahun lagi program S1-nya selesai. Dan kalau tepat waktu wisudanya, sekitar 2 tahun lagi, Tobi akan kembali ke Indonesia, untuk  mencari kerja. Tapi, ia tak memilih Jakarta, ia  lebih suka dengan Jogja dan Medan, sebagai kota pilihan untuk menetap dan mengais rezeki.

Daaan, jelang kepergiannya...

Dua pesta perpisahan pun digelar. "Pesta" malam dan pesta siang. Makasih traktiran mi ayam, gorengan, donat, trus...apalagi ya..?
Farewell party part I
Farewell party part II

Itu dia, cerita tentang Tobi dan negaranya, Jerman. Dan hari ini, saat saya sedang menulis cerita ini, ia tengah menuju Bandara Soekarno Hatta, untuk bertolak ke Bonn, Jerman, menuju tanah airnya, melanjutkan segala asa dan cita-citanya.


Sukses ya, Tob....


Salam buat Keluargamu


Salam juga tuk teman-teman dan dosenmu yang ada di Rheinische Friedrich-Wilhelms-Universität Bonn


Dan, salam untuk warga Jerman yang sangat peduli terhadap kebersihan lingkungan itu.



See U , Tobi....

Tulisan orak-orek buat Tobi, kenang-kenangan, hihihi

Kalau tadi kisah teman dari Jerman, bagaimana cerita teman kantor saya yang berasal dari Australia? Apa katanya tentang ojek online dan budaya kantor kita yang boleh bernyanyi dan bergurau saat bekerja? Yang ternyata, hal itu tak boleh dilakukan di Australia. Sila baca kisahnya di


Sumber refrensi :

-http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Bonn 
-http://www.harapan-jaya.org/index.php/2013-09-23-13-47-32/visi-dan-misi

Goodbye Hansip


Pak Hansip. (Sbr gbr :kaskus.co.id)
Seragam hijau, topipun hijau.

Sepatu booth hitam dan eits...pentunganpun hitam, biasanya nyantol dibagian tali pinggangnya. 
 

Itulah khasnya Hansip..!

Kalau sudah memakai seragam “kebangsaan” itu, sosok Pak Hansip pun akan terlihat gagah dan disegani. So, kalau ngomongin Pertahanan Sipil, sebagai kepanjangan dari Hansip, pasti langsung teringat dengan gambaran diatas.

Dikenal dengan sebutan Linmas (Perlindungan Masyarakat), Hansip adalah salah satu satuan pertahanan dan keamanan yang dibentuk oleh pemerintah di Indonesia. Berdasarkan Keppres No. 55 tahun 1972 bahwa Organisasi Pertahanan Sipil dalam sistim Hankamrata merupakan komponen Hankam dan komplemen ABRI

Biasanya, kita melihat Hansip di area kelurahan, atau di kampung kampung, karena emang itulah ranah pekerjaan mereka. Kalau ada keramaian atau acara kampung, yang dihadiri oleh pejabat kelurahan atau pejabat pemda, biasanya ia akan muncul, menjaga keamanan dan ketertiban.

Hansip identik pula dengan pos ronda. Ehm, kalau yang terakhir ini, sih saya terpengaruh oleh film atau sinetron di TV yang kalau menyuguhkan adegan Hansip, selalu ada background pos ronda, atau jalan-jalan kampung, hihihi.

Ehm, jujur, sampai sekarang, saya sih gak ada cerita khusus atau belum ada kenangan yang berkesan dengan Hansip. Karena saya jarang melihat Hansip “berkeliaran' di kampung kami. Tapi, meski begitu, saya kaget juga ketika mendengar organisasi ini akan dihapus. Karena Hansip itu dekat dengan warga, dan tidak sok gagah-gagahan, menurut saya. 

Ya, beberapa media elektronik, online ataupun cetak, belakangan ini ramai memberitakan kalau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mencabut Keputusan Presiden Nomor 55/1972 tentang Penyempurnan Organisasi Hansip dan Organisasi Wankamra. Rencananya sih, per tanggal 23 Oktober, 2014 keputusan ini akan diberlakukan. Sebulan lagi, bro.. 
 
So, pencabutan Keppres tersebut menyebabkan keberadaan Hansip dihilangkan dari struktur organisasi pemerintahan, alias dibubarkan...

Memang sih, kalau Presiden membubarkan, pasti ada pertimbangan dan alasan yang matang tentu. Salahsatu alasannya yang baca di viva.co.id, peran Organisasi Pertahanan Sipil atau Hansip, tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Sedangkan di detik.com, alasan penghapusan Hansip, ya, karena sudah ada satpol PP yang bisa menggantikan peran Hansip, meski fungsi mereka berbeda. 
 
Hansip, dibutuhkan tuk menstabilitaskan keamanan dan ketertiban warga tingkat RT/RW. Bahkan, jika ada bencana alam, atau hajatan besar seperti Pemilu pada bulan April lalu, peran Hansip sangat membantu. 

Hansip di hajatan Pemilu 2014  Sbr gbr http://news.liputan6.com

Sedangkan Satpol PP, lebih condong kepada penegakan Perda (Peraturan Daerah). Seperti Perda tentang larangan berjualan di trotoar atau di kaki lima. Jadi, gak usah heran, kalau melihat Satpol PP bertindak “garang' ketika membenahi para PKL, karena mereka sedang bekerja tuk menegakkan Perda. Meski begitu, kalau tuk urusan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, Satpol PP juga ikut berperan didalamnya, hanya penerapannya tidak sampai ke tingkat RT/RW.

So, kalau beneran Hansip akan dibubarkan, dan perannya akan digantikan Satpol PP, bearti Satpol PP yang tadinya hanya ditingkat Kotamadya atau Provinsi, nanti akan ada di tingkat kelurahan dan RT/RW  juga dong, tentunya.

Satpol PP, dan Hansip. Berdampingan. (Sbr gbr: humas-banyumas.blogspot.com)


Terkait hal ini, Kepala Satpol PP DKI Jakarta, Kukuh Hadi Santoso rencananya akan menampung para Hansip. 
 
Langkah yang pertama dilakukan adalah memberikan pendidikan bagi 300 Hansip yang berada di DKI Jakarta, terutama pemndidikan tentang Peraturan Daerah (Perda) yang menyangkut HAM dan sebagainya. Pendidikan tersebut, bertujuan agar para Hansip mengerti tugasnya nanti saat diberdayakan oleh Pemprov DKI, agar mereka dapat menjadi juru penerangan. Kalau sudah mendapatkan pendidikan, para Hansip dapat melaksakan perannya di tengah masyarakat meskipun tidak masuk menjadi satpol PP.

