Si Gusi ….Yang diam-diam menghanyutkan.....

Nyengirrr...
Saya pikir, cuma istilah dalam pertemanan atau pergaulan saja yang katanya ada karakter orang yang sering disebut : “Diam-diam menghanyutkan”. Artinya kurang lebih seperti ini : “Seseorang yang kelihatannya tidak berbahaya, tapi lebih berbahaya dari orang yang sangat berbahaya”.Wuihh,.... seremnya, hehehe.....

Rupanya, didunia kesehatan, terutama seputar area gigi dan mulut, ada juga yang tepat kita tujukan tuk istilah diatas. Ya, ini tentang permasalahan gusi, yang selama ini dianggap orang remeh, tak terlalu diperdulikan, tapi rupanya, punya dampak dahsyat, yang bisa membuat kita menyesal selamanya.

Kenapa sering tak terlalu diperdulikan..? 
Salah satu sebabnya, kalau gusi kita mengalami "sesuatu", memang tak menimbulkan rasa sakit. Si Gusi hanya DIAM. Jadi, kita merasa ya tidak ada masalah. Tapi, ketika dia sudah meradang, yang terlihat dari penampakannya yang kurang sedap dipandang, barulah kita sadar, bawah ada sesuatu yang gak beres nih... 

Itu dia...masalah gusi ini “silent disease” atau diam-diam menghanyutkan, dan   kian mengancam. Masih banyak orang yang beranggapan kalau urusan menjaga kesehatan gigi, itu, ya... hanya sekedar menyikat gigi dua kali sehari saja. That's it! Dan kalau mau ke dokter gigi, ya nunggu giginya sakit dulu...

Ya, kesadaran masyarakat soal kesehatan gusi masih minim. Seringkali kita ke dokter gigi hanya saat gigi atau gusi terasa nyeri dan sakit. Dan biasanya keluhan utama ke dokter gigi itu, 98 % karena gigi berlubang dan hanya 2 persen masalah gusi.

Tapi, FAKTAnya... orang di Indonesia banyak yang memiliki penyakit gusi, lo....

Sebuah riset memperlihatkan bahwa 5 dari 10 penduduk Indonesia pernah mengalami masalah gusi (Synovate AsiaBus, 2011). Sedangkan sebuah studi lainnya (dengan komponen riset yang berbeda) menunjukkan bahwa jumlah penderita gusi bermasalah di Indonesia kini semakin meningkat, dari 19% di tahun 2012 (IPSOS Consumer Tracking, 2012) menjadi 28% di tahun 2013 (IPSOS Consumer Tracking, 2013). Angka yang memprihatinkan ini memperlihatkan bahwa masih banyak orang Indonesia belum memahami atau menganggap penting kesehatan gusinya. Atau memang gak tau, kalau gusi kita sudah dalam tahap memprihatinkan..? Nah, lo..Ini dia nih yang bahaya.....

Pernahkah Anda menyadari atau melihat ada darah ketika menyikat gigi? Atau ada salah satu anggota keluarga yang giginya sering berdarah ketika disikat? Pernah? Lantas apa yang dilakukan? Dibiarkan saja? Dianggap itu hanyalah gegara menyikat gigi yang terlalu keras dan kasar, sehingga menyebabkan lecet dan berdarah? Meskipun, ya bisa saja sih menyikat gigi terlalu keras menjadi salah satu factor pendukung dari masalah gusi berdarah, Namun hal itu kurang tepat. Rupanya…. yang sebenarnya terjadi, lebih dari itu, teman. 
 
Tahu gak, kalau kita melihat adanya darah saat menyikat gigi, ini merupakan salah satu pertanda awal adanya masalah gusi, yang apabila diabaikan atau dibiarkan dapat mengarah kepada masalah lain yang lebih serius. Ya, gusi yang berdarah (umumnya terjadi saat tersentuh bulu sikat) merupakan bentuk peringatan awal bahwa ada sesuatu yang “tidak beres” dengan gusi kita, yang disebabkan oleh penumpukkan plak yang dibiarkan dan tidak dibersihkan. Kalau sudah begitu, kolonisasi ini akan memproduksi racun, sisa produksi, enzim, karang gigi dan pH tidak seimbang.

