Pulau Harapan, Harapan Terumbu Karang Yang Lestari

Berjalan menyebrangi pulau itu, asyik banget. Selain bisa menikmati keindahan alam, juga tertegun dengan kehebatan sang pencipta, kok bisa-bisanya kepikiran menciptakan 'seonggok” daratan ditengah tengah laut biru yang tiada bertepi itu. 

Ada penduduknya pula. Ada kehidupan yang menggeliat disana, tak jauh dengan kehidupan manusia yang tinggal di kota atau pulau besar seperti Jakarta, pulau tempat saya numpang tinggal, sejak 8 tahun terakhir ini


Sampai juga di pulau harapan...


Selfie dulu saat sampai di P.Harapan, hehe
Ah, 3 jam melalui perjalanan laut, sampai jua ke Pulau Harapan, salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta.

Pulau, yang diharapkan penduduknya mampu menjaga keaneragaman hayati disekitarnya. Terumbu karang, ikan-ikan cantik, pasir putih, dan jenis-jenis biota laut lainnya.
 
Kapal kami tiba di dermaga sekitra pukul 11 siang, berbarengan dengan tiga kapal lainnya, yang sama-sama berangkat dari Pelabuhan Muara Angke yang semerawut itu, di Sabtu, 24 Mei 2014.

Kaget bo, ketika keluar dak kapal, tempat saya dan rombongan “terjebak” didalamnya, alias kebagian tempat duduk dibagain dak, tetiba mata ini melihat ratusan manusia berbarengan turun dari kapal. Tak hanya dari kapal kami saja, tapi juga dari dua kapal lainnya yang berbarengan sampai di dermaga Pulau Harapan. Wah, saya melihat keramaian itu kok seperti di Tv- Tv ketika liputan arus mudik lebaran. Betapa penuh dan berebutannya orang naik atau turun kapal. Yah, begitu ramaaaai sekali. Pulau yang luasnya kurang lebih enam hektar seolah dikepung warga pendatang. Tak hanya wisatawan lokal, tapi turis dari manca negarapun beruyutan datang ke sana. Mungkin, karena weekend kali ya, maka pengunjungpun membludak.

Eaaa...ini dia ratusan manusia baru turun kapal, memenuhi  Pulau Harapan... Rameeehh..

Menginjakkan kaki didermaganya, saya langsung disambut dengan air laut dangkal yang bening, hingga terlihat ikan-ikan kecil berenang riang, dan terumbu karang yang telah rusak. Sayang sekali. Salah satu penyebabnya, karena karang itu terletak di dekat dermaga, hingga mendapat ancaman tercemar oli kapal, sampah, dan tangan-tangan jahil,...

Air yang transparan menyambut kami, terlihat terumbu karang yang mati..

Pun, dengan sampah, botol bekas air kemasan, bungkus snack dan kantong kresek, terlihat menari-nari diatas laut dangkal pinggiran dermaga itu. Hem, masih ada ya manusia yang belum sadar dengan larangan tidak boleh buang sampah sembarangan, apalagi ke laut. Tapi, itulah yang terjadi. Padahal, jelas-jelas itu plastik selain mengotori, juga akan termakan hewan laut. Nah, kalau sudah masuk mulut hewan laut atau ikan, akan menyebabkan kematian, Karena, mereka mengira, sampah plastik itu adalah makanan, makanya hewan-hwan itu mengunyah dan menelannya. Kasihan, kan..?

Nah..tuh kan..sampahnya menari-nari.... Jorok, deh...

Jejeran perahu nelayan yang siang itu bersandar didermagapun, menyambut kami. Sisi kiri dan kanan dermaga, disesaki oleh kapal-kapal yang siap di pakai/disewa pengunjung tuk menghantar mereka menyebrang pulau lain atau hanya sekedar mengelilingi area Pulau Harapan. 

Banyak Kapal kecil bersender di dermaga, siang itu.. Menyambut kami..