Ini baru sekedar rencana, sih. Tapi, yah..mudah-mudahan terlaksana, agar para bapak-bapak Hansip bisa dapat pekerjaan. Karena, kalau organisasi ini jadi dibubarkan, ya, bakal banyak yang jadi pengganguran toh.? Padahal, banyak dari mereka yang usianya tak muda lagi, rata-rata berumur kisaran 40 tahun keatas, dengan jumlah tanggungan keluarga yang tak sedikit. Pendidikanpun kebanyakan hanya tamat SMU sederajat. Sudah susah tuk cari pekerjaan baru. 
 
Ehmmm, ngomongin Hansip yang akan dibubarkan, saya jadi teringat candaan beberapa teman yang bilang "Jodoh itu bukan di tangan Tuhan, tapi di tangan Hansip!"  Maksudnya?

Ya, seringkali karena tugasnya mengontrol keamanan di suatu wilayah, bapak-bapak Hansip ini sering memergoki orang-orang yang ketahuan berbuat mesum atau berpacaran kelewat batas. Ups.... Trus, akhirnya pasangan tersebut dibawa ke kantor kelurahan atau RT/RW setempat dan disidang. Orang tua dari pasangan mesum itupun, biasanya dipanggil.

Nah setelah itu, ujung-ujungnya wanita dan pria yang kepergok tadi, diminta oleh masyarakat atau perangkat kampung/lurah untuk segera dinikahkan, agar tak meresahkan atau mencoreng nama baik kampung mereka. Trus...., ya dipaksa nikah, deh. Padahal, mungkin pasangan tadi belum siap tuk menikah kali ya. Tapi, karena sudah kepergok sama Hansip, mau gak mau satu kampung tau kalau mereka berbuat sesuatu yang belum boleh dilakukan, dan mesti harus nikah. Titik !!
 
Itu dia makanya, ada guyonan kalau jodoh itu ada ditangan Hansip, hihihi....

O ya, Anda juga pasti sering dong melihat akting-akting bintang film yang memerankan tokoh Pak Hansip. Ahay, tokoh ini, telah mewarnai perfilman Indonesia selama beberapa dekade. Di film Suzana ada Hansip. Di beberapa judul film Warkop DKI Dono Kasino Indro, apalagi :) Bahkan di sinetron-sinetron jaman sekarangpun, peran Hansip masih dibutuhkan tuk melengkapi sebuah cerita. Dan biasanya, kalau sudah muncul Hansip, ada-ada saja adegan lucunya, hehehe...

Tokoh Hansip, di sinetron
 
Namun, sepertinya guyonan yang saya katakan tadi akan perlahan pudar, berbarengan dengan hilangnya warna warni adegan tokoh Hansip di televisi. Bahkan, di dunia nyatapun, kita (mungkin) tak akan pernah lagi melihat sosok yang akrab dengan pakaian hijau rumput, yang sudah tujuh kali ganti Presiden, tapi warnanya tak pernah diganti itu. Kitapun, tak akan lagi menemukan cerita tentang Hansip di beberapa karya sinema terbaru, yang biasanya kalau ada adegan mengejar atau memarahi orang yang berbuat kerusuhan, maka pentungan hitampun akan ikut ia acungkan, hehehe....

Ya, di penghujung pemerintahannya, Pak SBY tercinta akan menghapus organisasi ini, setelah 42 tahun Hansip "merakyat". Banyak yang menyayangkan keputusan ini tentu. Mengingat tak sedikit orang yang sudah merasakan jasa Hansip, atau sekedar berempati terhadap “masa depan” para Hansip jika mereka tak menjadi penertib dan pengaman rakyat lagi.

Dibawah ini, saya pajangkan beberapa tweet yang mengomentari rencana pembubaran Hansip, yang saya dapat dari menelusuri tagar #Hansip di twittter.

@SiKucingKepo Selamat pagi pak #Hansip semoga pemerintah tak jadi menghapus kalian di muka bumi

@luciuskarus Jadi #HANSIP dibubarkan oleh Pak BeYe nih? Wah siapa yg akn jalan keliling di gang2 utk ingatin pergantian wakti selepas tgh mlm?

@hasan_sujak Yang bisa membuat kerumitan baru jika Hansip mau dibubarkan asalkan ada uang pensiun dini #hansip

@indrabutuhhibur Wahai #pejabat jgn kau bubarkan #Hansip,, lingkungan ku aman karena #Hansip yg senangtiasa menjaga'y..

Ah, andaikan, keputusan ini benar-benar ketok palu bulan oktober nanti, terkait dicabutnya keputusan soal Organisasi Hansip ini, mudah-mudahan Pak SBY dan pihak instansi terkait,  memberi solusi lapangan pekerjaan baru tuk bapak-bapak Hansip yang akan kehilangan tugas dan mata pencaharian itu. Karena, ada orang-orang yang disayangi oleh para Hansip, ikut terkena dampak dengan hilangnya Hansip dari struktur organisasi kepemerintahan

Goodbye HANSIP
 
Terimakasih atas jasanya selama ini. Semoga bapak-bapak Hansip segera mendapat pekerjaan baru :) Amin...

Hey, tuk anda yang punya kenangan atau kesan terhadap Hansip, boleh dong bagi-bagi ceritanya, ya... Supaya kita lebih banyak lagi menemukan warna-warni Hansip, yang nasibnya akan ditentukan bulan depan.

Hansip. ( sbr gbr : http://www.merdeka.com )



Sumber refrensi : 
 
-http://news.detik.com/read/2014/09/17/152229/2692982/10/hansip-dibubarkan-tni-mungkin-satpol-pp-akan-sampai-kelurahan

-http://www.tribunnews.com/metropolitan/2014/09/19/dibubarkan-pemprov-dki-akan-undang-300-hansip
-http://nasional.news.viva.co.id/news/read/539338-kewenangan-hansip-dicabut--ini-penjelasan-pemerintah

Jamu oh jamu...Dicintai Orang, Dilestarikan Indonesia.

Dari dulu sampai sekarang, saya suka sekali memandangi wajah artis sinetron Diana Pungky. Dia adalah artis wanita tercantik di Indonesia ini, versi saya tentunya, hehehe. Tengoklah wajahnya yang bak boneka dengan kulit putih halus dan wajah yang fresh awet muda. Padahal usianya sudah kepala 4, lho. Tentu semua itu ada perawatan yang dia lakukan. Mulai dari peeling, lulur, creambath, totok wajah dan sebagainya. Tapi, ada satu rahasia alami dan tradisional yang dia pakai juga. Ya, selain melakukan perawatan dari luar ia juga selalu melakukan perawatan dari dalam. 


