Inovasi Bisa Lahir Dari Siapapun

Banyak yang mengira, inovasi hanya bisa ditelurkan atau diciptakan oleh orang-orang tertentu yang mempunyai pendidikan tinggi, dan lulusan luar negeri. Tapi, ternyata banyak lo anak bangsa yang mampu berinovasi, bersaing dengan orang-orang diluar sana, tuk bisa mengarahkan dan hadirkan produk yang penuh inovasi, kreatifitas dan berkualitas. Namun, kreatifas itu harus bersinergi dengan akademisi, Business and Goverment.

Suryo Soewignjo, salahsatu orang yang bisa membuktikan hal tersebut. Pria berusia 48 tahun ini, baru 3 bulan menjabat sebagai Presiden Director Philips Indonesia, setelah sebelumnya berkecimpung di IBM selama 24 tahun. 
 
Dalam kesempatan di Bincang Philips bersama mahasiswa dan blogger, di Black Cat Cafe Arcadia, 21 Juli 2014 lalu, ia mengatakan, tak perlu harus berpendidikan mencapai tingkat master misalnya, jika hanya ingin menelurkan inovasi. “Pendidikan saya hanya sampai S1 dan lulusan Universitas dalam negeri, tepatnya lulusan UGM (Universitas Gajah Mada), tapi, saya bisa dipercaya tuk bergabung bersama Philips”, ujarnya memberi motivasi kepada undangan yang hadir, kepada kami, kepada calon generasi penerus bangsa... 
  
CEO Philips, Suryo Soewignjo, saat bincang-bincang
 
Ya, ia mampu bersaing dengan ahli-ahli lainnya dalam hal inovasi. Terbukti, Pimpinan Philips sebelumnya bukan orang Indonesia. Bahkan, semenjak brand Internasional ini masuk Indonesia tahun 1895, ini pertama kalinya dinahkodai oleh orang Indonesia. Sudah 120 tahun, lo. Keren! “Banggalah jadi orang Indonesia, karena kita mampu menjalankan bisnis. Indonesia tidak kalah pandai dengan bangsa lain, jangan pernah punya rasa minder. Percaya dirilah, karena kita mampu melakuakan hal-hal tanpa batas”, ujarnya mantap.

Bagi Suryo, memimpin di sebuah perusahaan asal Belanda ini menjadi hal baru dan sebagai tantangan tersendiri. Sesuai dengan mottonya philips “ "Innovation as a way of life" 
 
Berbicara mengenai inovasi, menurut Suryo, peranan social media tentu tak luput menjadi alat penting agar kita bisa mendapatkan sesuatu yang inovatif. Karena dari hal ini, kita bisa mendapatkan masukan atau ide, serta bisa mempromosikan  produk, agar lebih dikenal orang.  

Banyak sudah inovasi yang sudah dihadirkan oleh Philips. Salah satunya adalah dengan menerangi jalanan dengan lampu Philips. Di jembatan Ampera misalnya, di malam hari, terlihat begitu indah dengan kedap-kedipnya lampu Philips beraneka warna, begitu juga di Monas dan Bundaran HI. Semua inovasi itu jadi bermakna, karena dinikmati oleh banyak orang. 
 
Kini, karyawan Philips berjumlah sekitar 1700 orang, sebagian besar berada di Jakarta, Meski begitu banyak yang harus ia ayomi, tak membuat Suryo jadi pede dan puas. Ia justru menyarankan, kalau kita sudah duduk di kursi CEO harus tetap paranoid. Kenapa? agar terus berusaha untuk berinovasi dan berinovasi. Selain itu, tingkat kematangan diri mempengaruhi emosional, Sebagai seorang pekerja, ia menyarankan, carilah mentor yang baik yang terus memotivasi kita untuk maju.

"Ciptakanlah inovasi yang bisa menghasilkan uang. Walau, inovasi itu selalu ada masa akhirnya, tergantung bagaimana kita  menyikapinya."

Nasehat Suryo seakan menyiratkan, kalau kita harus menjadi orang yang pantang menyerah untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Dan pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa memberi contoh dan bisa melahirkan pemimpin-pemimpin yang lebih baik pula. 
   
Suasana  Bincang Philips


Philips itu.... tak sekedar lampu..

Philips itu, tak sekedar lampu, lo. Tapi, juga memproduksi alat-alat kesehatan dan rumah tangga. Ada, rice cooker inovasi, yang bisa memasak makanan lain selain nasi. Juga air fryer, yang bisa menggoreng makanan tanpa menggunakan minyak, adalah salah bentuk inovasi Philips. 
 
Tapi sayang, menurut Suryo, kedua produk ini kurang laku dipasaran, karena banyak masyarakat yang belum terlalu peduli dengan nilai lebih manfaatnya, selain harganya yang tergolong mahal. Tuk Air fryer misalnya, dikenakan sebesar 3, 5 juta per unitnya. Philips selalu mengadakan riset dan inovasi dalam penciptaan produknya, dan itu tentu memakan biaya yang tak sedikit Itulah mengapa produk Philips harganya mahal. Ehmm.., adakah produk Philips yang murah? Ada kok, contohnya lampu pijar. 
 