Nah, hal-hal itulah yang mengganggu gusi dan mengakibatkan terjadinya radang pada gusi hingga kemudian gusi dapat mengeluarkan darah jika tersentuh sesuatu.

Untuk itu, kita perlu mendeteksi dini gusi yang kita miliki. Eits, gak cuma gusi kita saja, tapi juga gusi semua keluarga. Suami, anak, kakak, adek, dan orang tua. Saling mengingatkan atau saling memberikan informasi yang benar dalam satu keluarga, sangat menguntungkan sekali.Supaya gusi keluarga kita jadi sehat dan indah dipandang.

drg.Sandra Olivia,DDS,MHA,MDS Specialis la Denta
Dan...DETEKSI DINI yang bisa bersama-sama dilakukan oleh anggota keluarag adalah:  selain gusi berdarah atau tidak ketika kita sikat gigi, kita juga harus melihat adanya karang gigi atau tidak. Trus, apakah si gusi berubah warna merah? Kalau iya, bisa jadi tanda peradangan. 

”Selain itu, anda sering merasa bengkak gak sih Gusinya..? Dan, kalau mulut anda bau, ini juga gejala permasalahan gusi, lo”, begitu kata drg. Sandra, Olivia, DDS, MHA, MDS (Perio) specialis la Denta, yang berbagi pengetahuan tentang permasalahan seputar gusi, dalam acara Parodontax Bloggers Gathering di Hongkong Café, di Selasa yang cerah, 22 April 2014. Dokter gigi ini menambahkan, kalau untuk gejala lebih lanjut lagi dari permasalahn gusi ini, maka gigi akan terlihat goyang dan posisi gusi yang turun naik.

Nah, sebelum saya memaparkan lebih lanjut mengenai masalah gusi yang saya dapatkan ilmunya dari dokter specialis paradoncia ini, kita perlu tau lebih dulu, apa sih  sebenarnya yang dinamakan dengan gusi?

Gusi.....
Penampakan Gusi sehat dan tak sehat
Merupakan salah satu jaringan penyangga yang mengelilingi dan mendukung gigi. Ya, layaknya sebuah bangunan, yang menentukan apakah bangunan tersebut akan bertahan lama atau tidak adalah fondasi atau kita sebut sebagai penyangganya. 

Hal yang sama juga ditemui pada gigi kita. Untuk dapat membuat gigi dapat bertahan dengan baik, yang perlu diperhatikan adalah jaringan penyangganya .

Selain gusi (gingiva),yang dikategorikan sebagai jaringan penyangga gigi (disebut juga dengan jaringan periodontal) adalah ligamen periodontal (serat yang menghubungkan antara jaringan gigi dengan tulang), dan juga tulang penyangga gigi (tulang alveolar).

Ya, tidak seperti masalah gigi berlubang atau masalah gigi bungsu yang seringkali menimbulkan rasa sakit pada penderitanya, pada banyak kasus permasalahan gusi, tahap awal dari penyakit gusi dan periodontal (jaringan pendukung gigi) seringkali timbul tanpa gejala rasa sakit; banyak orang dewasa menderita penyakit ini dan mereka tidak mengetahuinya. Sehingga masalah gusi seringkali disebut sebagai silent disease”, seperti yang saya sebutkan diawal tadi.

Oh ya, ada beberapa tingkatan untuk melihat kondisi parah atau tidaknya masalah gusi yang dihadapi oleh seseorang.. yaitu radang ringan, radang sedang, dan radang yang paraah.

Radang sedang aja begini, apa kabar radang parah.?
Kalau Radang ringan atau yang disebut gingivitis, gejalanya :
Perdarahan terkadang ada, kadang juga tidak. Terjadi pembentukan karanggigi,dan eehmm...bau mulut....