Diana Pungky (foto:Kapanlagi)

Aha, rupanya mbak yang satu ini suka minum jamu-jamuan yang dibuat khusus oleh neneknya, sebagai perawatan dari dalam.  Jamu favoritnya adalah beras kencur, ia mengkonsumsinya setiap hari. Kebiasaannya ini, didapat dari neneknya yang selalu menyuruhnya untuk minum jamu ketika masih belia dulu. Sampai sekarang, kebiasaan itu masih ia lanjutkan. 
 
Ouw, ternyata dengan glamour dan mewahnya hidup seorang Diana Pungky, tapi ia tetap mengandalkan jamu, sebagai salah satu cara tuk menjaga kualitas kulit dan kesehatan tubuhnya. Dari alam, kembali kealam, sepertinya itulah prinsip hidup sehat yang ia pegang. 
 
So, jamu itu bukan milik orang desa atau kalangan menengah kebawah  saja lo. Jamu itu milik semua kalangan. Gak orang desa, gak orang kota semua minum jamu. Mau dia direktur, pejabat atau pegawai kantor biasa seperti saya, semua suka jamu. Yang sudah tua dan masih ABG-pun, saya lihat doyan-doyan aja tuh sama minuman dari khasiat tumbuh-tumbuhan ini. 

Gak heran sih kalau banyak yang suka jamu. Selain minuman ini tradisional dan terbuat dari bahan-bahan alami/herbal, juga ada khasiat luar biasa didalamnya. Eh, gilanya lagi, ini ramuan murah dan terjangkau harganya. Ehm, yang murah dan banyak khasiat, pasti dicari dan disukai orang. Iya kan...?


Dari dulu sampai sekarang, beras kencur dan kunir asam, tetap di hati

Untuk masalah jejamuan atau obat-obatan herbal ini, keluarga kami tak asing lagi. Bahkan, sampai sekarang masih mengandalkan khasiat yang berada dalam tumbuhan untuk mengatasi berbagai penyakit.

Dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit batang dan buah, lantas diracik dengan bahan tambahan seperti air dan gula jawa, itulah jamu.  Biasanya sih, jamu itu terasa pahit sehingga perlu ditambah madu sebagai pemanis agar rasanya lebih dapat ditoleransi peminumnya. Bahkan ada pula jamu yang ditambah dengan anggur, lagi-lagi, ya, untuk mengurangi rasa pahitnya itu.

Ragam bahan jamu. Sbr gbr ;disini
Dari kecil, saya sudah akrab dengan jamu. Ibu, ayah, uwak dan saudara-saudara saya, semua doyan sama minuman yang menyehatkan ini. Kami biasa membelinya dari si mbok jamu yang sering lewat depan rumah, yang setiap pagi selalu teriak dengan lantangnya: "jammuuuuuu...." dengan busana khasnya. Berkain larik panjang, kebaya model jadul dan rambut yang dicepol. 

Jamu gendong. (Gbr: Wikipedia)
Jika si mbok jamu datang kerumah saya, beras kencur dan kunir asam, tak pernah saya lewatkan. Saya suka sama dua jenis jamu ini. 

Beras kencur itu rasanya manis dan gemuk. Terbuat dari bahan utama beras dan kencur, ditambah dengan gula jawa. Meminumnya, dapat menghilangkan pegal-pegal pada tubuh dan penyegar saat habis bekerja. Yang selera makannya lagi turun, jamu ini bisa meningkatkan nafsu makan, lo. Nah, buat yang lagi teruhuk-uhuk alias batuk,  beras kencur ini juga bisa meringankannya. 

Jamu beras kencur. Sbr gbr: disini
Sedangkan kunir atau kunyit asam, rasanya asam dan sedikit pahit, tapi  cocok dilidah saya. Untuk yang sedang mengalami panas dalam, jamu ini monggo dicoba, karena bisa menyegarkan tubuh dan menghindarkan dari panas dalam, sariawan, melancarkan haid, serta membuat perut menjadi dingin. 

Selain itu, ada juga yang namanya Jamu Cabe Puyang. Untuk anda yang mengalami pegal linu, kesemutan dan demam, bisa dicoba nih jamu.  

Tapi, saya juga suka yang rasanya pahiiiittt pake banget, atau sering disebut jamu pahitan. Nah, jamu yang pahit ini saya minum kalau lagi gak enak badan, biar bisa ngusir itu penyakit dalam tubuh, hehehe. Biar pahit, tapi khasiatnya banyak, lo. Salahsatunya untuk gatal-gatal, kencing manis, kurang nafsu makan, menghilangkan bau badan, menurunkan kolesterol, perut kembung/sebah, jerawat, pegal, pusing dan lain-lain. Kalau saya sih, mesti dicampur dengan beras kencur dan kunir asam saat meminumnya, supaya kening saya gak terlalu berkerut, saking menahan rasa pahitnya, hehehe...
Sambiloto, adalah bahan baku dasar dari jamu pahitan. Tapi, racikan pahitan juga bervariasi, lo. Ada yang hanya terdiri dari sambiloto saja, tetapi ada pula yang menambahkan bahan-bahan lain yang rasanya juga pahit, seperti brotowali, widoro laut, doro putih, dan babakan pule.

Nah, setelah minum yang pahit-pahit, oleh si mbaknya, biasanya langsung disodori sama jamu wedang jahe yang dicampur gula jawa dan sereh. Ah, lidah yang mengecap rasa pahit langsung berubah jadi rasa manis dan sedikit pedas, tapi nikmat. Wedang jahe inilah biasanya minuman penutup sesudah kita berjamu ria. Sampai sekarangpun saya masih suka minum jamu, masih tetap setia membeli dari si mbak jamu gendong yang hampir setiap hari melintas didepan kos-kosan saya. Anak-anak kos ditempat saya, juga pada suka minum jamu. Dengan harga Rp.3000, saya sudah bisa menenggak segelas jamu rasa apapun yang saya inginkan. Tapi, kalau mau tambahan telor ayam kampung, ya nambah lagi dong bayarannya, hehehe...

Wedang jahe. Sbr gbr ;disini

Dalam satu bakul gendongan yang selalu dibawa mengikuti kemanapun langkah kaki si mbaknya berjalan, ada sekitar delapan jenis jamu yang biasa dijual yaitu beras kencur, cabe puyang, kudu laos, kunci suruh, uyup-uyup/gepyokan, kunir asam, pahitan, dan sinom. Ssstt..., asal tau aja ya, dari beragam jenis jamu gendong,  dari dulu sampe sekarang, beras kencur dan kunir asamlah yang tetap nempel di hati.


Mengenal TOGa sejak dulu...


Ngomongin soal jamu, pasti berkaitan dengan TOGA dong ya, alias tanaman obat keluarga. 

