High Heels SIMPANAN



Kalau istilah istri simpanan atau pacar simpanan, pasti anda pernah mendengarnya. Tapi, kalau high heels simpanan? Ehm, mungkin ini istilah baru. 

Ya, sesuai dengan istilahnya, high heels simpanan adalah sandal atau sepatu yang benar-benar disimpan dan tak dipakai-pakai. Atau, pernah dipakai tapi cuma sekali doang, habis itu masuk lagi kedalam kotak, disimpan. Sesekali pernah juga sih dikeluarkan dari dalam kotak, tapi hanya untuk dicek saja, apakah masih bagus atau tidak. Karena, biasanya sandal yang terlalu lama disimpan akan mengelupas dan rusak, terutama kalau bahannya sensitif.

Nah, bedanya dengan istri/pacar simpanan. Kalau istri simpanan, pasti "dipakai' tapi tak pernah dikeluarkan justru disembunyikan, agar tak ketahuan orang. Bisa berabe ya kalau tercium orang, apalagi kalau si empunya istri simpanan adalah pejabat publik atau orang terkenal. Ha..ha..ha...

Ilustrasi
Istilah high heels simpanan ini muncul ketika saya beres-beres kamar dan.... ulalala...saya menemukan tak kurang 10 pasang alas kaki yang tak pernah dipakai. Padahal modelnya bagus-bagus. Bahkan, ketika membelinya dulu, duh, betapa menggebu-gebunya saya ingin mendapatkan sandal model terbaru dan trendy itu. 
 
Ya, sandal dan sepatu simpanan jenis high heels, wedges, dan flat yang bermerk maupun tak bermerk, sudah hampir dua tahun ini bersemayam di dalam kamar mungil saya. Tak, disentuh, dilihat, apalagi dipakai. Tak pula saya hibahkan tuk orang lain. 

Kalau dia manusia, mungkin sudah berontak, dan ngomel panjang-pendek seperti ini : 
"Hei, aku kok dicuekin sih, dianggap gak ada dan dibiarkan begitu saja. Padahal, waktu dulu kau mengingkan aku, kau begitu memuja-mujiku, hingga kau rela mengeluarkan uang begitu banyak demi tuk mendapatkan aku. Tapi, setelah aku sudah menjadi milikmu? Apa yang aku bayangkan, ternyata tak sesuai harapan. Aku hanya dibiarkan teronggok begitu saja. Trus, apa gunanya kau ambil dan dan memilih aku dulu?" 
 
Nah, ini dia nih. Apa jawaban yang harus kita berikan kepada si high heels simpanan? Mau menjawab:  "Aduh maafkan, aku terlalu sibuk hingga tak memperhatikanmu, dan terlalu banyak pesaingmu dikamarku, hingga aku harus memutuskan salah satu mana yang kuanggap baik.  
 
Atau,  
"Eh, maaf..aku membelimu hanya untuk pamer kepada teman-temanku bahwa aku punya banyak uang, sehingga bisa membeli beraneka ragam high heels."

Nah, yang lebih parah lagi,...kalau alasannya adalah.. "Aku membelimu hanya demi kesenangan semata, karena ketika memilihmu dulu, aku sedang stres dan banyak pikiran. Jadi untuk menutupi rasa itu, maka pelampisanku ya belanja. Maka, tanpa sengaja, aku telah memasukkanmu kedalam daftar pelampiasanku."  

Lucunya model high heels
Discount yang menggoda

Duh, sebenarnya ini adalah perbuatan dosa, yang sering kali dilakukan oleh kaum hawa, termasuk saya. Hanya karena terburu nafsu dan tergoda keindahan semata, akhirnya memutuskan untuk membeli sandal/sepatu yang terkadang kita sendiri tak tau apakah butuh dengannya atau hanya karena suka saja karena tampilannya yang rupawan? Padahal, diluar sana banyak orang yang tak mampu tuk beli sandal. 

Lihatlah kaki para pemulung dan pengemis yang biasa melintas didepan kita. Banyak dari mereka yang tak memakai alas kaki ketika bergerilya dijalan raya demi mengais rezeki. Lah, kita yang punya sandal banyak, kok,  gak dimanfaatin, toh.

 



(Gambar diatas, adalah salah satu high heels cantik yang saya punya. Pertama kali memakainya setelah sepatu ini  satu tahun bersemayam dalam kamar. Dan kini, udah dua tahun jadi penunggu kamar,  tapi baru dipake 3 kali doang (untung masih sempet dipake) ..Hikss.)

Cerita soal high heels simpanan ini, yang awalnya begitu menggebu-gebu ingin didapatkan, tapi setelah dapat lantas dilepehkan begitu saja, mungkin beririsan juga dengan cerita kehidupan yang hadir disekitar kita. 
 
Ya, tak jarang kita temui ada orang yang, misalnya, ketika belum mendapatkan suami, selalu berdoa pada Tuhan dengan tersedu-sedu agar secepatnya dihadirkan calon pendamping hidup, supaya punya tempat tuk berbagi agar tak lagi kesepian. Tapi, setelah mendapatkannya, tak sedikit yang menyia-nyiakan pria pendamping titipan Tuhan tersebut. Ada yang kurang memperhatikan suami, ingin menang sendiri dan tak menganggap suami adalah kepala keluarga. Atau, yang lebih parah lagi, banyak wanita yang merasa lebih hebat karena jabatan dikantornya lebih oke dari suami. Ada lagi yang melecehkan suami hanya karena pendapatan sang istri yang jauh lebih besar dari suami.

Lantas, kehadiran suami yang begitu ditunggu-tunggu sekian lama itu, hanya dilepehkan begitu saja, cuma karena tak sesuai dengan harapan sang istri. Trus, apa dong pertimbangannya waktu dulu memilih atau menetapkan pria yang sekarang "dibiarkan" itu untuk jadi pendamping kita? Ataukah, ketika menikah dulu hanya terburu nafsu saja, karena melihat ketampanan wajah dan kemapanan ekonominya? Lantas dikejar umur yang semakin bertambah? Atau karena ingin melepas status lajang saja? Adakah terlintas ingin mengilas baliknya? 
 
Pun, dalam hal dunia pekerjaan. Ketika masih menganggur, banyak yang melemparkan puluhan kertas lamaran kepada beberapa perusahaan agar bisa diterima bekerja. Ada juga yang menyingkirkan urat malunya dengan mengemis kepada sanak keluarga agar bisa dicarikan pekerjaan, dan dibumbui dengan ucapan: "Gak apa-apa gajinya kecil, yang penting aku dapat pekerjaan dulu, daripada nganggur begini". Iyakan?