Sementara itu, produk unggulan philips medical adalah MRI, USG 4D, dan alat pemasang ring jantung. Alat USG 4D, misalnya, menurut Suryo bisa mengcapture gambar bayi yang ada didalam perut Ibu. Ya, semua yang dilakukan Philips adalah salahsatu bentuk inovasi. Dan Inovasi itu sangat mahal dan tanpa batas, tapi ada kualitas dibalik itu.

Oh ya, produk Philips ini ramah lingkungan lo, dan tidak mengandung bahan berbahaya seperti merkuri. Untuk concern lingkungan, Philips juga punya waste management plant untuk limbah lampu dan limbah mercuri, sehingga tidak mencemari lingkungan. 
 
Nah, bagaimana dengan program SCR ? Apakah perusahaan ini peduli dengan masyarakat? Tentu.! Membuat kampung terang hemat energi di daerah yang belum dijangkau lampu, juga memberikan alat-lalat kesehatan tuk bidan bidan yang bertugas di desa terpencil, adalah salah bentuk alokasi dana CSR Philips.

Nah, berhubung banyak adik-adik mahasiswa yang hadir diacara Bincang Philips ini, jadi... penasaran dong mereka...kira-kira bisa gak ya dikasih kesempatan tuk magang di philips..? Ouw, ternyata, kata Suryo, boleh saja lo, asal memasukkan lamaran terlebih dahulu.

Wah, semoga dengan modal magang dan mendapatkan ilmu dari Philips, kedepannya, lebih banyak lagi generasi muda yang bisa menelurkan inovasi dahsyat. Karena inovasi, bisa lahir dari siapapun, dimanapun. Tergantung dari sudut pandang seseorang, bisa menerimanya atau tidak.

Bincang philips, ditutup dengan selfie bersama Suryo Soewignjo.


Sbr gambar:
- Gambar urutan 1&3 diambil dari  Twitter @philips_ID
- Gambar urutan  2, milik pribadi.


Ngabuburit di Runway Ramadhan Sari Ayu


Akhir pekan itu, emang enak diisi dengan sesuatu yang bermanfaat ya. Salah satunya dengan menghadiri acara yang bisa menambah ilmu dan hiburan yang positif. Apalagi menikmati kegiatan itu sambil ngabuburit  di bulan ramadhan.

Seperti hari mingggu 13 Juli 2014 lalu, saya bisa mengais ilmu tentang perawatan wajah, sembari nonton duo stylist hijab competition dan diakhiri dengan hiburan fashion show baju muslim, karya desainer anak negeri. Semua itu, bisa saya saksikan dalam rangkaian acara Ramadhan Runway 2015, bersama Sari Ayu, KASHKHA dan Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI).

Seru, kan. Ya, dapet ilmu plus hiburan yang positif. Eh, ada artis pula yang hadir. Pica Priscilla "Miss Indonesia Kulit Cantik 2010" dan juga pembawa acara Dahsyat RCTI, serta  Rachel Maryam, bintang film dan Brand Ambasador Sari Ayu.

Suasana talkshow bersama Sari Ayu..
Nah , diawal acara, kami diberi pencerahan bagaimana cara merawat kulit yang baik dengan produk Sari Ayu. 
 
dr. Soeklola, yang menjadi narasumber hari itu, menjelaskan ada 2 jenis perawatan kulit, yaitu harian dan mingguan.

Perawatan Harian : 
 
- segera menghapus make up ketika pulang dari luar atau dari tempat kegiatan. Dan membersihkan wajah, harus dengan produk yang sesuai dengan jenis kulit.

- Pada pagi hari, ketika hendak memulai aktivitas atau keluar rumah, harus pake cream pagi yang mengandung tabir surya. Tentu ini dimaksudkan tuk melindungi kulit wajah dari paparan sinar surya. Selain itu,denga memakai cream yang mengandung tabir surya, bisa menghindari radikal bebas. Eh, menurut dr.Soeklola,Msi saat kita memasakpun ternyata harus memakai cream lo. Mengapa begitu..? Nah, uap panas yang dihasilkan oleh kompor/api itu bisa timbulkan flek hitam, walaupun aktivitas memasak dilakukan didalam rumah..

- Malam hari, dianjurkan pake cream malam. Dengan cream malam yang mengandung sat-zat aktif, maka bisa mengoptimalkan fungsi kulit sebelum tidur.


Perawatan Mingguan :

- Menggunakan scrub, tuk mengangkat kulit mati
Jika sedang menggunakan Scrub, jika kulit kita berminyak, boleh gunakan air hangat dan kering. Sedangkan kalau tuk kulit kering, tak boleh gunakan air hangat, karena akan menambah mengeringkan kulit. Itupun harus dengan air biasa, bukan air es. Kalau lagi jerawatan jangan dulu pake scrub, karena akan melukai kulit.
- Setelah itu, memakai masker, supaya bisa menutup pori.
Nah, sering dengerkan ya kalau ada yang bilang "kalau lagi maskeran gak boleh ngobrol apalagi ketawa, pokoknya tidak boleh berekpresi", Nah, menurut dr. Soeklola,  ini dimaksudkan agar masker bisa meresap dengan baik, dan tidak meniggalkan jejak kerut-kerut. Karena fungsi masker, kan tuk mengencangkan, maka jangan sampai meninggalkan jejak kerut.