Radang sedang, (periodontitis), bsia terlihat dari adanya maturasi plak, karang gigi, tulang terineksi(terkena), bengkak, terkadag nyeri, dan juga bau mulut....

Sementara ciri infeksi/ radang parah (Adevanced periodontitis) adalah : gigi bergoyang parah, terjadi kerusakan tulang, gigi berpindah tempat (bergeser). Lantas bengkak, nyeri dan bau mulut.  Hemm...pasti gigi kita tidak terlihat indah lagi, nih...

Sbr gambar: disini


Trus, kalau gusi yang sehat, apa dong ciri-cirinya...? 
 
Nah, mari bareng-bareng  saling melihat kondisi gusi keluarga kita. Kalau anda melihat gusi anda, anak dan suami
  • Berwarna pink
  • Stabil, 
  • Struktur halus dan terlihat puncaknya
  • Penampakannya / tesksturnya seperti kulit jeruk,
  • Tidak ada gusi berdarah 
  • Tidak nyeri.... 
Ahaaaa..... berbahagialah anda dan keluarga, karena menurut drg. Sandra, itulah ciri-ciri gusi yang sehat. Wah, saya juga langsung ambil kaca nih, mau ngeliat gusi saya berwarna pink atau kagak nih.. Dan...jeng-jeng... Alhamdullilah, gusi saya menampakkan warna merah jambu alias pink, terlihat puncaknya, dan bertekstur halus. Yihiii, paling tidak, kalau saya tersenyum atau ketawa. Yah, masih enak dipandang lah, ya. Hahaha....

Ini dia gigi & gusi yang sehat. Sbr gbr: disini

Tapi...sssstt....kalau kita masih cuek saja dengan permasalahan gusi ini, bisa menyebabkan terjadinya inflamasi atau pembengkakkan pada gusi, lo. Naaaa... pembengkakan ini, selanjutnya dapat mengarah kepada penurunan tulang penyangga gigi akibat aktifitas bakteri yang memproduksi sel-sel osteoklas (penghancur tulang), dan apabila penghancuran tulang ini terus menerus terjadi tanpa dirawat, maka gigipun bisa lepas/tanggal karena tidak ada lagi tulang yang menyangganya. 

Kalau sudah begitu.....

Hidiih...lama-lama bisa ompong dong gigi kita,ya... Gak bisa ber-haha-hihi lagi, ntar. Haduh, sangat mengganggu estetika jadinya euy...
 
Kalau cuma senyum aja, gak asyik, ah.. Tapi kalau bisa tertawa lebar dengan kondisi gigi dan gusi yang sehat dan utuh, lebih lepas ekpresikan diri... ihiiiyy...


Tau gak....masalah pada gusi merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada orang dewasa. Ya, kalau sudah terkena masalah atau penyakit gusi ini, dampak yang ditimbulkan gak main-main, lo... 
 
Apa tuh...?

Ehm...percaya gak, gegara hal ini...kita bisa terkena stroke. Gak asyikkan kalau kondisi atau bentuk tubuh kita jadi berubah, lumpuh, dan aneh gegara stroke. Ya, penyakit di wilayah area gigi itu, bisa nyambung kemana-mana. Keseluruh organ tubuh kita. Ouws...pantesan, kalau orang sedang sakit gigi, seluruh tubuh ikutan sakit semua, tiba-tiba langsung demam dan gak bergairah melakukan apapun. Kalau ingat ini..sepertinya ungkapan dalam lagu dangdut : “Lebih baik sakit hati daripada sakit gigi", kayaknya berlaku, deh, hihihi.....

Eeh, gak cuma itu aja, kita juga bisa mengidap diabetes, penyakit hati, paru, hingga stres... Wah, wah...belakangan ini saya sering menemui banyak orang yang stres. Apa karena mereka punya penyakit gusi ya..? Bisa saja ! Ah,..Untunglah saya mendapat pengetahuan ini, jadi membuat saya terpicu tuk rajin ke dokter gigi, supaya bisa menghindari stres dan menjauhkan penyakit-penyakit yang menyeramkan itu dari keluarga tercinta.