Tapi, setelah dapat pekerjaan, lantas mengeluh karena banyaknya limpahan tugas yang diberikan oleh atasan. Atau, ada sedikit kerecokan dengan management, lantas mengumpat perusahaan dan langsung ingin keluar, karena gak tahan dengan preasure yang dihadapi. Lah, dulu gak ingat ya, betapa berharapnya mendapatkan pekerjaan itu.

Setelah pindah kantor, eh, ujung-ujungnya menyesal, karena rupanya dikantor yang baru ternyata tak "seenak" ketika di kantor lama yang dianggap tak lagi nyaman itu. Hmm, dimanapun kita bekerja, pasti akan menemui kekurangan dan masalah.

Ah, manusia memang tak pernah puas. Termasuk keinginan tuk memiliki puluhan pasang sepatu yang akhirnya cuma jadi simpanan saja.

Penampakan "High heels Simpanan" di femina edisi Januari 2014.
 

Hujan : Berkah Vs Serba Salah


Hujan itu ada diantara berkah dan serba salah. 
Mengapa begitu..?

Ibarat liriknya lagu Ebiet G Ade: Coba kita renungi,...

Ya, cobalah kita renungi teman-teman, turunnya air dari langit itu, bukan hanya faktor reaksi alam semata, tapi juga kehendak Tuhan. Tanpa kehendakNya, air dari langit itu tak akan turun ke bumi.  So, karena itulah,  hujan bagi manusia adalah berkah yang luar biasa.

Dengannya, persawahan bisa dialiri, tetanaman dan pepohonan bisa tercurah air, jalan yang berdebu jadi basah, sumur jadi penuh. Terutama tipe sumur tadah hujan yang memang mengandalkan air hujan untuk membuatnya tetap beriak. So, kalau ujung-ujungnya hujan sebabkan banjir, ya, jangan salahkan hujan, dong. 

Kalau menurut beberapa pengamat perkotaan, banjir di Jakarta ini disebabkan oleh  tata ruang (pembangunan gedung bertingkat dan mall) dan daerah resapan air di wilayah kita yang tak berfungsi dengan baik, sehingga tak bisa menampung atau menyerap air hujan, yang akhirnya meluap kemana-mana. Belum lagi faktor sampah yang menyumbat beberapa saluran air dan sungai. Semuanya ulah manusia, kan..?

Berkah lainnya yang saya dapat dari hujan adalah jadi malas jalan-jalan ke mall atau ketempat-tempat hangout lainya. Karena, pas mau jalan, udah takut duluan kalau-kalau hujan datang mendadak, bisa berabe, hihihi. Apalagi kalau melihat awan yang mendung bin gelap, jadi keder duluan, deh. 

Kebetulan, akses jalan tuk menuju kawasan mall favorit yang sering saya sambangi, terhadang banjir. Jadi, saya gak mau nekad menerobos air setinggi lutut bahkan lebih itu,  hanya gegara pengen cuci mata doang. So, mau gak mau, sudah dua minggu ini saya absen masuk mall, hihihi. Itu artinya, saya bisa menghemat uang. Karena tau sendirikan, kalau jalan ke mall.... haduh bisa laper mata, cin.

Ngeliat tas ciamik, ngelirik. Ada penampakan high heels rupawan, mendekat. Eh, bertaburan pula baju-baju cantik nan trendy, biasanya hati langsung tergoda tuk membelinya. Padahal belum tentu kita butuh sama tuh baju atau akan sering memakainya. Cuma tergoda nafsu sesat dan sesaat doang, biasanya. Belum lagi yang namanya makanan dan kue-kuean beraneka bentuk, rupa, warna dan aroma...aih...bikin diet jadi kacau, deh, hehehe

So, gegara sudah dua pekan menghabiskan waktu weekend di rumah saja tanpa ke mall, uang di ATM saya, aman. Berkah dong buat saya. Iya, kan.. ? Hehehe..


Nah, selain berkah, hujan juga bikin serba salah.
Tau sendirikan, kalau udah punya janji sama seseorang, entah itu klien, narsum, keluarga atau teman, bisa batal tuh gegara hujan. Atau, yang sudah punya rencana tuk melangsungkan kegiatan ini-itu, bisa gak berjalan mulus, karena terhalang air yang mengucur dari langit. Dan banyak lagi hal-hal lain yang bisa tertunda, karena tak kita tak mampu menghalau hujan.

Meski begitu, saya salut untuk warga yang masih tetap “nekad” mau melangsungkan acara pernikahannya ditengah cuaca hujan dan banjir yang mendera rumah atau kawasannya. Angkat topi, deh, sekaligus saya kirimkan simpati untuk mereka. Ya, kalau acara sakral seperti itu mau ditunda, gimana cerita? Undangan sudah disebar, semuanya sudah diatur, penghulu sudah siap, keluarga dekat dan jauh juga sudah standby, jadi gak bisa dibatalin seenak saja, cuma gegara kedatangan banjir atau hujan. 

Gambar dibawah ini adalah salah satu cerita tentang mempelai wanita, Tri Yulianti  dan Idi,  yang tetap melasanakan pesta pernikahannya, meski harus melalui banjir, karena limpahan Kali Mookervaart, pada Senin, 13 Januari 2014, lalu,  di Kp Pesing Garden, Rt 13/02, Kelurahan Kedoya Utara, Kecamatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Tetap langsungkan pernikahan, meski banjir melanda.
 
Ya, meski kediaman mereka diterjang genangan air setinggi 80 cm-1 meter, pesta pernikahan tetep digelar.  Wargapun berbondong-bondong datang memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai.  Cerita dan foto tentang sang pengantin ini, saya ambil dari  sini.  

Semangat, mbak, om..!

Itu baru  sedikit cerita dibalik hujan yang melanda, hingga sebabkan banjir. 

Nah, mari sekarang kita lihat ke tempat lain, yuk.
 
Ibu-ibu atau bapak-bapak yang berjualan di pasar, jadi pada ngerumpi dan bisa main arisan, lho, dengan sesama pedagang. Kenapa? Ya, karena sepi pembeli, lah. Bisa ditebak dong, kalau hujan, orang akan malas dan serba salah mau keluar rumah, walau itu untuk urusan isi perut sekalipun. Walhasil, beberapa gerai toko yang ada di mall atau di pasar tradisional, lumayan berkurang pemasukannya. Apalagi, yang wilayah atau akses tempat mereka buka lapak itu terkena banjir, walah tambah gigit jari, deh. Begitu yang saya lihat liputannya di beberapa stasiun TV. 