Dulu, sewaktu Almarhum ayah saya masih ada, hampir setiap hari, kami disuruh merebus daun sambiloto, tuk menyembuhkan penyakit kencing manis yang ia rasakan sejak sepuluh tahun lebih. 

Dengan meminum air dari rebusan sambiloto, memang tidak langsung menyembuhkan penyakitnya, karena obat alami dari tumbuh-tumbuhan bukan seperti pil atau kapsul farmasi yang langsung terasa efeknya. Tapi paling tidak, minuman ini  bisa meringankan, sekaligus mengimbangi residu obat-obatan dari bahan kimia yang diresepkan oleh dokter, yang dikonsumsi ayah saya setiap hari. Daun sambiloto yang imut dan kecil itu, kami tanam di halaman rumah. Tanaman ini bisa tumbuh dimanapun. Tak susah merawatnya, dan gampang banget tumbuh subur. 

Daun sambiloto. Sbr gbr ;disini
Manfaat dan khasiat sambiloto ini banyak, lo. Selain tuk menyembuhkan diabetes, bisa juga mencegah pembentukan radang, menurunkan tekanan darah, dan tifus, radang tenggorokan, malaria, panas demam, sakit gigi, dan sebagainya.

Selain sambiloto, kakak perempuan saya juga seiring merebus daun nangka. Kebetulan disekitar rumahnya ada pohon nangka. So, untuk menghilangkan rasa gak enak badan, nyeri-nyeri dan melegakan tubuh usai pulang kerja, ia selalu merebus sekitar 30 puluhan daun nangka, hingga airnya kental dan berwarna kuning seperti teh. Ketika sedang ada di rumah kakak, dan badan rada gak enak, sayapun mencicipi air rebusan itu. Rebusan daun nangka ini, rasanya tidak pahit, tapi juga tidak manis. Mirip-mirip seperti teh tawar, tapi rada sepet.  Meminumnya, badan saya lumayan ringan.

Tak hanya itu saja manfaat daun nangka, selain menyegarkaan tubuh, daun yang punya buah lezat ini juga bisa menyembuhkan kanker, melancarkan ASI, mengobati luka, mengatasi hipertensi dan mencegah infeksi, serta melancarkan pencernaan. 

Oh ya, waktu kecil dulu, sekitar umur 4 atau 5 tahun, saya susah buang air kecil,  keluarnya cuma sedikit.  Ibu saya panik. Namun, ia mendapat informasi, kalau daun kumis kucing bisa membantu melancarkan air seni yang sedikit itu. Untunglah, kami memang menanam tanaman kumis kucing di halaman rumah, jadi, gak perlu repot mencari kemana-mana. Padahal, waktu menanamnya dulu, niatnya sih cuma tuk hiasan pekarangan rumah saja. Tapi, begitu tau khasiatnya bisa meredakan sakit yang saya alami, daunnyapun langsung dipetik dan direbus. 

Daun kumis Kucing
Saya meminumnya. Seingat saya, rasanya gak pahit ya. Tapi, namanya juga anak kecil, biasa makan permen dan ngemut yang manis-manis..eh..malah disodorin rebusan tanaman. Kebayang gak sih, saya menyeringai duluan ketika melihat minuman itu disodorkan. Berhubung saya takut dimarahi karena menolak minum itu air, ya saya minumlah rebusan air kumis kucing itu. 

Sampai sekarang, kalau saya melihat penampakan tanaman yang bunganya mirip dengan kumis kucing ini, saya langsung teringat dengan masa lalu, hehehe. Dan, sampai saat inipun saya masih mengandalkan tetumbuhan obat Indonesia untuk meredakan sakit. Seperti jeruk nipis dicampur kecap manis atau madu, tuk sembuhkan batuk. Alhamdullilah meringankan. Ya, sejak dulu, saya sudah mengenal TOGA, disaat belum maraknya tanaman ini dipublikasikan dan digalakkan. Ah, makasih Ibu...

Jeruk nipis dan madu, masih jadi andalan..

 Jamu, kini....

Dulu, jamu atau minuman dari tumbuh-tumbuhan, hanya diproduksi oleh industri rumahan saja, dengan alat dan cara tradisional juga tentunya, seperti jamu gendong atau rebusan tanaman berkhasiat  yang saya katakan tadi.

Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan tehnologi, saat ini jamu tak hanya diproduksi oleh industri rumahan saja, tapi juga diproduksi di pabrik-pabrik jamu oleh perusahaan besar, dengan mesin dan tehnologi canggih. 

Kini, jamu bisa kita jumpai dalam bentuk bubuk yang dibungkus kemasan sachet, dan dijual di berbagai toko obat dan supermarket. Terkadang, penjual jamu gendong masa kini yang tak bergendong ria lagi, alias sudah memakai sepeda atau gerobak, dengan busana biasa, bukan kebaya lagi, juga menyediakan jamu kemasan ini. 
 
Nah, dengan bentuk sachet, kita bisa menyimpannya dan kapan mau dibuatpun ya sesuai kebutuhan, serta praktis dibawa kemana-mana. Tapi, kalau mau dibikinin sama si mboknya juga agak apa-apa. Siapa tau jamu sachetnya  pengen diaduk-aduk sama tangan gesitnya si mbak, hehehe.. So, tinggal diseduh dengan air panas saja, bubuk jamu tadi menjadi jamu cair kembali, dan siap di tenggak. Eh, gak cuma sachet lo, kini jamu juga diracik dan dijual dalam bentuk tablet, kaplet dan kapsul. Ulala, luar biasa ya perkembangan jamu. Dengan bentuk seperti ini, tentu sangat memudahkan jamu tuk di ekspor, dijadikan oleh-oleh, atau dikirim kemana gitu, ya. Lebih praktis!  Semakin lestari.


Potensi Pasar Jamu

Dulu, waktu saya masih kecil, sering sekali melihat gerobak-gerobak yang menjual jamu kemasan yang biasa nongkrong di pasar atau tempat keramaian. Kebanyakan bapak-bapak, atau abang-abang sih, yang singgah menikmati segelas jamu pilihannya. Lantas, semakin berkembangnya jamu, menjamur pula toko-toko yang khusus menjual jejamuan. Produknyapun digandrungi oleh banyak orang dan laris. Bahkan, kini gerai-gerai jamu pun sudah nongkrong di mall elit dalam bentuk cafe atau outlet yang rupawan. Pengunjungnya tak hanya orang tua, tapi juga anak muda dari berbagai kalangan. Jamu sudah ngemall, euy. 