Ehm.....dari tadi kita ngomongin soal permasalahan gusi dan dampaknya... tapi...siapa sih yang rentan atau berisiko tinggi terkena masalah radang gusi ini....? Ouw, rupanya 47% masalah ini mengintai wanita hamil.  Sementara itu, wanita menopause, perokok dan remaja baik laki dan perempuan yang sedang mengalami masa pubertas, juga tak luput dari incarannya.  

Hei, remaja yang memakai kawat gigi, kata drg.Sandra, juga rentan lo terkena masalah gusi, karena faktor hormonal mereka juga yang masih tinggi. Nah, buat yang punya anak ABG dan sedang ikut-ikutan tren memasang kawat gigi, sepertinya perlu perhatian ektra dalam merawat gusinya, agar jangan berdampak fatal.

drg.Sandra, tengah jelaskan soal permasalahan gusi....

Ngomong-ngomong, bisa gak sih permasalahan gusi ini dicegah....?

Yup, Bisa !!

drg.Sandra menyarankan, salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah masalah gusi adalah : 
1.Menjaga kebersihan mulut
  • Menyikat gigi secara teratur 2 kali sehari menggunakan pasta gigi yang tepat
  • Gunakan bulu sikat gigi yang lembut
  • Selain itu, faktor deteksi dini (gusi berdarah saat sikat gigi) seperti yang saya sebutkan sebelumnya, juga tetap perlu diperhatikan, lo.
2. Terapkan gaya hidup sehat :
  • Hindari merokok
  • Konsumsi makanan bergizi
  • Minum air putih yang cukup
3.Periksa gigi dan gusi anda & keluarga secara rutin, minimal 6 bulan sekali. 
 
Nah, kalau kita sudah terkena permasalahan gusi, atau ingin menangkal terjadinya sesuatu pada gusi, bearti kita harus mencari pasta gigi yang cocok dong untuk hal “silent disease” ini. Selain itu, yang juga diperlu diperhatikan adalah bahan aktif yang terkandung pada jenis kandungan pada pasta gigi pilihan keluarga.

Pasta gigi paradontax
Salah satu bahan aktif yang sudah teruji secara klinis untuk hal tersebut adalah garam mineral berupa Sodium Bikarbonat. Kenapa harus mengandung Sodium Bikarbonat.? Karena bahan ini dapat meninggikan pH (derajat keasaman) pada gigi yang turun akibat aktifitas bakteri.

Nah, pasta gigi Parodontax,  merupakan pasta gigi yang bisa digunakan sehari-hari dengan kandungan 70% bahan-bahan khusus, yang terdiri dari garam mineral atau Sodium Bikarbonat dan ekstrak herbal 67 %, yang secara simultan mampu merawat dan mencegah permasalahan gusi. 

Amanda, Asistan Brand Manager Paradontax
Menurut Amanda, Assistan Brand Manager Paradontax, yang ikut berbincang bersama kami di acara gathering tersebut, mengatakan, kandungan garam mineral pada pasta gigi Parodontax, teruji secara klinis dapat membantu mencegah dan mengangkat penumpukan plak yang merupakan penyebab awal masalah gusi, secara efektif.

Dikarenakan plak terus menerus terbentuk setiap hari, akibat aktifitas yang terjadi pada rongga mulut melalui makanan dan minuman, maka sangat diperlukan perawatan yang kontinyu/rutin guna menjaga kesehatan gusi kita dengan menggunakan pasta gigi sehari-hari yang tepat. Pasta gigi Parodontax adalah pasta gigi yang bisa gunakan sehari-hari. 

Gara-gara sudah mengetahui hal ini, keluarga saya sekarang memakai pasti gigi Paradontax, tentu karena saya tak ingin ada penyakit gusi yang diam-diam bercokol di area gigi indah saya dan keluarga tersayang.  

"Pertama mencoba,...... 
Rasanya asin, tak seperti rasa pasta gigi kebanyakan.

Ouw, saya baru ingat, kan pasta gigi berwarna pink kecoklatan ini memang mengandung garam mineral, makanya asin, tapi asyik, hehehe. 