Ehm...., setelah rombongan kami terkumpul semua di sudut dermaga, bersama-sama kami langsung menuju Taman Terpadu atau area bermain, sekitar 40 meter dari bibir dermaga. Dekat sekali. Tempat ini, merupakan ruang interaksi untuk melakukan aksi kegiatan atau acara bagi penduduk setempat. Dan disana, sedang berlangsung edutaiment bagi anak-anak SD Pulau Harapan, dalam rangka kegiatan “Saving Coral Reef Can Be Fun” yang dilakukan di Pulau Harapan, Kabupaten Kepulauan Seribu, pada 24–25 Mei 2014. Kegiatan ini bertepatan dengan Hari Keanekaragaman Hayati Dunia, 22 Mei 2014 dan untuk memperingati Hari Terumbu Karang (Coral Day) 8 Mei 2014, yang diselenggarakan oleh Yayasan KEHATI dan Yayasan TERANGI . Ceritanya, baru turun kapal, langsung kerja, cuy, hihihi. 

Ini suasana dermaga  tuk menuju Taman Terpadu
 
Taman Terpadu

Gerbang Taman Terpadu

Menuju ke Taman Terpadu ini, kami harus melalui jejeran warung-warung kecil yang menjajakan makan ringan. Dari gorengan, bakso, es rumput laut, kelapa muda utuh dan sebagainya, lengkap dengan tenda dan tempat duduk. Ya bisa dibilang seperti food courtlah ya. Eh, tak hanya rombongan kami saja yang langsung melipir ke area ini, para pengunjung yang baru turun dari kapalpun, langsung mampir ke areal jajanan ini, tuk sekedar melepas dahaga atau mengisi perut karena lapar. Maklum, kala itu waktu menunjukkan pukul 11 siang lewat. Jamnya perut minta diisi, hehehe

Jajanan diarea Menuju Taman Terpadu 

Setelah sampai di taman tempat target liputan, yang hanya perlu melangkahkan kaki sekitar seratus langkah dari gerbang Taman Terpadu, saya langsung melihat anak-anak dari beberapa SD yang ada di Pulau Harapan, tengah mendapatkan edutaiment atau bermain sambil belajar, bersama kakak-kakak dari Yayasan Terangi . Mereka tampak menikmati suasana permainan.

Yuhuu...cerianya mereka bermain sambil belajar...


Ada Pentas boneka “Koru dan Lonia” yang dikawal oleh tim kreatif/volunteer TERANGI. Pementasan ini membawakan kisah serangan sampah yang menyebabkan rusaknya laut dan hilangnya makhluk-makhluk di dalamnya, dan bagaimana para pihak seperti masyarakat setempat, pengunjung,dan lain sebagainya dapat bahu membahu untuk memerangi sampah dan menyelamatkan terumbu karang. Pentas boneka diharapkan dapat menjadi media yang unik dan kreatif dalam penyampaian pesan-pesan terkait terumbu karang.

Dongeng sedang dipentaskan ....

Lihtalah adek-adek ini..serius sekali mendengarkan dongeng dari si boneka Koru dan lonia

Selain itu, ada juga permainan Origami, dimana anak-anak akan belajar membuat origami ikan, penyu, dan makhluk laut lainnya. Origami akan menjadi sarana anak mengenal bagian-bagian tubuh penyu sekaligus melatih perkembangan motorik halus. Ada juga Permainan ular tangga detektif karang. Di permainan ini, anak-anak diuji pengetahuannya tentang terumbu karang dan hewan-hewan dilindungi lainnya.

Bermain ular tangga

Sealin itu, anak-anak juga diajarkan membuat cinderamata dengan mendaur ulang kertas. Merekapun dikenalkan dengan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan memanfaatkan kembali limbah kertas. Bentuk-bentuk hewan laut juga diperkenalkan. Sebuah kegiatan yang bisa menyalurkan kreativitas anak, sambil memberi ilmu pengetahun. Keren!

Sedang membuat cinderamata dari bahan daur ulang
Tak cuma itu, permainan memancing ikanpun diajarkan. Ini dimaksudkan agar anak-anak menghindari menangkap hewan-hewan yang dilindungi.

Ya, tujuan dari kegiatan ini adalah tuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama masyarakat setempat, wisatawan, dan netizen tentang isu-isu terumbu karang. Selain itu juga tuk menggalang partisipasi dan kerjasama dalam kegiatan kampanye terumbu karang. 