- Pijat

- Setelah itu dicuci dengan menggunakan facial foam dan toner




Ada peserta yang bertanya kenapa komedo selalu muncul dan gak hilang-hilang. Menurut dokter, fungsi minyak di wajah adalah tuk melapisi kulit agar terhindar dari paparan matahari. Nah, komedo, adalah tanda bahwa kulit kita menghasilkan minyak. Jadi, komedo tidak bisa dihilangkan, karena kulit kita terus bekerja tuk memproduksi minyak. Kalau tidak ada minyak, maka kulit akan mudah teiritasi.

Nah, kalau untuk kulit mata, berbeda dengan kulit laiinnya. Jadi, area  mata juga perlu perawatan specila yang fungsinya tuk :
-menghilangkan kerutan
-mata panda ( muncul warna kehitaman dibawah lingkar mata )
-Kantung mata.
-Jika mata dipijit , arahnya adalah dari luar ke dalam.

Sementara, tuk kulit berjerawat, dokter ahli akupuntur ini mengajurkan kita  tuk massage acupreasure : yaitu gerakan mengangkat kulit wajah, agar mata terlihat indah dan mengencangkan kerutan di dahi. 
 
1 titik dilakukan selama 60 detik. Jika rutin dilakukan, maka selama 15-30 hari, akan terlihat hasilnya, kulit akan berubah”_ dr. Soeklola


Urutan Gerakan pijat Acupreasure : 
  • 1.   Dua jari diletakkan pada tengah alis tuk hilangkan kerutan di dahi
  • 2. Gerakan pijit berjalan dari dahi sampai keatas kepala. Tuk lancarkan peredaran darah diarea pelipis dan agar tidak berkerut, dan kulit tidak jatuh atau mengikuti gravitasi (kebawah)
  • 3. Satu jari ditekan pada titik ujung pelipis. Gunanya, tuk kurangi kerutan diatas alis dan bisa kembalikan kesegaran tubuh dan jiwa. Yang galau-galau, bisa fresh dengan pijitan ini..ihiiyy....
  • 4. Titik pangkal alis, nah ini berfungsi tuk memberi rasa nyaman dan enak pada mata yang kering.
  • 5. Cuping hidung, tuk kurangi rasa hidung tersumbat atau flu. Kalau mau mengoleskan balsem, bisa juga didaerah tersebut.
  • 6. Lakukan dan tekan senyaman mungkin, silahkan putar kedalam atau keluar asalkan 1 titik di tekan /dipijat selama 60 detik.

Gerakan pijat dan membersihkan wajah, langsung dipraktekkan  pada model, saat talkhsow berlangsung

Ngomongin soal jerawat, menurut  dr.Soeklola, pencetus jerawat adalah hormon, makanan dan polusi. “Jerawat itu emang serba salah ya, kalau kulit kekeringan bisa jerawatan, tapi kalau terlalu berminyak / lembab juga bisa timbulkan jerawat”, ujarnya dengan ekpresi yang "serba salah" juga, hehehe...



Nah, dibincang-bincang bersama dua orang nara sumber yang berwajah fresh,  dengan waktu sekitar satu jam itu, ia memberikan tips perawatan kulit, yaitu mengkonsumsi Suplemen, vitamin, mengenakan body lotion, dan mandi 2 kali sehari. Itu saja.

Usai Talkshow, dr.Soeklola dan Pica, mendapatkan kenang-kenangan  dari Sari Ayu.


Rachel Maryam dan Hair Mist Sari Ayu Hijab Hair Care
  
Nah, bagaimana dengan perawatan rambut, teruatama tuk anda yang berhijab..? Nah, tau dong kalau Sari Ayu juga sudah mengeluarkan produk perawatan rambut berhijab. Produk khusus tuk wanita berjilbab ini merupakan inovasi terbaru Sari Ayu martha Tilaar, yang ditujukan tuk merawat kesehatan rambut pengguna hijab, tentu. Sariayu hijab care, terdiri dari shampoo, conditioner, hair tonic, dan hair mist. Terbuat dari bahan-bahan alami hasil kekayaan bumi Indonesia dan sudah mendapatkan sertifikasi halal dari MUI. 
 
Dalam kesempatan itu, Rachel Maryam,  Brand Ambasador Sari Ayu Hijab Hair Care, juga dihadirkan tuk berbagi kisah dan testimoni  menggunakan conditioner sari ayu hijab care dan pengalaman spritual. Menurut wanita cantik ini, conditioner dalam rangkaian produk ini tidak membuat rambutnya lepek. Nah, yang paling disuka oleh Rachel adalah hair mist atau parfum tuk rambut yang selalu ia dibawa kemana-mana. Meski begitu, bagi bintang film dan juga anggota DPR , cantik itu bukan hanya sekedar dari penampilan luar saja. “Kalau kita pede dan berbuat baik, maka akan terpancar kecantikan dari dalam”, ujar rachel, yang menggunakan hijab sejak 3 tahun lalu itu.