Busanyapun tidak banyak, dan itu baik buat kesehatan. Gigi saya terasa kesat dan segar...ah...."


Tips ala saya tuk jaga kesehatan gigi keluarga

Nah, terkait urusan menjaga kesehatan gigi ini, selain memilih pasta gigi yang mampu merawat dan mencegah permasalahan gusi, saya juga membiasakan diri untuk tidak menaruh sikat gigi didalam kamar mandi. Karena, banyak kuman-kuman yang beterbangan didalamnya. Ya, saat kita menyiram toilet, maka kuman-kumannya akan terbang keudara (didalam area kamar mandi). Dan saat beterbangan itulah, bisa saja mereka hinggap disikat gigi kita. Trus, dengan tanpa dosa, kita langsung pake aja itu sikat gigi, yang ternyata banyak kuman didalamnya. Wuihh..yang ada gigi bukannya jadi sehat, malah jadi sakit...Kalau memang malas membawa sikat gigi keluar dari area kamar mandi, ya di usahasakan pilih sikat gigi yang bertutup, supaya bisa menghindari kuman.

Kalau untuk urusan makanan, dari kecil, ibu saya membiasakan diri tuk jarang mengkonsumsi air dingin atau es yang berlebihan, serta menghindari juga mengkonsumsi makanan yang panasnya kelewatan, karena itu juga bisa bikin gigi kita cenat-cenut. Kondisi suhu yang sedang-sedang saja, memang lebih baik, lo, hehehe...

Nah, yang bertugas untuk mengingatkan hal ini, tentulah peran Ibu sebagai Manager dan SEO yang harus mengarahkan hal tersebut pada keluarganya.”Jadi, ibu sangat berperan penting dalam mengarahkan atau memberi pengetahuan tentang urusan yang biasanya dilakukan oleh anggota keluarga. Termasuk dalam hal memberikan informasi soal pentingnya menjaga kesehatan gigi dan gusi. Ibulah yang menjadi reminder atas segala sesuatunya. Seorang Ibu harus punya kepekaan yang lebih, terhadap apa yang terjadi, jangan sampai meremehkan tanda-tanda kecil, yang ujung-ujungnya bisa berdampak besar, ujar Anna Surti Ariani, S.Psi,MS1,Psikolog Anak dan Keluarga, yang ikut berbagi ilmu di acara tersebut.

Ehm...tanda-tanda apa maksud Psikolog yang akrab dipanggil Nina ini ? 
 
Nah, ia menjelaskan, misalnya, kalau anak kita sakit, ya harus cekatan dalam mengecek gejala-gejala yang dialami anak. Sering kita lihat ada batita yang sering rewel, biasanya sih itu karena ngantuk dan bosan. Tapi, kalau rewelnya terus-terusan, wah... jangan-jangan ada ketidaknyamanan lain. Bisa karena perubahan pengasuhan, misalnya. Nah, hal ini termasuk dalam tanda-tanda psikologis yang sering terjadi pada batita.

Anna S.Ariani, S.Psi,MS1,Psikolog Anak&Keluarga
Sementara, kalau untuk tanda-tanda biologis pada balita/batita, misalnya, ketika kita mendengar suara anak seperti suara kodok/serak, biasanya karena batuk. Ada lagi anak yang menekuk-nekukkan badannya, nah itu bisa jadi karena, perut kembung atau bisa jadi karena sakit tertentu. Tak jarang pula kita merasa sering pusing,  nah..itu bisa jadi BAB (Buang Air Besar) yang kurang lancar, alias macet. Bahkan, kalau kita sering cemaspun, bisa menimbulkan sakit perut. lo. Ouw...artinya faktor psikologis bisa berdampak pada faktor biologis.

Nina menyarankan, sebagai seorang Ibu, harus sensisitif pada tanda-tanda yang diperlihatkan oleh anak dan juga suami. Begitu juga dengan tanda-tanda biologis yang di perlihatkan pada gigi dan gusi anggota keluarga kita. “Jadi, yang kita harus cari tau adalaah sumbernya, supaya bisa mengatasinya lebih mudah”, ujar Psikolog cantik ini.