Tentang Terumbu Karang
 
Terumbu karang  mengalami tekanan dari aktivitas manusia, mulai dari hulu sampai ke hilir. Oleh sebab itu, adanya Coral Day dapat membantu mengurangi tekanan terhadap terumbu karang pada khususnya, dan ekosistem pesisir pada umumnya. Di sisi lain, masyarakat juga tidak merasa terbebani karena muatan-muatan pelestarian ekosistem dikemas dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Diharapkan, pasca pelaksanaan Coral Day, masyarakat yang terlibat akan menyebarkan kembali apa yang telah mereka alami dan lakukan agar dampaknya semakin lama semakin meluas.
Apalagi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah mengeluarkan laporan bahwa 30,4 persen terumbu karang di Indonesia telah mengalami kerusakan. 

Padahal terumbu karang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama bagi mereka yang tinggal di pulau-pulau kecil. Terumbu karang menjadi tempat pemijahan ikan-ikan dan bersembunui dari predator, ikan yang menjadi sumber protein manusia ini akan ikut hilang jika terumbu karang rusak. Selain itu, karang juga menjadi benteng pantai terhadap gerusan air laut. Semakin berkurangnya terumbu karang akan menambah resiko terjadinya pengikisan pantai. Jika hal ini tidak ditanggapi dengan serius, maka akan menjadi ancaman bagi pulau-pulau kecil di Indonesia.

Nah, Kepulauan Seribu dipilih menjadi tempat pelaksanaan kegiatan, karena menjadi gugusan pulau-pulau kecil yang paling dekat dengan ibukota negara, namun mendapatkan ancaman yang serius. Masalah terbesar yang mengancam terumbu karang Kepulauan Seribu adalah sampah dari Jakarta dan Banten. Setelah sebelumnya mengalami kerusakan parah akibat penggunaan bom dan potassium sianida, wilayah Kepulauan Seribu sedang dalam proses menumbuhkan kembali terumbu karangnya. Akan tetapi, terumbu karang ini harus berjuang dengan sampah-sampah yang datang dalam jumlah besar. Tutupan sampah yang besar menganggu akses sinar matahari untuk fotosintesa terumbu karang. Hal ini tentunga memperlambat proses recovery dari terumbu karang tersebut.

Bukan hal mudah untuk menumbuhkan terumbu karang, karena rata-rata dibutuhkan waktu 1 tahun untuk menumbuhkan 1 cm terumbu karang. Jadi jika kerusakan terumbu karang seluas 5 meter saja, maka dibutuhkan setidaknya 500 tahun untuk kembali dalam ukuran yang sama.

Menuju Penginapan
Setelah melakukan peliputan dan wawancara, plus usai menikmati kelapa muda utuh seharga 15 ribu, saya bersama temen-temen media dan LSM lainnya, berkemas tuk menuju ke penginapan. Eh, ternyata dari 33 orang rombongan kami, dibagi perkelompok tuk mendapatkan jatah tempat dimana akan menginap. Ada yang penginapannya kebagian dipinggir jalan menghadap ke dermaga, ada juga yang masuk lorong. Dan jarak antara penginapan antar rombongan kami rada berjauhan euy, karena bookingnya juga beda-beda, hihihi...

Penginapan kelompok saya, berada agak jauh masuk ke lorong. Menuju kesana, kami melalui rumah-rumah penduduk yang saling berdempeten itu. Layaknya masuk ke komplek perumahan SSS. 

Ini lorong/area menju penginapan kami.
Semakin masuk kedalam lorong, hampir sampai di penginapan.

Suasananya gak beda jauh dengan rumah-rumah penduduk yang ada di Jakarta atau didaerah lain. Ada warung-warung kecil didepan rumah, ada warga yang ngerumpi, ada ibu-ibu yang menyuapi anaknya makan, anak-anak yang bermain sepeda, ada pula yang santai duduk di teras dan sebagainya. Eh, ada kantor kelurahannya juga. Trus, ada Posyandu dan rumah seperti balai pertemuan gitu, yang letaknya persis menghadap dermaga, dipinggir laut. 
 
Rumah PKK /Balai Pertemuan
Kira-kira 80 meter menelusuri lorong yang lebarnya sekitar 3 meter itu, sampailah kami di tempat yang bakal kami jadikan peraduan semalam. Bentuknya seperti home stay gitu, dibangun disebelah rumah pemiliknya. Masuk kedalam home stay ini, aroma cat langsung tercium. Ah, sepertinya... ruangannya masih baru. Terlihat dari plafonnya yang masih kinclong dan bersih. Kamarnya ada dua, tapi dalam satu ruangan. Kami menempatinya bersembilan, cewek semua dong pastinya, hehhe.. Ya, cukuplah, wong, cuma buat numpang tidur semalam saja. Sayang, kamar mandinya cuma satu, sementara ada 9 orang di dua kamar, jadi adegan antrilah yang kami lakukan usai beraktifitas, tuk bersih-bersih tubuh.