Belum lagi soal jemuran, yang dipastikan bakalan eksis berhari-hari tuh nangkring di jemuran, sampe berebutan kavlingan tali jemuran sama anak-anak kos yang lain, hehehe... Tapi, syukurlah hari ini dan kemarin, jadi sudah 2 hari dong ya, cuaca Jakarta begitu bersahabat dan cerah sekali. Sepanjang pagi sampai sore, matahari begitu gagah menampakkan sinarnya. Aktifitas dan kegiatan wargapun berjalan normal kembali. Ada yang sibuk jemur kasur, yang cuci baju atau hanya sekedar mengangin-anginkan pakaian yang tak kering-kering, meski sudah dijemur beberapa hari.

Sayapun euphoria dengan hal ini.

Setelah sekian lama menunda mencuci baju, karena hujan tak kunjung usai, namun, karena semakin menumpuk, ya, mau gak mau harus saya bereskan. Tapi nyicil, karena kalau saya cuci semua baju kotor yang jumlahnya banyak itu, maka jemuran lantai atas tempat saya kos, akan membludak sekali dipenuhi oleh rupa-rupa pakaian dari berbagai jenis. Karena saya tau, anak-anak lain juga masih menggantung cuciannya dijemuran karena tak kering-kering itu.

Tapi, Alhamdullilah, karena dua hari ini cuaca begitu cetar membahana, maka jemuran saya di episode pertama sudah kering, setelah 3 hari nangkring di jemuran. Lantas, kemarin saya lanjut menjemur kasur busa yang sudah sangat lembab, selembab pipi saya, sambil lanjut mencuci baju episode kedua, dan kering hari itu juga. Sesuatu, bo. Berasa kayak baru pertama kali ketemu cuaca panas aja, hihihi.. . Dan, hari ini saya lanjut lagi cuci baju episode ketiga. Walah, tiap hari nih ceritanya nyuci baju, yak..hehehe. Iyalah, mumpung matahari lagi nongol, hehehe..

Ya, sudah hampir dua minggu cuaca Jakarta mendung kelabu. Hujan tak bosan-bosannya melimpahkan air ke bumi. Deraaaass sekali, tiba-tiba berhenti sejenak. Mulai gerimis lagi..perlahan-lahan..lama-kelamaan kembali deras dan lamaaaa. Kemudian diam sejenak. Lantas, basah lagi. Begitulah kurang lebih ritme hujan yang terjadi sekitar seminggu lebih belakangan ini. 

Bahkan, kurang lebih di sepuluh hari yang lalu, hujan deras seharian, dari dini hari sampe malam. Hasilnya? Tentu bisa kita tebak, banjir besar mengepung Ibukota tercinta. Beberapa wilayah langganan banjir seperti Kampung melayu, kampung Pulo, kelapa gading dan beberapa daerah lainnya, memaksa penduduknya keluar dari rumah tuk mengungsi, karena tak mungkin mereka tinggal dirumahnya ketika tempat tinggalnya bak kubangan air sungai.

Kini, banjir mulai surut. Namun, di beberapa wilayah Jakarta seperti Kampung Melayu, rumah warga masih dikepung banjir ketinggian kurang lebih 80 cm. Warga, masih mengungsi di bawah jembatan fly over kampung melayu. Mereka masih butuh uluran tangan. Pun, warga yang sudah kembali kerumahnya, masih tetap perlu bantuan. 

Ya, mereka butuh bantuan saat banjir dan sesudah banjir..


Banjir masih rendam rumah warga gang 5 Kampung Pulo Jak-Tim (26/01/14) 

Pengungsi yang masih bertahan di bawah Fly Over Kp Melayu JakTim.

Dua foto diatas, saya ambil dari akun twitter @reporterjail dan @Om_JOI melalui RT dari @TMCPoldaMetro pada Minggu, 26 Jan 2014

Mereka perlu makanan, minuman, obat-obatan, pampers, pembalut, susu bayi, selimut, pakaian, karbol, sabun mandi, shampo dan sebagainya.

Untuk itu, kita bisa salurkan bantuan melalui beberapa akun twitter yang menyalurkan support anda untuk sedikit berbagi rezeki kepada warga yang saat ini membutuhkan.

Beberapa akun itu, antara lain :
@greenradiofm @JakBergerak @Emak2Blogger @ACTforHumanity  @Srbergerak @MakelarSedekah 

Ya, dengan memberikan bantuan, setidaknya itu adalah berkah buat kita, karena sudah berbagi kepada warga yang hidupnya saat ini jadi serba salah, karena banjir.

Ketika Kamera Ponsel Dibutuhkan Masyarakat Awam


Pose monyong bibir, hihihi..
Pernah melihat ada orang yang memotret kertas kecil atau struk bukti tranfer uang dari ATM melalui kamera ponsel? Lantas hasil jepretannya dikirim ke produsen atau perusahaan yang menginginkan gambar tersebut sebagai bukti, melalui chatingan atau MMS, sebelum akhirnya barang atau pesanan akan dikirim ke alamat si pengirim foto tadi. 

Yah, begitulah, kini kamera smartphone tlah menjadi kebutuhan bagi sebagian banyak orang. Dengan sebuah lensa kecil yang nangkring di ponsel, kita bisa lancar bertransaksi maupun berbisnis. Lebih dahsyat lagi, dengan kamera ponsel, banyak orang bisa menjadi wartawan atau "detektif" dadakan, karena berhasil mengabadikan atau merekam peristiwa penting. 

Sering kita lihat tayangan di televisi, ada warga yang berhasil merekam tabrak lari, namun karena plat kendaraan tersebut berhasil ditangkap lensa kamera, akhirnya si pelaku yang tak bertanggungjawab itu terlacak dengan mudah. Pelaku perampokan/pencurian  besarpun, bisa terdeteksi andai objeknya berhasil terbidik kamera. Atau, rekaman dahsyat bencana alam yang membuat semua orang terhenyak melihatnya, hingga mengintai perselingkuhan yang membuatnya berhasil terbongkar. Yang kesemua itu, berdampak pada kemudahan orang untuk mencari barang bukti atau pelaku yang diincar oleh pihak kepolisian.

Nah, dalam proses menjepret moment tertentu secara dadakan dan tanpa disengaja itu, banyak masyarakat awam yang mengabadikan hal tersebut dengan kamera ponselnya, bukan dengan kamera digital. Karena, jarang toh orang kemana-mana bawa kamera saku, kecuali kalau profesinya memang berkaitan dengan photography. Apalagi, rata-rata ponsel yang tengah beredar saat ini, semuanya memberi fasilitas kamera. 