Suasana Talk Show

Nah, ngomongin soal kecemasan, rupanya banyak juga emak-emak yang tergabung dalam Komunitas Kumpulan Emak Blogger, pada hari itu curhat soal kecemasannya. Salah satunya, ada yang cemas karena anaknya mau ujian. “Anak saya yang mau UN,  kok yang cemas saya”, ujar Mak Ellisa pada kesempatan itu. Sayapun sering mengalami kecemasan, kalau tiba-tiba mendapat tugas baru dari kantor, atau disuruh liputan kemana gitu. Takut gak bisa menjalankan tugas dan sebagainya, jadi parno sendiri, deh...hehehe

Tapi, kalau kecemasan terhadap permasalahan si gusi yang tiba-tiba bisa menghampiri kita, sepertinya, sudah bisa diminimalisir dengan adanya pasta gigi Paradontax, satu-satunya pasta gigi yang peduli terhadap permasalahan dan kesehatan  gusi, yang sudah hadir sejak 2013 lalu.

Serunya MC & tiga nara sumber yang kompak ber pink ria ini..
 
Ini bukan pertama kali Paradontax, mengajak para blogger tuk bersua dan berbagi ilmu terkait permasalahan gusi berdarah yang sering diremehkan ini, agar apa yang kami dapatkan bisa disebarkan melalui tulisan ini, sehingga bisa dibaca masyarakat banyak.

Foto bersama di akhir acara....Seru dan rameeh...

Yah, banyak sekali pengetahuan yang saya dapatkan diacara yang dihadiri sekitar 20 teman-teman dari Komunitas Emak Blogger yang kece-kece itu, jadi melek mata euy tentang permasalahan gusi, yang saya sebut....si diam-diam menghanyutkan itu. Emak-emak blogger yang hadirpun semuanya antusias berinteraksi bersama tiga narasumber yang memberikan pengetahuan luar biasa itu. 

Ya, karena seorang ibu lah yang akan mendayung  rumah tangganya, agar bisa menemukan "kunci"  yang layak dan sehat bagi suami dan buah hatinya. Kunci itu, selain ada di hati, mata, dan telinga, juga ada pada mulut dan gigi/gusi kita. Kunci yang bisa mengekpresikan kebahagiaan keluarga kita lewat tawa dan senyuman, juga tempat kita menyalurkan makanan sehat, bekal energi keluarga dimasa depan.

Btw....
Pernah gak melihat orang-orang disekitar kita yang masih umur 40 atau 50 tahunan, tapi giginya sudah pada bolong-bolong atau malah habis sama sekali...? Ups...banyak yang bilang : “Kan udah berumur, makanya jumlah giginya tak sempurna lagi.”

Padahal, ssssssttttt..... kata drg.Sandra, umur 65 tahun, harusnya gigi kita masih lengkap, lo. Kalau sudah gak lengkap lagi, itu artinya ada masalah gusi yang tidak tertangani dari dulu. Walah, bearti mumpung umur kita masih dibawah 40 tahunan, dan anak-anak beranjak remaja, masih ada kesempatan tuk membenahi, ya. Paling tidak rajin ke dokter gigi, setiap 6 bulan sekali, minimal untuk membersihkan karang gigi yang menumpuk, supaya permasalahan si Gusi yang diam-diam menghanyutkan itu, tak menghampiri kita dan keluarga. Dan bersama Paradontax, bisa menyehatkan gusi keluarga.  

Gusi yang sehat, menandakan keluarga yang sehat dan tau bagaimana memperlakukan sesuatu yang jadi salah satu kunci kebahagiaan keluarga.

Masih Inginkan pamer gigi seperti ini....??