Begini ruangan kamar penginapan kami.

Tak lama memasuki ruangan seukuran sekitar 8x10 meter itu, merebahkan tubuh dikasur yang empuk, lebar dan tebal, adalah pilihan terbaik saat itu. Capek pake banget...!

Ya, pegal dari perjalanan laut, ya capek karena bangun dari shubuh, juga capek habis liputan, membuat mata kami tak kuat menahan kantuk. Untunglah kasurnya empuk..puk.puk. Terasa euy kalau kalau masih baru itu kasur, hehehe..

Tapi, rasa capek itu meski kami singkirkan ketika waktu sudah menunjukkan di jam 3 sore, demi acara bebas selanjutnya...? Apa tuh....? Snorkling, bro.. yes..! Saya tak akan melewatkan kesempatan ini. Udah di pulau, masak gak mencicipi main di airnya. Baju renangpun tak lupa saya bawa dalam tas ransel. Hehehe....


Menanti Kapal 

Gaya dulu sambil nunggo kode kalo perahu dtg
Ehm, sembari dua orang teman bertugas mencari kapal untuk disewa, saya dan teman-teman lain, mencicipi es rumput laut hijau. Kata si ibuk penjualnya, warna hijaunya berasal dari pandan asli, lo, bukan dari pewarna yang ajaib-ajaib itu, hehehe. Rumput laut itu, dibeli dari petani yang membudidayakannya disana. Satu kilogram, dihargai 40 ribu rupiah. 


Sik asyik menyeruput es rumput laut








Nah, kalau anda ingin mencicipi es rumput laut ini, cukup mengeluarkan uang lima ribu rupiah saja, maka segelas es rumput laut hijau yang segar dan manispun, bisa langsung kita nikmati. Sluurrrppp...

Ah, nikmatnya sore-sore menenggak es segar. Kebetulan pula, tempat jualan si ibu, persis dekat pinggir laut dan tertutup dengan dedauanan dari pohon-pohon besar disekitarnya. Jadi, suasananya ngadem, meski kala itu matahari tengah sombong-sombongnya. Sayapun tak ketinggalan berpose di pinggiran laut, yang viewnya memperlihatkan keindahan area sekitar dermaga Pulau Harapan.



Dari tempat ini juga, kami bisa menyaksikan pengunjung yang bermain bersama babana boat. Ketika satu putaran telah selasai dan kembali lagi ke dermaga,entah sengaja atau tidak, semua yang menggunakan jasa  banana boat  terbalik /babana boatnya terbalik. Jadi penumpangnya jatuh semua ke laut, basah deh..hehehe Kata temen saya sih, banana boatnya memang sengaja dibalikin oleh si abang yang menyewakan, jadi ketika hampir sampai di dermaga, mesinnya di remkan mendadak gitu, jadi  banana boatnya kaget kali ye, itulah yang menyebabkannya terbalik. Ya, biar seruan-seruan saja, sih.  Tapi, mereka memakai pelampung kok, jadi yang gak bisa berenang aman terkedali, hehehe

Sisi Taman terpadu

Sekitar 20 menit menunggu ditempat si ibuk penjual es rumput laut, kapal yang akan kami sewa datang, berkat bantuan Pak RW yang baik banget. Kalau bukan karena bantuan dari beliau, mungkin kami kesusahan mencari kapal yang saat itu sedang sepi didermaga. Mungkin sedang banyak disewa orang, ya. Okey, setelah disepakati, biaya sewanya 350 ribu, tuk menyebrangi kami ke arah Pulau Panjang, tempat kami akan bersnorkling ria menjumpai terumbu karang, rasi bintang dan ikan-ikan cantik.

Pulau Harapan disiang hari....

Sayang, pas mau berangkat dengan personil yang sudah pada duduk manis dengan santainya dikapal, eh...mesin kapalnya bermasalah, jadi gak bisa dijalani. Yah...udinlah, ya. Akhirnya kami mencari perahu baru lagi.