So, itu baru contoh kecil saja. Masih banyak contoh lainnya, yang membuktikan bahwa keberadaan kamera pada sebuah ponsel begitu mempunyai arti. Semakin memudahkan keinginan.

Tak sekedar menjadi kebutuhan semata. Memotret sesuatu yang terlihat atau ada disekitar kitapun, entah benda, tetumbuhan atau mahluk hidup, lantas, foto tersebut akan menjadi koleksi pribadi dan biasanya dipamerkan kepada teman-teman atau keluarga, juga menjadi hobi baru bagi manusia yang hidup di era tehnologi yang serba canggih ini.

Pose di Mall. Ngeksis, cuy, hehehe
Ketika sedang jalan ke mall, misalnya, tak jarang saya melihat orang yang jika tertarik dengan tampilan suatu barang, entah keunikan aksesoris atau baju/sepatu model terkini yang terpajang di outlet, maka kamera ponselpun angkat bicara. Atau, jika didalam mall yang sedang dikunjungi terlihat ada patung yang berbentuk perawakan unik, design gerai toko yang lucu, muncratan air mancur yang cantik, atau properti lainnya, para pengunjungpun langsung pasang gaya dan beraksi disamping target yang diinginkan. Sayapun termasuk orang yang menikmati hal tersebut, hehehe.. 

Seperti pada foto disamping, saya berpose di mall GI, yang berada di seputaran  Bundaran HI, kawasan bisnis utama Jakarta, yang terkenal dengan arsitekturnya yang klasik dan unik. Rugi rasanya kalau gak mejeng bentar dikamera tuk bergaya bersama kerangkeng besi yang berbentuk seperti sangkar burung raksasa itu. Bukannya mau belanja dan mantau baju yang lagi ngetrend, eh, waktu malah tersita di adegan jeprat-jepret yang tak sebentar itu.

Pose  sama hidangan,sebelum disantap.
Gak cuma itu, ketika kita makan direstoranpun, eh.... eh.. e...  hidangannya difoto dulu dari berbagai angle, padahal tuh perut udah teriak-teriak, hihihi. Apalagi jika ada teman yang berulang tahun, wah, cake ultah yang punya tampilan menawan dengan kespecialan bentuknyapun menjadi sajian favorit yang wajib dijepret sebelum disantap.

Ups, besoknya, dapet kiriman hadiah karena menang kuis. Nah, bagi sebagian ratu dan raja kuis, ini juga wajib dijepret buat kenang-kenangan. Lantas diunggah ke jejaring sosial, dan dimention ke pihak penyelenggara kuis, sebagai tanda kalau hadiahnya sudah nyampe, sekalian pamer kepada teman-teman di facebook, kalau hari itu dapet rezeki.  Iya, kan..?

Ya, kini aksi jeprat-jepret tak hanya rutin dilakukan oleh pewarta foto atau fotografer profesional saja, tapi masyarakat awampun, kini telah menjadikannya sebagai gaya hidup dan kebutuhan.  

So, selain tuk selfie (foto diri sendiri) dan narsis-narsisan, kamera ponsel juga berguna tuk hal lain, lo... Bahkan, untuk hal-hal tertentu, kamera ponsel yang biasanya juga dilengkapi dengan fasilitas video itu, memang dibutuhkan oleh masyarakat awam, untuk beberapa  keperluan seperti cerita saya diatas tadi. 

Anda..??

Ada Si Klepto di Sekitar Kita


Yang namanya maling atau perbuatan kriminal, pasti adalah hal yang paling gak disukai atau ditakutkan oleh banyak orang. Tapi, apa jadinya kalau si maling itu ternyata ada dalam rumah kita sendiri? Satu atap, satu naungan karena kita berada dalam kos-kosan yang sama? Haduh, betapa gak enaknya.

Ini yang terjadi di kosan tempat saya tinggal. 



Sudah hampir setahun, anak-anak kosan mengeluh sering kehilangan baju, celana panjang sampe baju daleman serupa celana dalam (CD) dan Bra. Duh, kok parah ya, nyolongnya sampe kepakaian dalem segala. Gak jijik apa memakai bekas pakaian dalem orang. Kalo baju luaran, okelah ya..tapi kalo mesti CD dan BH juga dipake hasil dari nyolong..?Ah, apa kata dunia..? Kalau gak ada duit buat belinya, mbok ya nabung dulu, dong. Tapi, kalau emang terpaksa bin kebelet, ya pinjam secara baik-baik.

Tapi, yang terjadi, si pencuri rupanya menggunakan cara nekad bin kebangetan, nyolong baju orang dengan cara mengambilnya dari tali jemuran saat si target sedang pergi bekerja atau kuliah.  Waduh....

Setelah kasak-kusuk bertanya-tanya siapakah sang pencuri baju anak-anak kos, saling tebak-tebakan, saling curigaan, hingga menuduh tukang cuci bajunya salah satu anak kos, yang kemudian dipecat. Kini.....terkuaklah sudah..... Ternyata-eh ternyata, si pencurinya selama ini adalah salah satu penghuni kos sendiri, teman satu atap.

Bermula dari kecurigaan seorang teman kos, Diani, yang menjemur bajunya diteras lantai atas. Ya, pasca memecat tukang cuci baju pribadinya, karena dituduh/dianggap pencuri baju-baju yang hilang selama ini, maka ia pun akhirnya mencuci baju sendiri. Nah, ketika ia hendak mengangkat bajunya yang berjumlah lima lembar itu, e, e.. pas mau di angkat kok tinggal 3 lembar ya...? Celana panjang dan baju yang satunya lagi mana, ya.? Eh, gak taunya, ia menemukan bajunya yang hilang itu, berada di tali jemuran yang terletak di tali sebelah kanan teras kosan, dalam kondisi basah, layaknya baru dicuci lagi. 

Padahal, sebelumnya ia menjemur semua pakaiannya di tali jemuran di sisi sebelah kiri teras. Jarak antara sisi kiri dan kanan tali jemuran, sekitar 4-5 meteran, jadi gampang terlihat. Anehnya, kalau ada orang yang memindahkan jemurannya karena sesuatu dan lain hal tanpa ada niat negatif apapun, kok bajunya itu dalam kondisi basah, ya? Harusnya, ya, dalam keadaan kering, dong, sama seperti tiga bajunya yang lain yang sudah ia jemur berjam-jam, tanpa hujan.