Sbr tulisan  :
_ Paradontax
_ drg. Sandra, Olivia, DDS, MHA, MDS (Perio) specialis la Denta

Sbr gambar:
_  Paradontax
_ Beberapa milik pribadi

Kopi Durian


Saya manusia pencinta dan penggila durian. Kalau ada makanan atau minuman yang berbau atau menggunakan buah lezat ini, saya akan meliriknya. Ya, walaupun gak mencicipi buahnya secara utuh dan langsung, paling tidak menghirup aromanya atau mencicipi sedikit rasanya yang sudah dicampur dengan bahan makanan/minuman lain, tetap memberikan kebahagiaan tersendiri bagi saya, hehehe...

Banyak sekali makanan yang dibuat dari bahan durian. Ada dodol durian, yang disebut lempok, ini makanan khas daerah Sumatera Selatan. Ada juga tempoyak. Ini adalah buah durian tanpa biji yang diasinkan. Dengan tempoyak ini, kita bisa mengolahnya menjadi sambal tempoyak, pindang tempoyak atau brengkes ikan (pepes ikan panggang berbalut tempoyak). Lezaaattt.... Bagi yang belum pernah mencobanya, mungkin ya rada aneh rasanya. Tapi, bagi lidah saya... wiihh.. lezatnya tiada tara. 

Nah, ngomongin soal durian....
Siang tadi, sebelum saya berangkat ke kantor untuk menjalani ritual tugas harian yang setiap hari kebagian masuk sore sampe malam, saya mampir dulu ke Supermarket  di kawasan Rawamangun, Jakarta. Ketika menelusuri setiap sisi yang tersaji di tempat pasar modern yang lumayan murah ini (dibanding harga di supermarket besar lainnya), eh... pada bagian etalase kemasan kopi-kopian, mata saya melihat kemasan kuning yang nangkring di pajangan rak tinggi, bertuliskan : “Durian Coffee”. Ouw...saya langsung mendekat..... 

Kemasannya saja sudah menyajikan gambar buah durian nan montok, kuning kinclong dan padat. Di sebelahnya, ada kopi yang mengeluarkan kepulan asap panas dari dalam cangkir. Ah, siapa yang tak tergoda melihatnya?

Penampakan Durian Coffee
Tak perlu lama memandanginya, tangan saya mengambil kemasan kuning yang berjejeran dengan varian minuman lainnya itu. Ragu saya mau membelinya. Karena, ini mahal pasti, pikir saya. Dan benar, harga yang tertera di kertas kecil yang ditempel dibawah rak pajangannya, tertulis 31 ribu sekian. Harga segitu, ya cukup mahal, dong, dibanding kemasan kopi sachet lain yang hanya berkisar 5 hingga 10 ribuan, yang isinya (biasanya) 5 bungkus itu.

Nah, karena kemasan kopi durian ini ukuran kotaknya lebih panjang dibanding kopi lainnya, saya pikir isinya ada 10 sachet, ternyata, eh, setelah dibaca keterangannya, yah.. cuma 5 bungkus, bro... 

Padahal, kalau isinya 10 bungkus, lumayan, ya. Artinya 31 ribu dibagi 10, bearti harga satu sachet sekitar 3 ribuan. Dan dengan harga itu, saya sudah bisa menikmati aroma dan rasa durian, buah favorit saya sedunia, hehehe.. Tapi, kalau 5 sachet, kalau diitung-itung, sekitar 6 ribuan persatuannya. Berhubung saya penasaran dan kebelet plus tergodah..ya sudahlah ya, saya beli aja, daripada saya kepikiran, hihihi..

Lagian, kalau dibandingkan saat kita nongkrong di cafe, satu cangkir bisa 20 ribu hingga 45 ribuan.. Lah, ini cuma 6 ribuan satu sachet. Ya, lumayan untung dan asyiklah ya....

Durian coffee mejeng di meja kantor
Setelah kemasan Durian Coffe sudah ada di kantor saya, tak sabar hati ini ingin langsung menikmatinya. Gimana sih rasanya..? Beneran rasa durian gak? Atau tetep aja rasa kopi-kopi juga, hihihi... 