Menunggu Kapal pengganti datang

Sambil menunggu perahu datang, kami duduk dipinggir dermaga, sembari menikmati sore yang cukup puaaanas. Sekitar 10 menit menunggu, perahu kamipun datang. Ah, lagi-lagi...untunglah pak RW sigap. Dia juga yang mencari perahu pengganti buat kami bersepuluh. Makasih pak, bantuannya. Ah, jadi juga berlayar, hehehe...

Nah, ini kapal kami datang juga... ((Pak RW duduk dibelakang))

Menuju Pulau Panjang
Sepanjang perjalanan menuju Pulau Panjang, wow, saya melihat beberapa gugusan pulau-pulau. Baru ngeh, kenapa ini dinamakan Kepulauan Seribu, karena memang banyak pulau-pulau yang berjejer... #katrok

 
Ini salah satu pulau lain yang kami lihat.
 
Oh ya, Pulau Harapan ini tersambung dengan Pulau Kelapa, lo. Dan tuk menyebranginya, hanya perlu melangkahkan kaki melewati jalan/jembatan dari karang-karang yang tersusun, dibangun diatas laut. Jadi, tak perlu lagi naik perahu misalnya, tuk nyebrang ke Pulau Kelapa. Dan kedua pulau ini masing-masing mempunyai kelurahan setempat. Tapi, kalau tuk ukuran luasnya, menurut masyarakat setempat, lebih besar P.Kelapa sekitar 70 persen dibanding P. Harapan.

Nah, didepan pulau harapan persis, ada Pulau Bulat namanya, mungkin karena bentuknya agak bulat kali ye. Tapi, tak ada rumah penduduk disana, cuma ada penginapan saja. Namun banyak wisatawan yang berlabuh dipulau ini, walau sekedar tuk menikmati main air /snorkling atau menikmati sunset.

Mengabadikan gambar, ditengah laut...

Pak RW yang ikut menemani kami dikapalpun, menjelaskan satu persatu apa saja nama pulau-pulau yang sudah kami lalui. Saking banyaknya, saya hampir lupa euy, apa saja nama pulau yang terlihat dimata kami pada saat dibawa berlayar oleh perahu nelayan, karena saya juga sibuk menikmati pemandangan dan main air, hihihih....

Siap snorkling. Kok wajah ku aneh ya, hihi
Bermain air dari atas kapal. Metaall!

Yayaya...sudah sampai di tempat snorkling, dekat Pulau panjang.

Tiba, didekat pulau panjang, kapal kami berhenti dikedalaman sekitar 3 meter. Aih, tak sabar langsung menyeburkan diri....byurrrr..... Kamipun snorkling disini. Sayang, terumbu karangnya sudah pada rusak semua alisa mati. Jadi jelek gitu melihatnya, kering. Sesekali terlihat  bintang laut berwarna biru, dan ikan ikan kecil. Ah, padahal saya membayangkan akan melihat terumbu karang yang berwarna-warni, ternyata jauh dari harapan. Ada sih beberapa tempat snorkling dimana terumbu karangnya masih cukup bagus, cuma berhubung saat itu hari sudah  beranjak maghrib, dan kami hanya memakai peralatan seadanya, pelampungpun tak punya, jadi, yah... gak terlalu usaha deh nyarinya, hihihi  ... Lagipula saya tak membawa kamera anti air dan peralatan diving, jadi urusan selam menyelam ya, hanya sebatas snorkling doang, hehehe....

So, hanya sekitar 40 menit kami disana, karena diburu waktu yang semakin sore. Sealnjutnya, kamipun merapat ke Pulau Bulat. Yeey, main-main air lagi disini euy. Lautnya dangkal dan kotor. Kedalaman lautnya, dibatasi dengan semacam bebatuan/dam kecil yang melingkar layaknya “kolam”. Jadi, kalau melintas lewat dari di area itu, pertanda lautnya sudah dalam.