Diani, adalah salah satu anak kos yang juga sering kehilangan pakaian selama ini. Dari baju batik, kemeja, daster hingga celana dalam. Karena curiga, ia lantas minta izin membongkar salah satu lemari anak kos yang tinggal dilantai atas. 

Ica (bukan nama sebenarnya), masih berumur 18 tahun, yang pada saat itu ada di kosan. Tak perlu waktu lama, ketika lemari itu dibongkar, ulalala beibeh.... semua bajunya yang hilang tak berbekas selama ini, ternyata ada dalam lemari yang sedang diobrak-abrik itu. Semua baju-bajunya terlipat rapi, seolah itu baju emang milik si empunya lemari. Tak hanya baju, celana dalam dan bra miliknya yang ia temukan, tapi setrikaan listrik yang jadi andalannya tuk melicinkan baju kantornya yang selama ini lenyap, ternyata udah nongkrong juga di kamarnya si gadis pencuri itu. Wualaha...

Setelah diubek-ubek lagi saudara-saudarah,... ternyata tak hanya baju-baju Diani saja yang ditemukan, baju anak-anak kos lainnya yang selama ini hilang juga ngumpet dalam lemarinya, berikut shampo dan conditioner serta barang-barang lain milik teman sebelah kamarnya. Jumlahnya ada puluhan, dengan berbagai item. Tak mengherankan jika ditemukan barang curian sebanyak itu, karena ada sekitar 7 orang anak kos, yang selama ini mengeluh kehilangan barang, dan itu terjadi  berkali-kali.  

Sayangnya, ada beberapa baju teman saya yang sempat hilang, tapi tak ditemukan dalam lemarinya si pencuri. "Mungkin, sudah dijual kali, atau diberikannya ke orang lain, ya", celetuk teman saya ketika kami sedang membahas masalah ini. Hahahaha. Wah, kamu toh ternyata selama ini yang “menyimpan” baju anak-anak, wahai gadis ABG !! 

Ketika diberondong dengan pertanyaan, agar si gadis muda itu jujur, ia tak mau mengakui semuanya. Malah, ia berkilah, kalau baju-baju itu adalah kepunyaannya yang ia beli sendiri. “Mirip kali sama punya kakak !” begitu ujarnya datar tanpa ekepresi, ketika ditanya darimana ia mendapatkan baju-baju itu. Glek !

Tapi, lama-kelamaan ia akhirnya ngaku juga, haduuuhh... So, Ia benar-benar diinterogasi oleh anak-anak malam itu. Kamarnya yang berada paling ujung, dekat dengan teras kos lantai atas, dikerubungi. Bukan dikerubungi oleh semut atau laler, tapi ya dikepung oleh anak-anak kos yang langsung heboh hari itu. Benar-benar gak nyangka kalau si gadis yang pendiam ini pelakunya.

Karena hal itu, si Diani, teman yang pertama mengetahui hal ini, langsung menelpon keluarga si gadis pencuri, melalui nomer telephone yang tersimpan di Hpnya, ketika sedang disidak oleh anak-anak lain. Melalui telephone, Diani yang memang punya sifat yang tegas dan berani itu, spontan memberitahukan kejadian ini pada keluarga Ica. Esoknya, kakaknya si pencuri dateng ke kosan, dan langsung mengangkut semua barang-barang yang ada di dalam kamar adiknya. Hari itu juga, gadis berperawakan kecil pendek dan berkulit hitam itu, angkat kaki dari kosan kami. Entah ia pindah kemana... Pasca itu, tak terdengar lagi kabarnya.

Ehm...melihat kejadian ini, entahlah, apa dia pantas disebut pencuri atau ia hanya kebetulan orang yang menderita klepto, ya..?

Nah, ini berikut fakta yang saya  googling, terkait hal ini.  

  • Kleptomania termasuk gangguan kesehatan mental atau gangguan penguasaan diri serius. Dimana tatkala hasrat mencuri muncul, maka tidak ada kesanggupan pada penderitanya untuk mencegahnya. Penderita kleptomania tidak merencanakan pencurian, ia bertindak atas dorongan sesaat saja. 

  • Orang menjadi kleptomania karena ada dorongan yang tertahankan untuk mencuri meski ia tidak membutuhkan barang tersebut dan kadang barang yang dicuri pun tidak terlalu bernilai. Hal ini, jika tidak diobati akan membuat hidup orang tersebut berantakan.  

  • Penderita penyakit ini akan menyangkal kalau dirinya sakit dan mempertahankan diri jika dituduh mencuri. 
     
  • Penderita kleptomania biasanya sering mencuri di tempat umum seperti supermarket, di tempat pesta atau mencuri barang milik teman. 

  • Penelitian terbaru yang dilakukan Stanford University mengungkap, 62,5 persen penderita kleptomania adalah perempuan sementara 37,5 persen sisanya adalah laki-laki. Widih, ngeri deh....

  • Penyebab kelptomania, sampai hari ini belum diketahui penyebabnya secara pasti.
     
    Ups... berdasarkan ulasan di atas, sepertinya, teman saya yang suka mencuri tadi termasuk menderita klepto, deh. Poin 2, 3 dan 4 ada pada dirinya. Ia mencuri baju dan barang-barang lain, yang semuanya itu tak bernilai sebenarnya. Dan semuanya itu milik teman-temannya sendiri, yang ada di sekitarnya. Bahkan, salah teman kos yang akrab sama dia, yang bersebelahan kamar, ikut kebagian dicolong BH dan CDnya. Sampai kaget ia, ketika mengetahui kalau teman akrabnya-lah yang jadi dalang atas semua barang-barangnya yang hilang selama ini. 

    Nah, si gadis klepto ini, tak memakai baju curiannya ketika sedang berada di kos-kosan. Mungkin, ia juga sadar kali, ye, kalau itu baju dia pakai, wah bisa ketahuan, dong. Tapi, ketika kami membuka foto-foto di Hpnya, saat sedang berlangsung introgasi di malam itu,  kami menemukan salah satu foto, dimana dia sedang bergaya selfie sambil memakai baju salah atau anak kos yang hilang. Background dalam foto tadi, sepertinya sedang berada dalam kamar mandi. Hahahha...