Ya,  ada banyak alasan kenapa orang suka jamu, selain banyak juga yang  sudah tau manfaatnya. Multi khasiat lo jamu itu. Dapat digunakan untuk pengobatan lebih dari satu penyakit. Misalnya, jamu yang mengandung bawang putih, tidak hanya bersifat antivirus namun juga menurunkan kadar kolesterol dan menguatkan jantung. Begitupun dengan daun sambiloto, daun nangka atau daun kumis kucing  yang saya ceritakan tadi, dengan satu jenis daun, tapi bisa mengobati ragam penyakit. Bahkan, jamu juga seringkali memberikan efek meluruhkan racun dalam tubuh (detoksifikasi). Selain itu, produk alami ini gampang ditemukan, dan harganya relatif terjangkau. 
 
Nah, jamu, sebagai warisan budaya bangsa, bisa lo menjadi aset nasional yang berpotensi besar menjadi komoditi dunia di tengah maraknya gairah tren kembali alam. Ya, potensi pasar industi jamu di Indonesia sangat menjanjikan. Hal ini dikarenakan penggunaan jamu tradisional di Indonesia terus meningkat. Masyarakat sekarang ini semakin mengarah ke produk alami sebagai obat. Sayapun begitu. Bagi saya, produk alami seperti jamu memiliki kualitas yang tidak jauh berbeda dengan produk farmasi lainnya, dan harganya juga lebih terjangkau. Apa yang tersaji dialam itu, sudah dirancang Tuhan untuk diberikan manfaatnya pada manusia. 

Stand jamu. (gbr: Tribunnews.com)
Namun, untuk bisa bertahan di industri jamu, pelaku industri harus mampu beradaptasi dengan kebutuhan konsumen. Karena itu, dibutuhkan inovasi dan gebrakan pelestarian jamu untuk menyesuaikan pasar. Tidak hanya pasar lokal, tetapi juga harus mampu mengikuti pasar internasional, sehingga produk jamu dari Indonesia bisa diminati di mancanegara. Dan, sudah ada lo beberapa jamu merk terkenal yang di ekspor ke mancanegera. Tapi, kalau lebih banyak merk lagi yang berhasil memembus pasar Internasioal, wah itu baru keren!

Ya, industri jamu di Indonesia ini, jika mampu di ekspor, akan sangat menjanjikan. Karena 95 persen bahan pembuatannya, ya dari lokal, dari tanaman yang tumbuh subur di Indonesia. Beruntunglah kita tinggal di negara ini, selain kekayaan alam yang melimpah, tumbuh-tumbuhanpun memberikan keuntungan dan manfaat bagi penduduknya. Dan jika kita mampu mengelola tanaman tadi menjadi sebuah minuman yang menyehatkan dan dijual dengan kemasan menarik, tentu potensi pasar jamu mudah untuk dikembangkan, karena kita sudah punya bahan yang berlimpah. 

Selain itu, perkembangan obat bahan alam, amat berkaitan dengan etnis dan proses sejarah yang membentuknya. Misalnya, tanaman obat yang digunakan untuk satu indikasi penyakit tertentu, terkadang digunakan untuk penyakit berbeda di daerah lain. Ini menunjukkan kekayaan budaya yang tersebar di pelosok nusantara.


Yang perlu diperhatikan saat mengkonsumsi jamu

Jamu adalah continuum of care, begitulah para pakar dunia obat-obatan tradisional menyebutnya. Istilah tersebut mengisyaratkan bahwa jamu adalah minuman kesehatan yang baik untuk manusia dari segala usia. Tapi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan apabila ingin mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari mengkonsumsi jamu. 
 
1. Higienis kah jamu yang anda minum...?
Untuk urusan jamu-jamuan yang beredar dipasaran, kita tetap perlu berhati-hati, karena beberapa jenis jamu tradisional diproduksi tidak secara higienis dan bahkan dicampur zat-zat kimia sehingga berbahaya bagi tubuh. Mulai dari saringan atau alat-alat yang tidak bersih saat mereka meracik jamu, atau  bahan-bahan yang tidak diolah secara benar. Dalam hal ini yang berbahaya bukan jamunya, namun kontaminasi jamur dan zat tambahannya.

2. Sering menggunakan botol plastik. 
Sekarang, banyak jamu gendong yang mewadahi dagangannya dengan menggunakan botol plastik. Padahal, menggunakan botol plastik bekas air mineral yang berulang-ulang, itu bahaya! Plastik mengandung bahan-bahan yang tidak baik untuk kesehatan, seperti Bisphenol-A dan PVC (polyvinyl chloride). Jika tubuh kita terkena zat PVC, maka akan berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.


Apalagi, botol-botol plastik bekas air mineral, kebanyakan memiliki kode Polietilen Tereftalat (PET). Nah, kode ini adalah untuk plastik yang kedap air serta gas, biasanya berwarna jernih. Plastik ini bisa melunak pada suhu 80 derajat Celcius dan sebaiknya hanya dipakai sekali saja, tidak boleh dipakai sebagai wadah tuk air hangat/panas.  

Sedangkan, jamu gendong, kan berbentuk cair tuh, ada kemungkinan ketika mereka menuangkan cariannya kedalam botol plastik, dalam kondisi yang masih hangat. Nah, kalau sudah begitu, maka zat-zat berbahaya yang ada dalam plastik akan menguap dan tercampur dalam cairan jamu. Ngeri, kan..? So, pilihlah jamu gendong yang penjualnya menggunakan botol beling, seperti gambar dibawah ini.

Jamu wadah botol beling sbr gbr : disini

3.Pemanis buatan
Yang wajib kita ketahui juga adalah, jika menemukan atau merasakan jamu yang menggunakan pemanis buatan. Nah, artinya itu menyalahi aturan dan menyimpang dari tujuan pembuatan jamu, yaitu untuk menyehatkan dan menjaga kesehatan badan. Kalau pemanis buatan, sudah lain lagi ceritanya, bukan bikin badan sehat, malah tubuh kita terkontaminasi zat-zat yang berada dalam bahan pemanis buatan tadi. Jadi, kita perlu hait-hati. Jamu dengan rasa manis, harusnya dibuat dengan menggunakan gula jawa, gula pasir, atau gula batu. Penggunaan gula asli ini merupakan keharusan bagi penjual jamu dengan alasan kesehatan.

4 . Bercampur bahan kimia.
Pengobatan tradisional yang meracik jenis tanaman menjadi penawar penyakit sudah diturunkan dari generasi ke generasi. Sayangnya, di tangan segelintir orang jamu tradisional ini dicampur dengan bahan kimia obat keras hingga menimbulkan jatuhnya korban jiwa. 
 