Oh, ya...kenapa saya bawa ke kantor dan mesti ngopi di kantor juga? Karena hari Sabtu, seperti penjelasan saya di atas tadi, saya kerja dan bertugas hingga malam hari. Makanya, saya menikmati kopi rasa durian inipun, ya di kantor, ditemani dengan komputer, keyboard dan dan telepon kantor yang setiap hari setia nongkrong di meja kerjaku. Namun, kalau di weekend, lumayan gak usil teleponnya. Coba kalau hari biasa, wah, rang-ring mulu, hihih.. Yah, namanya juga telepon kantor, bukan telepon kuburan, #eh...

Nah, ketika saya buka kemasannya, ups...terlihatlah 5 sachet berbentuk memanjang dari dalam wadah yang dikemas cantik itu. Warnanya..... kuning emas. Silau, Man! Mungkin produsennya memang ingin menyamakan warna sachetnya dengan warna kulit dan buah durian kali, ye, kuniiing....biar kompak, hehehe...

Ketika jemari saya mulai merobek dan mengeluarkan isi serbuk dalam sachet...ah... aroma durian langsung tercium. Haruuum... Warna bubuknya  sama dengan serbuk kopi sachet lainnya. Berbutir hitam, bercampur  butiran putih. Saya pikir bubuk kopinya juga berwarna kuning.

Sachet Durian coffee

Yuhu....setelah serbuknya nongkrong dalam cangkir, tinggal menunggu disiram air panas yang sudah siap sedia dalam air galon kantor, di samping meja saya. Diaduk-aduk....melihat asap mengepul... selanjutnya... bibir ini menyeruput kopi ituuuhh.... Sluurrpp.... ehm...terasa duriannya, meski rasa asli kopi tetaplah menguasai.

Ekstrak dan perisa duriannya, cukup menghibur lara hati ini. Lara  yang muncul gegara harga durian yang lumayan mahal, membuat para penggemar buah berduri ini  jadi jarang membelinya. #curcol

Perisa (bahasa Inggris: flavour) adalah kualitas dari sesuatu yang mempengaruhi rasa dan aroma yang biasanya ditambahkan pada makanan atau minuman sehingga menimbulkan rasa dan aroma yang enak dan lezat. 

Ekstrak adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. (sbr: wikipedia)

Wah, siap diminum nih .....

Terakhir kali beli buah yang lezat ini, sekitar seminggu lalu, ketika lagi mampir di salah satu supermarket yang ada di Mall Semanggi. Itupun saya membelinya karena discount 50 persen. Kondisi duriannya sudah sangat masak, jadi menurut si abang karyawannya, daripada duriannya jadi gak bagus lagi dan akhirnya gak laku, mending dikasih potongan harga.

Yeacch...harga durian sekarang mahal bingiiit. Apalagi jenis durian montong yang buahnya bener-bener montok itu. Ahaha..iman saya cenat cenut melihatnya. Air liur ini harus saya tahan melihat buahnya yang lunak itu. Dijual secara eceran saja, hanya 2 atau 3 biji durian yang diwadahi dalam styrofoam kecil, dihargai sekitar 20 hingga 40 ribuan. Nah, kalau durian utuh, yang ukuran sedang saja, bisa seratus ribuan, lho. Apalagi yang guueeede....haduuhh.. mikir mau belinya.

Untunglah, sekarang ini banyak yang menjajakan makanan dan minuman berbahan durian. Jus durian, misalnya. Saya sering membelinya di Carrefour, sekitar 10-15 ribuan per gelas plastik.

Nah, untung juga ada Durian Coffee, kopi serbuk sachet yang mempunyai ektrak dan perisa durian, keluaran My Bio. Yah, setidaknya mengabulkan rasa ngidam saya, terhadap buah nomor satu yang selalu ada di hati saya ini.

Hei...ada yang pengen mencoba Durian Coffee ? Silahkan melipir di supermaket terdekat. Atau, mau menemani saya malam ini bertugas, sambil menyeruput kopi rasa durian...? Baru satu sachet lho yang saya habiskan, masih tersisa 4 bungkus lagi, nih... Mau...?

Mau...??