Sampai di Pulau Bulat

Pak RW, (baju putih) sedang melabuhkan kapal...
Yah, cuma sekedar tuk main main doang emang sih, jangan harap bisa snorkling didalam area “kolam” tadi, apa yang mau dilihat.? Terumbu karang sudah dipastikan mati. airnya keruh dan banyak sampah. Beuh..! Para wisatawan lainpun sama seperti kami, ketika sampai di pulau ini, cuma sekedar tuk bermain air saja. Apalagi buat yang gak bisa berenang, main air disini mah aman, karena dangkal, hehehe...
Cuma bisa berendam doang disini,...tp lumayanlah...hehehe

Dari pulau ini juga, kami bisa melihat sunset yang indah, meski tak lama setelah itu,mataharinya ketutupan awan, jadi, ya, cuma sebentar deh terlihat sunsetnya.


Main air di dalam "kolam"
Sunset di P.Bulat

















Malam Di Pulau Harapan


Saat malam tiba, rugi juga kalau gak keluar, tuk sekedar melihat suasana pulau ini di malam hari. Kebetulan pula, kami juga ada diskusi /tanyajawab bersama pejabat setempat, teman-teman LSM dan media juga para adik-adik volunteer  yang paling bersemangat malam itu. Diskusi dilaksanakan di halaman kantor Kelurahan setempat. Ya, malam itu kami berdiskusi tentang terumbu karang,  kebersihan kawasan Pulau Harapan, serta kelestarian  keaneragaman hayati pulau  yang penuh harapan ini. 

Usai menikmati diskusi dan makan malam, saya dan tiga orang teman menelusuri area jajanan, tak jauh dari dermaga, dipinggir jalan dekat Taman terpadu. Wow, rupanya di malam hari bermunculan pedagang yang pada siang harinya tak kami temui. Ada yang berjualan jagung bakar, bakso gerobak dan sebagainya. Pembeli yang kebanyakan pendatangpun sangat menikmati ajang makan pinggir laut itu, hehehe... 

Ehm..., berjalan sedikit lagi kedepan, kami sudah berada didermaga pulau. Melihat kapal-kapal yang terparkir, kosong, sepi dan gelap. Penerangan hanya dibantu oleh lampu-lampu jalan yang tiangnya berdiri mengarah ke perkampungan. Angin malam terasa sekali menggelitik tubuh bongsor saya. Namun, saya merasakan suasana yang berbeda. Biarpun sepi, tapi adem dan tenang. Ah..,.

Gaya di keheningan malam
Malam di Pulau Harapan

Pagi, di Pulau Harapan
Jam 6 pagi, penghuni home stay tempat saya menginap sudah pada bangun semua. Karena, dihari itu sesuai jadwal acara, jam 7 akan ada sarapan pagi, yang disajikan disalah satu penginapan rombongan kami yang lain. Tempatnya, persis dipinggir jalan, berhadapan dengan laut. Ihiy....asyik ah.... 

Kamipun langsung menuju ketempat yang dijanjikan. Ketika sampai di tempat yang sempat diubek-ubek nyarinya... ouw, ternyata belum datang sarapannya. Baiklah, kami menunggu dulu sambil bercengkrama duduk di tepi laut. Maklum, Pulau ini, sepenglihatan saya gak ada pantainya. Jadi, sebagai pembatas antara laut dan rumah warga, ya hanya dibangun seperti dam kecil gitu. Diatas dam itulah kami duduk menunggu sambil menikmati matahari yang malu-malu keluar dari persembunyiannya. Eh, kami juga melihat pelangi menghias langit pagi itu... Merah, kuning, hijau dan biru,... Ah, semakin menambah keseksian pulau ini dipagi hari...

Bercengkrama  di pagi hari, sambil menunggu sarapan datang

Usai sarapan, kami menuju area taman terpadu kembali, karena akan ada kegiatan selanjutnya disana. Sebelum sampai di taman itu, saya tak melewatkan waktu untuk berpose didepan gerbang “Selamat Datang", dan mengabadikan suasana pagi di sekitar P.Harapan...


Pagi Di Pulau Harapan

Sudah ramai lo pagi itu sekitar jam 8-an. Yah, memang seharusnya sudah ramai, karena bisa saja banyak orang yang hari itu akan pulang kembali ke tempat tujuannya masing-masing, jadi, memang sudah harus bersiap sejak pagi jika masih ingin menyisakan waktu tuk menikmati suasana pagi di P.Harapan. Apalagi, kapal kerapu tuk tujuan kembali ke Jakarta, jadwalnya jam 12-1 siang. 