Sudah sering terjadi kasus jamu oplosan dengan bahan kimia menyebabkan nyawa melayang. Bukan faktor jamu herbalnya, namun bahan kimia obat kerasnya. Ya, penambahan obat kimia dalam jamu sudah sering ditemui, umumnya di daerah pantai utara Jawa (pantura) untuk konsumsi para supir. Selain obat kimia, beberapa jenis jamu juga dioplos dengan minuman keras yang mengandung alkohol dan etanol. Kenapa jamu dicampur bahan kimia oleh orang-orang yang bertanggung jawab ini..? Alasannya sih, kalau hanya minum jamu saja, biasanya tidak akan langsung memberi efek segar. Makanya, jamu seperti pegal linu atau rematik, sering dicampur obat kimia agar bisa langsung membuat badan terasa enak.  

Untuk itu, anda patut menaruh curiga pada jamu yang memberikan efek khasiat dalam waktu yang singkat. Ini dikarenakan bahan kimia pada obat lebih cepat bereaksi  daripada jamu, yang memang tidak memberikan efek instan, namun jika rutin dikonsumsi hasilnya bisa membuat badan bugar dan stamina meningkat, jika pemilihan bahan baku dan pengolahannya tepat. Tapi, jika nekad memberikan bahan kimia,  tentu hal ini menyebabkan jamu tidak alami lagi dan melenceng dari keasliannya.
  
5. Interaksi jamu dan obat farmasi
Jamu, memang sih, bisa dibeli siapa saja dan di mana saja, karena itu, kalau mau beli jamu ya gak perlu pake resep dokter atau pergi ke apotik. Meski begitu, sebaiknya kita tetap berkonsultasi dengan dokter bila sedang mengkonsumsi obat herbal bersamaan dengan obat farmasi, karena dikhawatirkan terjadi interaksi obat.

6. Perhatikan kondisi usia dan  kondisi kesehatan.
Sejak bayi dalam kandungan, hingga sudah manula, semua ada ramuan jamunya untuk menjaga kesehatan. Tapi kalau bayi, sebaiknya setelah masa ASI eksklusif selesai, atau usia 6 bulan ke atas, baru boleh diberi jamu. 
 
Ibu hamilpun boleh mengkonsumsi jamu. Namun ibu yang sedang hamil tadi,  harus paham betul, ramuan jamu apa yang ia konsumsi, dan apa tujuannya bagi diri dan kandungannya. Jangan sampai terulang lagi peristiwa tragis di Yogyakarta. Ada seorang ibu hamil rajin meminum jamu cabe puyang, bahkan hingga trimester akhir masa kehamilannya. Akibatnya ia menjadi susah kontraksi saat melahirkan. Ternyata, jamu cabe puyang tadi berkhasiat untuk menghambat kontraksi, yang sebaiknya diminum hanya saat awal masa kehamilan. Nah....

7. Perhatikan Komposisi formulanya
Untuk meracik dan mengkonsumsi jamu, juga ada komposisi formula yang harus diperhatikan. Yang pertama, bahan penyusun ramuan tidak toksis atau bersifat racun. Kedua, bahan yang digunakan tidak salah, tidak berlebihan dan harus ada takarannya. Sama dong, kalau kita minum obat farmasi, kalau kelebihan dosis atau keseringan, pasti akan menimbulkan efek samping, begitu juga dengan jamu. Yang berlebihan itu tidak baik bukan...?

8. Tak ada Izin edar dan tak melalui BPOM 
Hati-hati, lo, banyak  jamu kemasan yang tidak memilik izin edar,  tidak melalui BPOM (Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan), dan tak mencantumkan informasi kadaluarsa.  Ini tentu berbahaya. Karena bisa saja jamu racikan mereka tidak memenuhi standar racikan/kesehatan yang telah ditetapkan. Ujung-ujungnya, orang yang minum jamu tadi bukannya sehat, malah jadi sakit atau keracunan. So, ada baiknya kita membeli jamu kemasan, pil, tablet, dari perusahaan terpercaya yang mencantumkan  izin edar, lolos BPOM dan ada masa kadaluarsa pada kemasannya.

Perlunya Penelitian dan Pengembangan Jamu

Meski jamu itu tradisional, alami dan dari bahan herbal, tapi sayangnya, banyak juga jamu yang belum melalui proses uji kelayakan. Sayangnya, masyarakat Indonesia itu, kalau sudah fanatik dengan jamu, maka ketika sakit, tanpa pikir panjang lagi, langsung mengkonsumsi tanaman yang ada disekitar mereka, yang “katanya” bisa menyembuhkan penyakit. Padahal, tanaman tersebut sebagian besar belum dapat dibuktikan sebagai fungsi obat secara uji klinis, sehingga belum dapat diketahui apakah memiliki kontaradiksi pada saat penggunaannya, memiliki efek racun dan takaran dosis optimum sehingga dapat berfungsi sebagai obat yang manjur atau tidak. 
 
Karena itulah, Biofarmaka IPB, meneliti jamu yang merupakan ciri khas dan warisan berharga dari turun temurun nenek moyang bangsa Indonesia ini. Hal ini menjadi perhatian penting bagi para ilmuan untuk lebih menggali keanekaragaman hayati yang dapat mengeksplor informasi tentang tanaman jamu sebagai obat herbal yang berfungsi utama untuk kesehatan. 

Kantor Pusat Studi Biofarmaka IPB.

 
Pusat Studi Biofarmaka PSB sebagai salah satu Lembaga Penelitian dan Pengembangan yang memiliki visi menjadi Pusat Unggulan Riset dan Inovasi Teknologi Bidang Biofarmaka di Tingkat Nasional dan Internasional. Lembaga ini  mengambil peranan penting untuk terus berupaya meningkatkan citra dan peran produk obat herbal jamu Indonesia melalui penelitian-penelitian yang terintegrasi dari hulu ke hilir. 
 
Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan tersebut,  Biofarmaka IPB memiliki salah satu misi yaitu mengembangkan ilmu, teknologi dan seni yang berorientasi ke depan yang berbasis penelitian sehingga mampu menghasilkan luaran IPTEK, potensi, dan prodak biofarmaka yang memenuhi syarat pendidikan, publikasi, paten dan berorientasi HaKI yang mendukung kemandirian bangsa.

Nah, kalau Biofarmaka IPB  sudah berperan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni agar jamu bisa lestari, kita sebagai masyarakatpun wajib mendukung dan membantu gerakan tersebut, dengan cara :
 
1. Mengenalkan jamu sejak dini pada anak-anak

Beberapa waktu lalu, teman saya yang bekerja sebagai Public Relation disalah satu perusahanaan elektronik bercerita, kalau ia bersama perusahaannya mengajak anak-anak SD yang ada di Bogor tuk mengenal tumbuh-tumbuhan yang ada di Kebun Raya Bogor, dalam rangka menggalakkan pendidikan lingkungan, sebagai misi dari program CSR perusahaan. 