Rachel maryam, ketika berbagi tentang testimoni dan  pengalaman spritualnya

Nah, bagi peserta yang ingin kecipratan produknya Sari Ayu Hijab Hair Care, MC meminta tiga orang peserta yang mau maju diatas panggung, memperagakan gaya Rachel Maryam ketika menyemprotkan hair mist di kerudungnya, tapi dengan gaya ala-ala bintang iklan gitu, hehe

Pemenangnya adalah yang mendapat tepuk tangan paling banyak dari penonton. Mbak Shinta Ries, dari Emak-Emak Blogger, yang paling banyak mendapat aplausenya. Sekitar seratus ribulah ya tepuk tangannya, hahhaha.. Tapi, ketiga peserta yang berani maju jadi “bintang iklan dadakan” ini, semuanya mendapatkan hadiah, kok.

Asyik dapet hadiah....
Duo MC yang menemani kami sepanjang acara itupun, seru dan asyik. Baju yang mereka kenakanpun kompakan berwarna senada. Eh, ternyata itu adalah baju dari Kashkha lo... Ih, pantesan indah bingiitsss... Saya naksir..!

Duo MC yang  seru..


Duo Stylist Hijab Competition

Oh ya, dalam acara ini, sari ayu mengajak brand busana muslim asal Dubai, KASKHA, tuk berkolaborasi dalam acara bertajuk "Duo Stylist Hijab Competition" by sari Ayu dan KASHKHA. Ini adalah sebuah acara yang menampilkan kepiawaian seseorang dalam menggunakan atau mengkreasikan kerudung/jilbab selama 15 menit. Satu tim terdiri dari dua orang, yang akan menjadi model sekaligus penata kerundung. Gantian-gantian gitu ceritanya, hehehe. Jumlah peserta ada 20 orang dalam 10 tim. Sebagai persyaratan pendaftaran lomba, mereka diharuskan membeli produk perawatan rambut berhijab dari sari Ayu. 

Hayuk....adu kreasi, cuma 15 menit jatahnya...
Seru sekali lo melihat peserta saling beradu, berupaya menampilkan suguhan kreasi kerudung, agar terlihat cantik dimata dewan juri dan penonton. Kerudung yang digunakan dalam kompetisi ini diproduksi oleh Kashkha, yang baru saja masuk ke Indonesia dua tahun belakangan ini. Ada lebih dari 2500 kerudung yang diproduksi oleh Kashkha. Nah, para peserta yang mengikuti lomba ini dipinjamkan masing-masing satu kerudung. Cantik-cantik lo kerudungnya dan bahannya nyaman. 



Nah, ini sudah mulai rollingan..
 
Setelah 15 menit, selesai gak selesai, peserta duo hijab yang berpasangan disuruh naik keatas panggung dan berjalan diatas catwalk bak peragawati dadakan, tuk dinilai oleh dewan juri. Aih.... ada yang malu-malu, ada yang pede habis,ada juga yang beneran bergaya, seolah sudah mahir tampil di catwalk, hihihihi..... Salahsatu tim penilai adalah perwakilan Kashkha dan Rachel Maryam.
 
Ini dia 20 peserta Duo Stylist Hijab Competition

Dan .... Inilah gaya mereka ketika berjalan ala peragawati dadakan, hehehe...


Kapan lagi jalan d catwalk, kalo bukan ikut lomba hijab, hehe

Ini dia pemenangnya.. Selamat ya.. 

Mereka mendapatkan uang tunai, produk sari ayu, produk Kashkha dan mukena. Yey!
 
Pemenang  Duo hijab Stylist competion

 
Runway Ramadhan yang penuh hiburan dan lengak-lenggok.

Nah, sebelum menuju ke acara pamungkas yaitu fashion show busana muslim karya 21 Desainer APPMI, kami diberi hiburan oleh penyanyi Yoga Alghazali yang membawakaan lagu-lagu Islami, serta pencerahan hati dari dan Ustadza Luluk. 

Yoga Alghazali

Ustadza Luluk

Setelah itu, eng ing eng..... 
 
Gemulai lenggak lenggok peragawati yang tinggi semampai memenuhi catwalk. Tubuh-tubuh indah itu membawakan rancangan busana muslim dari desainer Indonesia. Sebut saja Ida Royani, Dian pelangi, Deden Siswanto, Jenahara, Ria Miranda, Najua Yanti, Qonitha Gholib, Ahmad Zaki, Tuty Adib dan lainnya.

Nuansa merah, by. Ida royani.


Ya, industri fashion Tanah Air semakin semarak dengan berkembangnya beragam karya di industri busana muslim. Apalagi, sekarang banyak wanita yang berhijab, tentu kehadiran busana muslim kian menjadi daya tarik yang digemari masyarakat.
Di bulan suci Ramadhan ini, Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) bekerjasama dengan Mal Kota Kasablanka dan dukungan dari Sariayu Martha Tilaar menggelar Ramadhan Runway 2015. 

Dan, dibawah inilah aksi fashion show dengan  karya-karya yang indah itu.




Selain acara-acara yang saya sebutkan diatas, ada juga pameran busana muslim koleksi dari 64 desainer, mulai 9 Juli - 3 Agustus 2014 di Grand Atrium Kota Kasablanka.  