Oh ya, saya  dan teman-teman satu penginapan, tak terlalu banyak mengunjungi spot-spot yang ada di pulau ini, karena kami punya kegiatan dan pekerjaan. Jadi, ya fokusnya disana, bukan fokus tuk menjelajah. Walau, pengennya sih begitu, heheh. Apalagi, kami datang ke tempat inipun, sebenarnya ya untuk kerja, bukan liburan. Cuma ya,  disambi aja liburannya, hihiihi…Lagipula, pulau ini kecil, lo. Mau lari kesana atau kesini, ujung-ujungnya ketemu lagi sama dermaga. Jadi, gambar-gambar yang saya bidikpun, ya tak jauh dari lokasi dermaga dan perkampungan atau kawasan  disekitarnya. 

Nah, ini saya bagikan beberapa gambar suasana perumahan penduduk disekitar lokasi dermaga.....




Pot-pot cantik ini, berada persis didepan Kantor Kelurahan.



Dibagian sisi kiri dermaga, Pulau ini memanjakan pengunjung yang ingin ber banana boat ria. Berhubung itu boatnya cuma ada satu, ya jadi yang pengen berselancar, mesti ngantri dulu. Lumayan rame lo antriannya, seperti gambar dibawah ini suasananya.

Antri menunggu banana boat.

Nah, terlihat banana boatnya sudah datang....

Nah, kalau yang ini beruntung, banana boatnya gak terbalik/dibalikin ketika menuju dermaga kembali

Ini penumpang (yg memakai pelampung) yang terbalik dari banana boat, sedang menggapai daratan, hehehe

Ehm...usai berfoto ria dan membidik objek-objek yang menurut saya menarik, saya menuju ke Taman Terpadu...

Ouw., sudah ramai disana. Teman-teman dari Yayasan KEHATI dan TERANGI yang berkumpul, akan ikut kegiatan Jakarta Coral Garden. Ya, sebagai bentuk kampanye Coral Day, selain edutaiment kepada anak-anak SD, yang sudah saya paparkan diatas tadi, diselenggarakan juga kegiatan penanaman karang, adopsi karang, dan memasang reef ball sebagai alternatif rumah bagi ikan. So, karena saya juga akan meliput penanaman karang, maka, dari penginapan saya sudah memakai baju renang, jadi ketika udah dilaut, tinggal siap nyemplung saja, tuk melihat kegiatan ini.

Oh ya... tau gak, dipagi hari, ketika saya dan rombongan sampai ditaman ini, banyak sekali sampah menumpuk. Memang tidak berceran sih, tapi sudah ditumpuk jadi satu,  diletakkan di tengah-tengah taman. So, mesti tetap dibersihkan dong ya... Ups... tiba-tiba... serombongan adek-adek dan bapak-bapak memakai baju hijau lumut "menyerbu" Taman Terpadu, dengan membawa kresek hitam besar, langsung sigap memunguti sampah yang menumpuk di sekitar taman. Woow.. Keren sekali mereka ini, pagi-pagi sudah berolah raga pungut sampah ya..

Aksi bersih-bersih pagi hari..

Sebelum naik ke kapal yang akan membawa kami keseberang, untunglah, para jurnalis dan rombongan lainnya, disiapkan alat-alat perlengkapan renang. Seperti pelampung, alat snorkling, dan kaki bebek. Baru kali ini saya mencoba kaki bebek. Rupanya, susah juga mencari ukuran kaki saya, heheh…

Yuk..dipilih dipilih kaki bebeknya....



Marih....
Setelah sudah siap sedia semua, kamipun berangkat, dengan dua kapal. Karena banyak bingitss yang ikutan, anak-anak dari pesertapun juga gabung euy.

Sudah duduk manis didalam kapal, siap berangkat.....
Meninggalkan sejenak Pulau Harapan tuk adopsi karang


Adopsi Karang 
Penamaman karang, tak jauh dari lokasi P.Harapan, hanya sekitar 2 kiloan jaraknya. Karena, ketika berada di lokasi yang akan dijadikan kegiatan adopsi karang, Pulau Harapan, masih terlihat jelas. 

Ehm... tau gak... saat sedang berlayar, kami melihat  dua warna air laut yang tak menyatu. Ya, berwarna biru dan hijau yang terpisah. Bisa saja, ya, Tuhan menghadirkan air berwarna hijau, ditengah-tengah laut biru. Sungguh indah sekali.