    Kami juga curiga dengan banyaknya koleksi sepatu yang ia punya. Jumlahnya puluhan. Padahal, kata anak-anak kos lantai atas, ketika ia baru datang pertama kali dulu, jumlah sepatunya tak sebanyak yang sekarang. Nah, lo..!!  Jangan-jangan, itu juga adalah hasil dari colongan juga. Namun, anak-anak kos tak merasa kehilangan sandal atau sepatu selama ini. Barangkali, si gadis klepto ini tau juga ya, kalau ukuran kakinya tak ada yang sama dengan kepunyaan anak kos, makanya tak ia colong. Ini bisa dilihat dari koleksi sepatu dan sandal yang mejeng di rak sepatunya, semuanya berukuran sama dengan kakinya. Bisa saja, ia mencomotnya dari tempat lain, hihihi... #nuduh

    Eh, apa kabarnya baju-baju dan barang saya, ya..? Apa pernah kehilangan juga..?

    Nah, beruntungnya saya selama ini, ketika teman-teman lain berkeluh kesah kehilangan baju, kehilangan ini-itu, saya justru aman-aman saja. Ya, saya tak pernah kehilangan baju atau apapun. Kenapa..? Karena badan saya termasuk besar dan tinggi. Sementara badannya si klepto ini kecil dan pendek. Jadi, ia sadar juga kali, kalau mau nyolong baju saya, ya, gak bakal pas juga sama tubuhnya, hihihi.. Hal yang sama juga dialami oleh teman lain yang punya badan besar seperti saya. Baju-bajunya aman, hehehe. Nah, berarti si klepto  juga memikirkan barang yang akan ia embat, kira-kira pas atau tidak ditubuhnya. Duh, udah nyolong, pake milih-milih pula, hihihi.


    Ngumpul bersama teman kos-kosan. No si Klepto!


    Nah, di bawah ini saya paparkan beberapa sifat atau karakter si klepto ini yang saya lihat ketika masih tinggal satu atap dengan kami. 

    • Ia tak gaul dan tertutup. Ia, hanya berteman atau ngobrol dengan orang-orang tertentu saja. Misalnya hanya akrab dengan teman yang ada disebelah kamarnya saja, yang berada dilantai atas. Sementara kami, dengan anak-anak yang tinggal dilantai bawah, ia sama sekali tak pernah ngobrol. Ngomong seperlunya saja. Ketika ada anak kos yang ulang tahun, misalnya, semua anak-anak kos berkumpul dan mengundang dia juga tentunya, namun ia tak mau berkumpul. Ia hanya diam dikamar saja. Padahal, makanan yang tersaji di meja semuanya menggiurkan, lo. Ya, namanya juga lagi ulang tahun, hehehe.. Tapi, si klepto tak tergoda. 

    • Ketika anak-anak cerita kepada dia kalau selama ini kita sering kehilangan baju, ia pun mengaku kalau ia juga sering kehilangan baju selama ini, dengan ekspresi layaknya benar-benar ia kehilangan juga. Makanya, kita selama ini gak curiga sama dia, karena yang kita tau, dia juga pernah kehilangan, berdasar pada pengakuannya. Jadi, maling teriak maling ceritanya. Duh...

    • Tak merasa bersalah atau bersikap biasa aja, atas semua kasak kusuk kami selama ini. 
       
    • Pada phonebook ponselnya, kami menemukan semua nama-nama samaran dan tak jelas. Pakai kode-kode gitu. Misalnya, nama ayahnya, ia tulis pake angka-angka. Entah apa maksudnya. 

    Apakah sifat-sifat diatas adalah ciri orang yang klepto...? Bisa saja.. Paling tidak, gejala-gejalanya, ya, seperti itu. Adakah teman anda yang juga punya karakter seperti yang saya paparkan tadi.  Woh, hati-hati kalo gitu.

    Nah, untuk Penanganan klepto mania, bisa dengan cara-cara seperti ini, yang saya ambil dari sini 
    • Karena ia bermasalah dengan penguasaan diri, maka penderita kleptomania mesti mengakui perbuatannya secara terbuka. Segala sesuatu yang dirahasiakan akan memperkuat dorongan untuk melakukannya.

    • Ia membutuhkan dorongan teman dan perlu membentuk tim pendukung; kepada merekalah ia mempertanggungjawabkan perbuatannya. Misalkan, sebelum ia pergi mengunjungi toko, ia harus menghubungi seorang teman dan memintanya mengecek setelah ia keluar dari toko.

    • Ia harus mengakui ketidakmampuannya di hadapan Tuhan dan melihat masalah ini sebagai problem. Dengan kata lain, ia harus melawan keinginannya untuk menyangkali masalah. Ia mesti meminta pertolongan Tuhan setiap hari. Dengan kata lain, ia harus berjalan dengan Tuhan.

    • Penderita kleptomania harus mempertahankan kehidupan batiniah yang tenteram. Keresahan atau kecemasan memperbesar kemungkinan ia mengulangi perbuatannya.

    Sayangnya, banyak penderita penyakit ini, malu dan malas tuk melakukan “terapi” tersebut. Mungkin, mereka merasa normal-normal saja kali, ya. Atau, memang belum ketahuan kalau mereka menderita klepto...?

    Ah, ternyata, tak disangka, klepto ada di sekitar kita rupanya. Dengan orang yang tak terduga. Ehm, mesti waspada dimanapun. 
     
    • So, jangan menaruh barang sembarangan, apalagi itu barang berharga. Seperti jam tangan, flash disk, laptop, handphone dan sebagainya. Walaupun dalam satu kos-kosan, asrama, mess, atau kantor, meski sudah saling mengenal satu sama lain. Karena kita tak tau, siapa tau dari sekian orang banyak itu,  ada diantaranya yang memiilki "kelainan".

    • Kalau mau jemur baju, diinget-inget dulu, ada berapa jumlah baju yang kita jemur. Ya, buat jaga-jaga kalau-kalau ada yang hilang. Yah, namanya juga orang ramai. Sama halnya kalau kita mau ngelaundry baju, pasti dihitung dulu, kan berapa jumlahnya..? Karena, tak sedikit kejadian ada yang kehilangan baju di laundry.

    • Bersikap hati-hati terhadap orang yang jarang bergaul. Siapa tau dia punya karakter aneh atau nyeleneh yang kalau kita temenen sama dia, bisa merugikan diri kita sendiri. Meski, tak semuanya begitu, sih.

    Ah, sungguh tak diduga, kalau dalam kosan khusus wanita yang berlantai dua, dihuni sekitar 16 orang dari berbagai daerah dan profesi itu, terselip satu orang yang menderita klepto. Duh.....ini pengalaman berharga buat saya dan anak-anak yang lain.  