Eits, tak mau ketinggalan, dengan pajangan baju-baju muslim yang cantik,  Sari ayu juga menghadirkan boothnya yang kece dan bernuansa hijau, serta menawarkan diskon tuk pembeli yang hadir di Mall Casablanca. Pembelipun ramai mengunjungi dan membeli produk-produknya.
Booth sari Ayu, disamping panggung utama
Diakhir acara, para undangan dan tim Sari Ayu berbuka bareng di Resto Penang Bistro, dan mendapatkan goodybag cantik yang berisi produk-produk Sari Ayu dan pashmina dari kashkha.  Asyik...

Nah, itu dia cerita Ramadhan Runway 2014 bersama Sari Ayu, Kashka dan APPMI yang saya hadiri minggu lalu. Ngabuburit sambil menikmati acara yang seru, keren dan berisi itu.....ih  sesuatu deh.
Yey, semangatnya para penabuh bedug ini menghibur pengunjung mall.

Kasuk kasuk Perkara KTP Demi Pilpres


Saya dan teman-teman kantor, siang tadi sekitar jam 12 siang  sudah mencoblos kertas suara yang bergambarkan Pasangan Capres Cawapres yang bertarung di Pilpres 2014 ini. 

Siapa lagi kalau bukan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. 

Saya dan temen-teman merasa wajib tuk memberikan hak suara, hak berpendapat dan hak memilih di balik bilik kecil di TPS yang berdekatan dengan kantor tempat saya bekerja. Semuanya, tentu bertujuan tuk meriahkan pesta demokrasi dan sambut kepemimpinan yang baru.

Usai mencoblos, pamer tinta ungu
Oh, ya saya bisa mencoblos, meski bukan ber KTP daerah tempat wilayah TPS atau kelurahan yang bersangkutan, karena beruntung sudah mengurus Formulir A5 beberapa hari sebelumnya. Itupun dadakan karean diajak teman, jadi Alhamdullilah bisa nyoblos, walau awalnya sempat ditolak oleh petugas, karena 3 dari 6 KTP milik teman yang kami ajukan, ada yang beralamat di Wilayah DKI Jakarta juga. Namun ketiga teman kami ini, termasuk saya, ngekos didaerah di seputar kelurahan yang kami sambangi itu. Jadi, merepotkan juga kalau mesti bolak balik, walau domisili masih disekitar Jakarta. 

Sedangkan, 3 KTP lainnya, berdomisili di provinsi lain. Nah, 3 KTP yang domisi luar Jakarta-lah yang diterima oleh petugas. Yang KTP-nya domisili di Jakarta, gak mau diurus sama petugasnya. Tapi, beruntung, ada satu petugas lain datang sore itu ke kantor kelurahan wilayah Utan kayu, saat kami masih "memperjuangkan" 3 KTP teman kami. Setelah dijelaskan, si petugas yang baru datang ini, justru menerima pengajuan KTP kami tuk membuat form A5. Tapi, ia menelpon ke petugas kelurahan tempat KTP yang salah satunya tertera berdomisili di wilayah Ciracas, agar tak terjadi pemilihan ganda. 

Saat mengurus form A5 di kantor Kelurahan

Cerita di atas, itu yang saya katakan beruntung. Kenapa beruntung..? 

Ya, karena momentnya cuma 5 tahun sekali untuk menusukkan paku di kertas yang bergambar capres dan cawapres. Bisa celupkan jari di tinta ungu yang unyu-unyu itu, juga moment manis yang bisa dirasakan  5 tahun lagi.

Tapi....ada cerita lain yang mengecewakan..

Beberapa teman satu kantor dan teman kosan tempat saya tinggal, yang anak perantauan, sangat kecewa karena ditolak mendaftar di TPS terdekat, karena tak punya form A5. Ketika KTP disodorkan, itupun ditolak. Padahal, sebelumnya ada informasi yang membolehkan, kalau boleh saja mendaftar di  TPS manapun, asal bisa menunjukkan KTP asli dan fotocopynya.

Suasana TPS tempat saya mencoblos, sekitar jam 12 siang, sudah sepi.

Nah, kenapa mereka pede-pede aja datang ke TPS dengan 'bermodal” KTP doang..?

Karena, pada pemilihan legislatif kemarin, dibolehkan kok coblos di TPS terdekat, meski hanya gunakan KTP. TPS yang mereka tuju, tentulah yang dekat dengan tempat  kerja atau TPS dekat kos-kosan. Sayapun sudah merasakan nikmatnya mencoblos di TPS yang bukan wilayah saya, dengan menunjukkan KTP asli dan fotocopynya  saja, di hari H. Silahkan baca ceritanya disini.

Hei...hei...hei.... kenapa hal tersebut tidak berlaku pada Pilpres kali ini, yang hanya berjarak beberapa bulan saja..?

Padahal 'jangkauan' Pilpres itu justru lebih luas daripada Pileg. Pada Pileg, it's oke lah ya gak boleh gunakan KTP saja pada saat mendaftar. Karena toh, logikanya, Pileg adalah perwakilan perseorangan/partai dari masing-masing daerah/kota, yang dipilih oleh orang yang harusnya tau dan mengerti jelas rekam jejak si caleg tersebut, didaerah yang bersangkutan. Tapi, justru kami yang tidak tau dengan “catatan perjalanan” si caleg di TPS tempat kami mencoblos, kok diperbolehkan mencoblos, hanya dengan menunjukkan KTP saja, saat mendaftar. Padahal, sekali lagi, kami malah gak atau persis sepak terjang sang Caleg. Jadi, sebelum mencoblos, kami sempat browsing dulu, mencari tau siapa sang caleg yang gambarnya akan kami coblos.