Nah, dalam kesempatan tersebut, mereka juga diberi wawasan tentang tanaman-tanaman obat dan khasiatnya. Eh, mereka juga diajarkan meracik jamu lo disana. Yang mengajarkan langsung bagaimana cara pembuatan jamu didepan anak-anak SD tadi, adalah si mbak jamu gendong yang biasa berjualan jamu. Salahsatu yang diperagakan adalah pembuatan jamu beras kencur dan kunir asam, yang bahan-bahannya juga diambil dari Kebun Raya Bogor. Ya, mengenalkan jamu pada anak-anak sedini mungkin, akan membantu kepopuleran jamu dan tanaman obat.


2. Ada pelajaran khusus yang membahas mengenai kekayaan biodiversity di Indonesia. 

Jika disetiap sekolah ada ada pelajaran khusus yang membahas mengenai kekayaan biodiversity di Indonesia, termasuk didalamnya memberikan paparan atau pengetahuan tentang tanam-tanaman obat yang bisa berguna tuk kesehatan tubuh, tentu ini akan menambah khasana dan perbendaharaan tanaman bagi adik-adik kita. Tahu gak, kalau kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia menempati urutan kedua dunia setelah Brazil, lo. Namun dari ribuan tumbuhan yang ada di Indonesia, baru sejumlah kecil yang telah memberi sumbangan berarti bagi kesejahteraan bangsa. Indonesia memiliki sekitar 9.000 spesies tumbuhan obat, namun hanya 350 spesies yang teridentifikasi dan baru sekitar 3 - 4% yang telah dimanfaatkan secara komersial. 

sbr gbr :disini

Lalu mengapa potensi luar biasa itu belum dapat dimanfaatkan seluruhnya secara optimal? Nah, untuk itulah penggalian potensi dan sosialisasi keanekaragaman hayati melalui pelajaran disekolah-sekolah, sangat mendukung agar potensi yang kita milik lebih menjamur dan optimal.

3. Menggalakkan tanaman obat keluarga atau TOGA. 

Jika disekitar kita terlihat ada lahan kosong, mending dimanfaatkan tuk menanami TOGA, daripada lahannya dibiarkan tidur. Di masing-masing rumah, di halaman perkantoran, maupun di lahan pabrik perusahaan, sebaiknya kita tumbuhkan tanaman obat yang beragam, seperti mangga,  jambu biji, sereh, belimbing dan sebagainya. 

Andai lahan pekarangan rumah anda kecil, bisa disiati dengan menanam menggunakan media pot atau wadah plastik yang tidak terpakai. Tapi, harus disesuaikan dengan rentang lingkup hidup tanaman. Tanaman yang bisa kita tanam di pot misalnya seledri, sambiloto, cabe, kumis kucing, lidah mertua  dan sebagainya. Banyak cara yang bisa dilakukan kalau kita memang niat tuk melestarikan TOGA.


4. Laporkan Tanaman Baru

Jika menemukan tanaman baru, unik dan langka,  yang dirasa berkhasiat untuk mengobati penyakit, namun tanaman tersebut belum populer, kita bisa melaporkan atau memberitahukannya kepada lembaga yang berwenang seperti Biofarma IPB, untuk diteliti lebih lanjut. Agar koleksi tanaman obat kita lebih bervariasi.

5. Kreatif memproduksi kemasan jamu 

Agar masyarakat tidak bosan dengan bentuk jamu yang selama ini berbentuk cair, bubuk atau pil, produsen jamu harus lebih kreatif lagi mengemas jamunya supaya tidak membosankan dan menarik, terutama bagi anak-anak. Misal, membuat permen rasa kunir asam, roti rasa wedang jahe, minuman kotak rasa beras kencur atau martabak manis dengan olesan jamu...? Kenapa tidak...?

7. Hadirkan jamu di event pesta kuliner 

Di Indonesia banyak pihak yang sering mengadakan acara tuk menunjukkan ragam kuliner di Indonesia. Di Jakarta sendiri, sudah 8 tahun ini rutin menggelar JFFF atau Jakarta Fashion and Food Festival. Gak ada salahnya setiap kali ada festival kuliner, mengajak pedagang jamu tuk turut berpartisipasi di ajang tersebut. Selama ini, kok saya tidak pernah melihat ada jamu di ajang yang keren itu. Pun diajang Pekan Raya Jakarta PRJ yang bertaraf Internasioanal. Memang sih, ada stand jamu dari salahsatu perusahaan besar yang ikut mejeng di PRJ,  tapi hanya satu atau dua merk. Padahal, ada banyak sekali perusahaan atau industri rumahan yang memproduksi jamu. So, sesekali unjuk gigi diajang yang bunafit itu, merupakan salah satau cara yang keren tuk melestarikan dan mempromosikan jamu. 

Saya membayangkan, jika di dalam area PRJ itu ada sekelompk si mbok jamu gendong, di area atau stand khusus, lengkap dengan busana kebaya khasnya, wah, tentu ini akan menarik perhatian pengunjung, terutama wisatawan mancanegara. Selain memperkenalkan jamu pada turis, kita juga sudah menonjolkan kebudayaan daerah di mata mereka.

Salah satu stand jamu di PRJ. Sbr gbr : disini

8.Memberi Workshop tuk pedagang jamu
 
Dari sekian banyak pedagang jamu, bisa saja, ada yang tidak atau atau sengaja memberikan pemanis buatan pada jamunya, supaya lebih mudah dan praktis. Atau, yang lebih parah lagi mencampur bahan kimia, agar jamu terlihat lebih “bekerja”. Hal itu bisa terjadi, karena minim dan awamnya ilmu pengetahuan mereka tentang jamu. Baik dari sisi racikannya, dosis, dan dampak dari apa yang mereka lakukan. Untuk itu, lembaga terkait atau pemerintah perlu memberikan semacam sosialisasi atau kegiatan workshop tuk para penjual jamu, agar mereka lebih paham dan mengerti bagaimana cara meracik jamu yang benar, termasuk takaran dan kebersihannya.

Sekaligus, memberikan lagi pengetahuan tentang tanaman-tanaman lainnya yang bisa juga dikelola sebagai jamu, selain tanaman yang sering mereka racik selama ini. Dengan begitu, tentu ragam jenis dan rasa jamu yang sering dijual si mbak jamu gendong atau jamu-jamu yang sudah berbentuk kemasan, lebih bervariasi lagi. 

Nah, untuk jamu kemasan, pedagang jamu wajib tahu soal regulasi, izin edar dan harus melalui BPOM (Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan) agar produk yang mereka jajakan legal dan benar-benar telah teruji kualitasnya untuk kesehatan. 