    Ehm, jadi ingat, sebelum terkuaknya misteri ini, ada teman kos kehilangan flashdisk yang ia pinjam dari salah satu anak kos juga, yang ia taruh dipinggir jendela kamarnya. Posisi jendela itu ada diantara koridor jalan utama kosan kami. Gegara hal ini, dua teman saya itu jadi berantem. Apakah si klepto ini juga yang mencurinya..? Entahlah..





    #KEBdimataku : Jendela Baru Dalam Hati



    Kalau saya tak hadir di acara “Blogger Bicara Komunitas” yang diadakan blogdetik, di bulan Maret 2013 lalu, mungkin sampai sekarang saya tak kenal dengan grup keren bernama Kumpulan Emak_Emak Blogger, atau yang sering disingkat dengan KEB. 

    Ya, bergabung dengannya sejak 10 bulan lalu, memberikan banyak warna dalam pemikiran dan wawasan saya. Dengan warna itu, akhirnya bisa saya tumpahkan melalui tulisan dalam blog yang masih seumur jagung ini. Geliat semangat saya tuk menulis trus berkibar ketika melihat ribuan karya-karya apik yang telah dihasilkan oleh (wanita) emak-emak inspiratif itu.

    KEB dimata saya, tlah berhasil membuat diri ini sedikit terbuka dalam segala hal. Kisah yang selama ini saya pendam sendiri. Atau rangkaian pengalaman hidup indah dan pahit, yang hanya tersimpan dihati, kini bisa saya bagikan dalam sebuah tulisan.

    KEB, membuat saya mengenal sosok wanita-wanita tangguh yang tak pernah mengenal bosan tuk mengguratkan tinta pulpennya melalui keyboard kompi, yang berasal dari tumpahan isi kepala. Semua yang telah tumpah itu, banyak memberikan arti dan inspirasi. Untunglah saya kecipratan inspirasi itu. Saya belajar banyak dari emak-emak yang sudah malang melintang didunia kepenulisan.

    Syumringah rasanya, setelah saya menemukan keasyikan sendiri didunia perblogingan ini. Dunia yang baru saya rambah setahun belakangan ini. Dunia, yang dulunya malas tuk saya tekuni. Namun, saya justru menemukan hikmah lain setelah saya diam-diam mengintip tulisan emak-emak di “kandang” mereka yang kece-kece itu. Itulah, yang akhirnya mendorong saya tuk berbagi kisah yang saya temukan dan rasakan dalam hidup ini. Tak hanya itu, dengan bergabung di KEB, semua informasi yang saya butuhkan sedikit banyak terpenuhi. Info soal kepenulisan, kopdar, interaksi sosial, lomba blog dan lain lainnya. Blog walking kebeberapa blog emak, juga menghadirkan keasyikan tersendiri bagi saya. Ah, Serunya berbagi kisah itu, ya.

    Kalau tak ada KEB, mungkin, jumlah list tulisan saya tak akan sebanyak sekarang. Karena mengenal grup yang seru inilah saya bisa semangat tuk menulis, menambah ilmu dan memperluas jaringan pertemanan.

    KEB, sudah membukakan mata dan hati saya tentang sebuah interaksi manis, dibalut dengan pertemanan hangat hingga menghasilkan karya yang luar biasa.

    Dan dihari ini, 18 januari 2014, KEB berumur 2 tahun. 

    Umur yang masih muda memang, tapi pengalaman dan support yang diberikan oleh KEB, layaknya sebuah usia yang sudah matang. Pengalaman dan kicauan orang-orang yang berada didalamnya, telah banyak memberikan support positif.

    Terima kasih KEB, sudah membuka jendela baru dalam hati saya, menjadi bagian dari hati kami, hati para wanita-wanita kreatif yang hebat. 


     

    Asyiknya Berkantor Dekat Rumah


    Gaya saya ketika di kantor, hihihi
    Sore minggu diguyur hujan deras di kawasan tempat tinggalku. Air dari langit itu sudah hadir sejak jam 11 siang tadi. Berhenti sebentar, lantas turun lagi membasahi bumi.

    Ditengah  berkah hujan yang selang seling itu, maksudnya kadang  muncul, eh, tiba-tiba menghilang, sayapun pergunakan waktu tuk  istirahat sebentar pasca ngegym, yang juga hujan-hujanan ketika berangkatnya tadi.  Nonton acara tv, makan nasi, dan tiduran leyeh-leyeh, ehh, hujan turun lagi. Kali ini cukup deras. 

    Yang namanya hujan deras, saya rasa semua orang sepakat tuk tarik selimut (lagi). Tul, gak...? Tapi, kali ini, saya tak bisa melakukan tarik selimut, meski sedang berada diatas kasur teplek ala anak kosan. Karena jam 15.00 teng, saya harus sudah berada dikantor, untuk bertugas. Sudah setahun ini saya kebagian masuk shift malam. Jadi, ngantornya ya jam segitu,. Hari libur seperti minggu kayak gini, gak ngaruh, honey, saya tetap mesti bertugas. Tapi, saya liburnya di hari lain. Gak nonstop seminggu penuh juga kali kerjanya, bisa tepar kali ya, hehehe....

    Dan saat itu, jarum jam sudah menunjuk ke angka 14. 30. Ups....harus bersiap-siap. Saya belum mandi. Ehm, bearti mesti mandi dulu dong. Haduuuh, ditengah cuaca yang dingin dan suara hujan deras, tubuh saya seperti digerayangi oleh setan kasur, yang seolah ingin menarik saya tuk kembali lagi ke alas tidur empuk itu. Hujan gitu, loh...

    Namun, tubuh ini tetap harus bergumul dengan air dikamar mandi. Saya harus melawan rasa dingin, malas, ngantuk, dan lempar selimut.

    Untunglah, jam 14. 50, saya sudah selesai berbenah dan siap menuju kekantor, meski hujan sangat deras sekali. Dan lagi-lagi, penolong saya adalah payung imut yang bisa dilipat, yang besi penyangganya sudah berlumur karat itu, menyelamatkan saya. Ya, dengannya saya berhasil melalui jalanan licin dan terlindung dari percikan air, hingga sampai dikantor dengan selamat dan tepat waktu. Tanpa harus diomelin bos, atau bikin temen lain kesal, karena harus menggantikan tugas saya, misalnya.

    Duh, asyiknya kalau kantor dekat rumah, biar hujan badai, tetap masih bisa datang tepat waktu, hehehe..

    Eh, kok, cepat sekali saya sampai kantor...??