Lah... ini Pilpres gitu loh, harusnya sangat diperbolehkan daftar di TPS hanya menggunakan dengan menujukkan KTP saja. Karena, sosok Capres dan Cawapres yang akan dipilih telah dikenal oleh seluruh warga Indonesia, bahkan dunia. Baik dari sisi sepak terjangnya, kepemimpinan, masa lalu, masa kini, dan masa-masanya. Tapi, kok malah gak dibolehin..? Alasan petugas TPSnya sih, boleh saja "cuma" pake KTP, dengan syarat KTP tersebut cocok dengan wilayah TPSnya. Artinya, hanya dikhususkan tuk orang-orang di wilayah tersebut, yang belum sempat mendaftar di kelurahan tuk mengurus A5, tapi, berdomisili di wilayah seputar TPS yang alamatnya sesuai dengan KTP.


Loh...., gak mikir apa, jutaan orang di Jakarta ini adalah perantauan, lo....Disetiap sudut gang dan lorong di wilayah Metropolitan ini, ada terselip orang perantauan didalamnya, yang masih memiliki KTP daerah asalnya.

Mereka datang/tinggal  di Jakarta, kebanyakan karena alasan kerja. Jadi, ada saja yang gak sempat mengurus form A5, ada juga yang gak tau kapan batas akhir mengurus A5, dan sebagainya. Ada juga yang berpikiran bahwa, bisa saja mendaftar di TPS pada hari H, dengan menunjukkan KTP doang, seperti penjelasan saya diatas tadi.

Eh..malah ada TPS di dekat saya kos, menurut keterangan teman-teman kosan yang mendatangi TPS tersebut, mereka boleh mendaftar disana, asal bisa menunjukkan Kartu Keluarga (KK). Yaelah... yg namanya KK-nya anak kos mah, ada di kampung semua kaleeeeee..... Duh....

"Kalau tau gitu, dari tadi aku  sudah pulang ke Bogor buat nyoblos", begitu salahsatu celetukan teman kos saya yang kecewa, setelah tau ia tak boleh  mencoblos, karena bukan  ber KTP diwilayah TPS terdekat. 

Yah, gak mungkin toh, semua orang perantauan di Jakarta ini mesti pulang kampung dulu hanya buat nyoblos doang..? Berapa ongkos yang akan dikeluarkan coba..? Kalau yang rumahnya di Bogor, Tangerang atau Bandung, ya mungkin bisa nekad pulkam demi ikut nyoblos di kampugnya. Tapi, apa kabar yang kampungnya jauh, seperti yang berasal dari Sulawesi, Sumatera, atau wilayah jauh lainnya dari Jakarta..?Ah...

Akhirnya, 7 orang temen kos saya, tak bisa menyalurkan hak suaranya hari ini. Mereka gagal menancapkan paku pada baju kotak-kotak atau pada peci sang calon presiden idola mereka. "Saya dari kemarin sudah mengkhayal bakal mencoblos wajah pak Jokowi, mbak...eh gagal..", keluh salah satu temen kos saya dengn bibir yang culun dan wajah yang manyun. 

Tau gak, saking pengen ngerasain nyelup jari di  tinta ungu, teman-teman saya yang antusias tuk menggunakan hak pilihnya ini, nekad numpang nyelup jari di tinta yang disediakan oleh TPS yang menolak mereka, walau mereka gak nyoblos..hiks...

Seorang teman kantor saya, yang niat banget tuk mencoblos, sampai nekad mendatangi beberapa TPS yang berada di dekat kantor (karena di hari H, ia sedang bertugas), tapi semuanya menolak, karena KTP nya bukan domisili TPS yang bersangkutan. Teman saya ini, KTP nya Tangerang, sementara ia ia tinggal di Cempaka Putih, JakPus, dan ingin nyoblos di wilayah Utan Kayu, Jaktim. karena kantornya diwilayah tersebut. Namun, ia hanya mendapatkan penolakan. Ia kecewa. 
 
Herannya, di wilayah lain, saya mendapatkan informasi, ada lo beberapa TPS di Jakarta yang bisa mencoblos hanya dengan menggunakan KTP saja, walau orang tersebut alamat KTP nya beda dengan wilayah TPSnya. Salah satunya di TPS wilayah Matraman dan Polonia. Tapi, ada juga yang gak bisa. Piye toh, kok beda-beda..? Gimana sih sosialisasinya oh KPU..?

Kalau begini mah, artinya KPU membangun banyak Golput dimana-mana. Mengurungi perolehan suara capres tertentu, dan membuat kecewa banyak orang, terutama bagi kaum perantauan. 