9. Kontes jamu & magang

Beberapa waktu lalu ada kontes Ratu Jamu Gendong, yang diadakan oleh salah satu perusahaan jamu. Ini merupakan kontes kecantikan dan talenta yang ditujukan kepada para jamu gendong berskala nasional. Tujuannya untuk apresiasi dan pelestarian penjual jamu seluruh Indonesia, guna mendukung industri jamu agar semakin berkembang. Dalam kontes tersebut, salah satu penilaian adalah memperagakan cara meracik jamu didepan orang banyak. 
 
Pemenang ratu jamu Gendong . Ayu rek.. . Sbr gbr disini
Nah, ini juga salah cara yang unik tuk melestarikan jamu. Hadiahnya adalah sejumlah  nominal uang. Menurut saya, selain sejumlah uang untuk modal pengembangan jualan jamu, lebih asyik lagi kalau pemenang dan semua finalisnya diberi kesempatan magang di perusahaan yang mengadakan kontes tersebut. Atau boleh juga magang di lembaga penelitian seperti  Biofarmaka IPB, agar mereka lebih tau bagaimana kinerja tangan-tangan ahli yang meneliti khasiat ratusan tanaman di Indonesia itu. Itu akan menambah wawasan para pedagang jamu tentang tanaman obat. Selain itu, mereka juga diajarkan cara menjaga kebersihan dan takaran jamu yang benar. 

 10. Rajin update tentang tanaman obat di media sosial. 

Kalau kita menemukan  tanaman unik yang berkhasiat pada saat browsing, yang kurang familiar atau yang sudah familiar di masyarakat, informasi tadi bisa di update ke jejaring sosial. Apalagi bagi yang punya ratusan follower di twitter atau pertemanan dalam jumlah banyak di facebook, itu cara yang ampuh tuk menyebarkan informasi.  Jangan lupa untuk follow atau mention akun twitter yang memang bergerak dibidang perkebunan, keanekaragaman hayati atau penelitian tanaman untuk dikembangkan lebih lanjut, seperti akun @BiofarmakaIPB, supaya tweet kita bisa di respon atau di retweet hingga menyebar. 

Untuk teman-teman yang bekerja sebagai media social speasialist di perusahaannya masing-masing, tak ada salahnya juga memberikan tweet atau tulisan di akun jejaring sosialnya untuk mempromosikan tanam-tanaman yang berkhasiat, agar wawasan masyarakat berkembang. Biasanya, kalau akun twitter perusahaan atau brand, followernya bisa puluhan ribu. Apalagi bagi perusahaan yang bergerak dibidang minuman, makanan, kesehatan atau lingkungan.  Ini tentu efektif tuk mengenalkan tanaman obat kepada orang banyak. Misalnya memberikan informasi soal tanaman yang kurang familiar di masyarakat, tapi punya manfaat bagus.  

Sisik naga, contohnya, saya baru mendengar nama tanaman ini. Rupanya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Biopharmaka IPB, tanaman ini berkhasiat sebagai anti jamur atau anti bakteri, dan tidak mempunyai efek sitotoksik pada sel kanker. Nah, masyarakat wajib tau akan hal ini. Tugas kitalah yang membantu tuk menyebarkannya. 
 
Tanaman Sisik naga.

Ada lagi tanaman Ki Cantung. Pernah dengar nama ini..? Nah, tanaman ini bisa digunakan tuk menyembuhkan jerawat lo, karena bisa membunuh bakteri. Dan batangnyapun bisa berfungsi untuk mengusir serangga, dengan cara batangnya dibakar terlebih dahulu....Tuh, keren kan? Banyak sekali nama-nama tanaman yang gak kita kenal, tapi dengan rajin mencari tau atau browsing soal tanaman obat,  kita bisa mendapatkan informasinya.

Ki Cantung

Dengan mengadakan lomba blog tentang segala hal yang berhubungan dengan jamu, ini juga bermanfaat untuk melestarikan jamu. Karena semakin banyak yang menulisnya, maka akan menambah sumbangan informasi yang semakin mendongkrak kepopuleran minuman khas Indonesia ini. Selain itu, opini  jamu dari sudut pandang masing-masing orang bisa di evaluasi dan dipahami, untuk menambah tujuan dan fungsi dari apa yang dilakukan oleh lembaga penelitian itu sendiri. Dan bagi masyarakat atau pembacanya, tentu akan menambah wawasan tentang ragam jamu dan tanam-tanaman yang berkhasiat, yang tersembunyi dibalik bumi gemah ripah loh jenawi ini. 

Ya, nenek moyang bangsa Indonesia telah mewariskan pengobatan bahan alam yang amat kaya dan beragam. Dan, Tuhan telah memilih Indonesia tuk menurunkan khasiat ciptaannya di bumi pertiwi ini. Kita yang tinggal di negara inilah yang patut melestarikannya, agar tak dilupakan atau lekang oleh waktu.

Melestarikan dan memanfaatkan jamu, berkaitan erat pula dengan upaya pelestarian lingkungan hidup. Karena tanaman yang menjadi bahan baku jamu tradisional Indonesia adalah tanaman obat  jenis rimpang, daun-daunan dan kulit batang/batang yang berperan dalam upaya mengurangi efek pemanasan global yang melanda dunia akhir-akhir ini. Nah, jika, pemanfaatan tanaman jamu berjalan dengan baik dan lancar, tentu akan ikut menopang perekonomian petani.
 
So, begitu banyak hikmah yang dipetik jika kita bergerak untuk melestarikan jamu. Tak heran rasanya kalau UNESCO mendukung penetapan jamu sebagai warisan budaya dunia. Tak salah juga, kalau dari dulu sampai sekarang saya masih mencintai dan mengkonsumsi jamu. Tak bisa dipungkiri, jamu memang memiliki khasiat luar biasa, kerenanya dari dulu sampai sekarang jamu itu tetap di hati. 

Jamu oh jamu...Dicintai Orang, Dilestarikan Indonesia.

 
 Sumber : 
-http://jamu.journal.ipb.ac.id/
-http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/611-herbal-plants-collection-sisik-naga
-http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collectionhttp://biofarmaka.ipb.ac.id/publication/journal
-http://hot.detik.com/read/2013/11/08/090037/2407055/763/ibu-hamil-dan-bayi-aman-meminum-jamu-asal

-http://www.apoteker.info/Topik%20Khusus/negara_jamu.htm
-http://health.kompas.com/read/2010/08/24/12425161/Jamu.Herbal.Tak.Sebabkan.Kematian
-http://www.berkhasiat.com/2013/06/khasiat-daun-sambiloto.html

-http://www.makinsehat.com/2014/03/manfaat-daun-nangka.html
-http://tri-corner.blogspot.com/2013/02/kandungan-khasiat-daun-nangka.html