 
Nah, terlihatkan warna laut biru dan hijau yang terpisah...
Selagi asyik menikmati pemandangan yang tak akan dijumpai kalau sudah berada di Jakarta.. eh...eh....ditengah laut, sebelum mencapai target lokasi, kapal yang kami tumpangi mogok. Eyalah.... cukup lama kami terombang-ambing gak jelas dikapal. Maju kagak, mundur kagak. Kapal didepan kami yang sudah sampai duluan di lokasi, tak mengerti dengan teriakan-teriakan atau kode-kode yang diberikan dari si bapak ABKnya, maksudnya mau minta bantuan, gitu.

Siap snorkling sembari menunggu kapal bantuan datang....
Untunglah, salah satu penumpang ada yang berhasil menghubungi penumpang kapal yang sudah duluan sampai. dengan ponsel. Baru deh kapal mereka mendekati kapal kami. Duh..kejadian lagi deh, mogok dua kali naik kapal di P. Harapan. Akhirnya, kapal kamipun dideret dengan menggunakan tali. “Haduh, kalau gak begini, gak ada cerita”, celetuk salah satu rombongan kami yang ada di kapal. Hahaha.., iya juga ya... berpanas-panasan di tengah laut, kapal mogok, nyemplung juga jadi takut, hihihi....

Nah, kapal bantuan sudah mendekat...horeeh....

Yeye..kapal bantuan datang. Alhamdullilah...Tolong kapal kami ditarik ya..
Ehm...sampai dilokasi penanaman karang, panitiapun mesti meraba-raba medan dulu. Dipastikan dulu “cocok” atau kagak itu tempat. Beberapa teman-teman sudah nyemplung kelaut tuk snorkling dan berenang manja, hihihi. Tapi, karena di tempat tersebut, arusnya sangat deras, takut terjadi apa-apa, maka lokasi digeser ke arah depan, sekitar 40 meteran.

Ini area tempat adopsi karang, tapi dibawah laut eksekusinya, jadi gak kelihatan, ehhehe
Nah, setelah bergerak rada kedepan, kali ini jadi deh hajatnya.Tempat yang dipilih tak begitu dalam dalam amat, sekitar 4-5 meter. Karena kalau dipilh ditempat yang dalam, bagaimana kami bisa melihat penanaman karang? Itupun, kami cuma punya perlengkapan snorkling, berbeda dengan sang pembawa karang seberat 1, 5 kg, yang dilengkapi dengan alat diving. 

Ada sekitar 5 orang yang menyelam tuk melakukan adopsi karang. Cukup lama lo prosesnya, sekitar 30 menitan. Saya yang melihat cuma dengan alat snorkling, ya gak bisa fokus, karena ternyata saya kesusahan mengambil nafas, meski sudah dilengkapi dengan alat pernafasan. Maklum, gagap..#eh... Jadi, kepala saya, ya sebentar-bentar nongol terus tenggelam lagi sekitar 30 detik.. eh, nongol lagi karena megap-megap dan seterusnya..wkwkwkw.... #curcol

Yey, rugi dong gak ngepose di tengah laut, hihiih

Ketika para diver keluar dari dalam laut, menandakan usai pulalah aksi adopsi karang. Itu artinya, kami harus beranjak meninggalkan laut biru itu, tuk segera berkemas menuju pulang kembali ke Jakarta. Ah, usai sudah liputan sekaligus liburan saya.

Saya sangat berkesan dengan Pulau ini. Pulau yang sangat strategis untuk bisa melakukan snorkling, camping, mancing dan juga bisa mengunjungi aquarium bawah laut, penangkaran elang bondol dan penangkaran penyu. Ah, beruntung saya bisa menginjakkan kaki di Pulau yang bernama Pulau Harapan, yang terletak disalah salah satu gugusan pulau seribu.

Semoga, yang diharapkan dari penduduknya agar bisa menjaga dan melestarikan terumbu karang dan keanekaragamanhayati lainnya, bisa di lakukan. Supaya, jika suatu saat nanti saya snorkling atau diving lagi kesini, akan lebih asyik dan cetar, karena bisa menemukan terumbu karang yang indah dan cantik. Amin...

See u Pulau Harapan....

Sudut dermaga Pulau Harapan....

Sbr foto:
Koleksi Pribadi.