So, sosialisasinya harusnya lebih digedein dong KPU, biar orang sesegera mungkin ngurus A5 dan gencarkan pemberitahuan soal “tak boleh lagi gunakan KTP kalau bukan di wilayah TPSnya”. Selain itu, peran RT/RW juga tuk membantu mensosialisasikan kapan berakhir tenggat tuk mengurus form A5, juga wajib dilakukan. Di kosan kami, tak ada pak RT/RW yang nyamperin atau mengajak kami tuk mendaftar di kelurahan tuk mendapatkan A5. Jadi, wajar toh kalau anak-anak kos pada gak mudeng terkait hal ini.  

Yah, meski saya senang bisa nyoblos, tapi sedih juga melihat teman-teman yang gak bisa nyoblos karena berKTP luar Jakarta, atau berKTP yang bukan di wilayah TPS yang bersangkutan, karena mereka ngekos, dan gak sempat ngurus form A5.

Bersama teman-teman kantor, yang "berhasil" mencoblos.
So, karena ceritanya sudah begini, baiklah.. kami hanya bisa pasrah menanti hasil pemilu, meski banyak sekali suara yang tak tergunakan. Hikss..

Semoga di 5 tahun mendatang, sosialisasi oleh KPU dan RT/RW setempat lebih gencar lagi, agar orang-orang perantauan seperti kami, bisa diberi kelonggaran tuk gunakan hak suara.

Salam pemilu !!


Mpok Yanti


Mpok Yanti, tukang pijit berjiwa besar, yang mengurus suami lumpuh sampai 28 tahun, juga harus mengurus anak, menantu dan ponakan dalam satu rumah.

Mengurus suami yang lumpuh selama 28 tahun, tergeletak tak berdaya ditempat tidur, tak bisa bangun untuk sekedar duduk apalagi melangkahkan kaki, bukanlah sebuah perjalanan waktu yang singkat untuk dilakukan seorang istri. Perlu selaksa kesabaran, dan jiwa yang besar, ditengah himpitan ekonomi yang pas-pasan. Ya, hingga rentang waktu lebih dari seperempat abad itu, sang istrilah yang harus berperan ganda dalam rumah tangga. Ya, sebagai suami, juga sebagai istri sekaligus sebagai ibu yang harus menafkahi keluarganya. 
 
Untunglah, jiwa besar dan kesabaran itu dimiliki oleh Mpok Yanti. Beliau adalah tukang pijit langganan saya, orang Betawi asli. Saya baru mengenalnya empat tahun belakangan ini. Karena tubuh saya sering merasa cenat-cenut, jadi, saya sering memanggilnya melalui telephone atau jemput langsung kerumahnya untuk memijat badan bongsor ini. Kebetulan, jarak rumahnya cuma seratus meter dari kos-kosan yang juga baru empat tahun ini saya tempati. Pijitannya enak banget, bikin nagih. Makanya saya langsung teringat sama dia kalau tuk urusan pijat-memijat. Selain itu, dia juga tak mematok upah. Sesanggupnya kita bayar aja. 



Nah, ketika sedang melakukan “job” nya dikamar kos saya, Mpok Yanti yang masih terlihat gagah ini, meski usianya sudah 60 tahun, sering bercerita masalah keluarga dan kondisi anak-anaknya. 

Pun, tentang bagaimana suka dukanya merawat suami yang cacat selama bertahun-tahun dengan segala tenaga yang ia punya. Ia bercerita, memasuki lima tahun usia pernikahannya, suami tercinta terpeleset dilantai kamar mandi yang licin, yang menyebabkan kedua kakinya tak berfungsi lagi sampai sekarang. Berobat? Sudah pernah pastinya. Namun, tak jua kunjung sembuh. Akhirnya, kata pasrahlah yang terucap, untuk menerima kondisi tersebut sampai ketiga buah hati mereka tumbuh dewasa. 

 Itu artinya, dari sejak tiga anaknya masih balita, wanita paruh baya inilah yang banting tulang mencari duit tuk memenuhi segala kebutuhan rumah tangga. Dan dengan itu, ia bisa menyekolahkan anaknya hingga mengecap pendidikan setara SMU. Bahkan, salah satunya ada yang sampai mencicipi D3. Dan, mereka semua bisa bersekolah dari hasil keringat sang ibu yang bekerja sebagai tukang pijit dari rumah ke rumah, dengan upah yang tak tentu itu.

Kini, anak-anak Mpok Yanti sudah berkeluarga semua. Ada yang sudah bekerja dan buka warung kecil-kecilan, tapi ada juga yang masih sibuk mencari kerja. Namun, ketiga anak Mpok Yanti yang sudah menikah itu, semuanya masih tinggal satu atap dirumah sederhana mereka. Termasuk menantu dan cucupun kompak mendiami rumah yang sudah mereka tempati selama bertahun-tahun itu. So, bisa dibayangkan, ada berapa jumlah kepala yang mendiami rumah yang ukurannya tak besar itu? Mari kita berhitung. Mpok Yanti dan suami ditambah tiga anak plus menantu, jadi 8 orang, toh..? Belum lagi tambahan cucu 3 orang dari masing-masing anaknya. Jadi ada 11 mulut yang harus diberi makan. 

Ternyata...., apa yang saya perhitungkan itu, salah..!!  Jumlahnya lebih besar lagi dari itu. Hah? Loh, siapa lagi yang tinggal disana?

Ehm, rupanya meski keadaan ekonomi keluarganya morat-marit, wanita berperawakan gempal ini, sungguh mempunyai hati yang luar biasa. Selama 3 tahun belakangan ini, ternyata ia menampung dan mengurus tiga keponakannya, anak dari adik wanitanya yang telah meninggal dunia karena sakit. Satu orang gadis berusia remaja, dua lainnya masih balita.

“Kemana Bapaknya? Masih ada, kan, Mpok?”, tanya saya penasaran ketika sedang ngopi bersamanya diwarung kopi dekat rumah, sambil melihatnya mengasuh ponakannya yang masih balita. 
 
“Ya masih ada, sih, Bapaknya. Cuma, ya, kerjanya juga pemulung, Neng. Jadi, gak sanggup juga dia nafkahi. Dia juga meminta saya tuk bisa mengurusi tiga bocah ini. Apalagi ini, dia dari bayi sudah saya asuh (sambil menunjuk bocah laki-laki berumur sekitar 3 tahun yang ikut duduk bersama kami). Jadi, dia ngira saya ini mamaknya. Makanya dia manggil sayapun, Mamak”, ujar Mpok Yanti sambil memeluk erat “anak”nya itu. 
 
Ketika tau hal itu, wow, saya jadi tercengang melihat ketahanan dan kesediaannya tuk mengurus tiga keponakannya. Sudah hidupnya pas-pasan, suami lumpuh, ditambah pula mengurus anak mantu dan cucu yang masih tinggal satu atap. Luar biasa.  

Hanya itukah “tantangan”nya dalam mengarungi hidup? Ternyata tidak. Dua tahun lalu, ia divonis kanker ovarium. Jadi, mesti diopname untuk dilakukan oprasi pengangkatan. Tentu tak sedikit biaya yang harus keluarkan buat biaya pengobatan. Walau sudah memakai kartu jaminan kesehatan tuk warga miskin, ya tetap saja, ia masih keluar biaya untuk ini dan itu. Meminjam uang sana-sinipun tak bisa dihindarkan, tuk menutupi semua keperluan pengobatannya.

Karena hal itu, lama ia tak bisa menerima orderan buat mijit, kondisinya masih lemah. Bekas jahitan pasca oprasipun, perlu waktu berbulan-bulan untuk pulih. Untunglah, sekarang kondisinya sudah membaik. Permintaan memijat pun lancar jaya. Karena, ia sudah cukup terkenal di kampung kami berkat bakat yang ia warisi dari ibu kandungnya itu. 

Tentu saja Mpok Yanti tak membawa peralatan ini saat memijat saya, tapi cuma bawa minyak gosok saja. namanya juga pijat rumahan, alias tradisonal, hehehe


Ya, sejak gadis, jemari dan tenaganya sudah banyak ia salurkan pada tubuh-tubuh yang butuh bantuannya. Sudah lebih dari 40 tahun ia menekuninya. Tak heran kalau langganannya banyak, dari anak kos-kosan seperti saya, sampai emak-emak yang sudah beranak pinak. Hampir setiap hari, ada saja orang yang memerlukan jasanya. Saking padatnya, kadang, ketika butuh tenaganya, saya harus antri dulu, karena ia sedang melayani langganannya ditempat lain. Atau sebaliknya, ketika sudah selesai memijit saya, ia buru-buru pergi, karena sudah ada lagi “pasien” yang menunggunya. Ya, memang itulah yang bisa ia lakukan, tuk menyambung nyawa belasan orang-orang yang ada dikediamannya. 
 
Setiap bertemu dengannya, kala sedang jalan-jalan sore sambil momong cucu atau keponakannya, ia selalu bersemangat dan ceria. Orangnya memang suka bercerita dan ramah. Tak pernah terlihat kalau ia mempunyai banyak beban. Mungkin karena itulah, raut wajahnya tak terlihat kalau usianya sudah sepuh. Saya malah mengira umurnya masih 45-an. Gak taunya, walah.., udah pantas dipanggil nenek, hehehe...

Namun, baru-baru ini, saya mendapat kabar, kalau suami Mpok yanti yang selama ini telah dirawatnya dengan penuh cinta dan kasih itu, beberapa waktu lalu, akhirnya kembali pada yang kuasa. Sayapun mengucapkan belasungkawa pada wanita kuat ini, saat tak sengaja bertemu dengannya diperempatan jalan yang sering saya lalui, ketika mau berangkat kerja. Ia tampak kuat menerimanya, sambil bercerita sedikit tentang kronologis kepergian almarhum suaminya, dengan logat betawinya yang kental. 
 
Ya, meski kini ia tak punya lagi “pujaan hati', setidaknya, ia telah puas mengurus suami yang lumpuh selama 28 tahun. Merawat anak-anaknya sendiri sejak mereka masih kecil. Kini, diusianya yang sudah senja, masih juga diberi amanah tuk membesarkan tiga ponakannya seperti anaknya sendiri, yang kelak akan dibiayai pula sekolah mereka.

Ah, Mpok Yanti, saya yakin, akan ada saja rezeki untuk orang sepertimu. Tuhan gak tidur, Mpok.