    Yoi, sob, jarak antara kantor dan rumah kos saya cuma seratus meteran. So, dalam hitungan 3 atau 4 menit sudah mendarat tepat waktu, dengan ber jalan kaki.

    Cihuy, itulah asyiknya kalau posisi kantor berdekatan dengan tempat tinggal kita.

    Ehmm.... ada lagi kecihuyan  lainnya yang saya rasakan karena posisi kantor ada didekat rumah.
     
    • Kebetulan, saya termasuk orang yang pelupa dan gegabah, seringkali ada-ada saja barang yang harusnya dibawa kekantor, eh, malah ketinggalan di kosan. Tapi, untunglah saya bisa secepat kilat balik lagi ke kosan tuk mengambilnya, tanpa harus mengorbankan waktu banyak atau mengeluarkan ongkos tuk naik angkutan umum, misalnya. 

    • Di jam istriahat, saya bisa pulang ke rumah tuk makan (kalau kebetulan lagi masak sendiri), sambil tidur-tiduran sebentar, sembari menghabiskan waktu istirahat.

    • Ketika lagi "dapet", kadang saya memilih bersih-bersih dikamar mandi kosan, daripada di kamar mandi kantor. Ya, lebih nyaman aja sih. So, tinggal izin pulang aja sebentar buat ritual bersih-bersih itu. Tak sampai 15 menit, saya sudah duduk manis lagi di kantor.

    • Jika ada teman atau keluarga yang tiba-tiba datang atau emang udah janjian, dan pada saat itu saya sedang kerja yang gak bisa ditinggalkan, ya saya tinggal temuin saja sebentar, janjian di gerbang kantor tuk kasih kunci kamar kosan, agar mereka bisa beristirahat dalam kamar. Sayapun tetap bisa melanjutkan kembali tugas dikantor sampe selesai, tanpa harus membuat teman/keluarga saya menunggu di tempat yang gak jelas. Hehehe..

    • Aha, di musim hujan seperti ini, selain mau tak mau harus tetap ngantor dan tepat waktu, jemuran juga kadang jadi masalah. Nah, itu dia, kalau sedang menjemur baju di teras kos, lantas saya tinggalkan berangkat kerja, eh gak taunya sekitar jam 2 atau jam 4 sore udah ada tanda-tanda mau turun air dari langit, saya langsung ngacir bentar ke kosan, buat ngangkat itu jemuran. Tak sampai sepuluh menit, saya sudah berjibaku lagi dengan komputer kantor, hehehe....

    • Mengingat kemacetan Jakarta yang cukup parah, dengan memilih tempat kos berdekatan dengan kantor, maka sayapun terbebas dari macet , hehehe....

    • Gak pake ngeluarin ongkos pastinya, karena gak perlu naik kendaraan. Jadi bisa hemat dong. Cihuuyy....

    Itu dia asyiknya jika jarak antara kantor dan rumah berdekatan. Dan semua keasyikan yang saya rasakan tadi, tentu tak akan bisa saya nikmati jika kantor saya berada puluhan kilometer dari tempat saya tinggal. Ya, iyalah ya...hahaha.....





    Cumaaa, ada juga yang gak asyiknya kalau rumah dekat kantor.

    Apa tuh..?

    Nah, kalau kebetulan ada teman kantor yang gak masuk, trus ada liputan dadakan atau tugas mendadak yang harus dikerjakan, biasanya saya yang jadi tambelan buat gantiin mereka. Harus datang kekantor saat itu juga. Padahal, saat itu belum tiba jam kantornya saya. Bahkan pernah pula pada saat yang dibutuhkan itu, saya memang sedang libur. Tapi, mau gak mau harus saya patuhi jika ada panggilan mendadak dari kantor, daripada dipecat, hihihi.

    Secara ya, dear, dermaga saya yang paling dekat dibanding dengan anak-anak lainnya. Padahal, ketika ada panggilan itu, bisa saja saat itu saya sedang berleha-leha dirumah memakai baju daster emak-emak sambil ngemil singkong goreng di sofa kos. Atau mungkin saya sedang sibuk-sibuknya bersihin kamar sambil dengerin lagu kesayangan. Eh, tiba-tiba ada telephone masuk yang mengabarkan saya harus kekantor saat itu juga.... Duh... *gigitsendok

    Ya, segala sesuatu itu, selalu ada enak dan gak enaknya ya....

    Tapi paling tidak, sudah sepuluh tahun lebih saya menikmati berkantor tak jauh dari pondokan, dengan perusahaan yang berbeda-beda, lebih banyak asiknya yang saya rasakan, dibanding gak asyiknya. So, setiap kali saya pindah kerja, maka kos-kosanpun akan ikutan pula pindah, hehehe. Ya, saya selalu mengikuti lokasi dimana tempat perusahaan saya bermarkas. Saya gak mau jauh-jauh dari lokasi tempat mengais rezeki. Saya juga ogah tua dijalan, gegara mesti menembus macet di Jakarta yang bikin kesal itu tuk menuju kekantor.

    Eits, bukan cuma kantor saja yang saya pilih kudu dekat rumah, tapi tempat ngegympun, saya juga harus pastikan, kalau tak lebih dari 20 menit waktu  tempuh tuk sampai disana.  Seperti yang saya alami hari ini juga, sebelum berangkat kekantor. 

    Ya, ditengah kroyokan air hujan, saya tetap nekad berangkat menuju tempat gym, sekitar jam 11.45 WIB, bermodal payung usang dan naik kopaja yang juga tlah usang. Cuma duduk diam dan manis selama 10 menitan dalam mobil umum, sampe deh ditempat tujuan.


    Setelah puas lari-lari ditreadmill 45 menit, main alat sekitar 20 menitan di tempat gym, hujanpun masih setia turun ke bumi. Untunglah, si payung usang yang saya usung, masih berfungsi tuk melindungi saya dari guyuran air dingin itu, ketika meninggalkan tempat olah tubuh yang bisa merampingkan kembali tubuh indahku itu. Sesampai dirumah kos, jam 13.30, hujan tlah reda. Tinggal sisanya saja, heheh.. Tapi, setelah itu, hujan kembali  "mengamuk".

    Ya, karena tempat gym yang dekat, jadi saya bisa mengatur waktu tuk memastikan agar semua kegiatan dihari itu berjalan lancar, meski saat itu hujan sedang deras-derasnya. Biasanya kalau hujan deras, kan, segala aktifitas jadi terhambat. Nah, menentukan lokasi yang sering kita kunjungi agar tak terlalu jauh dari garda kita, adalah salah satu taktik tuk melancarkan segala urusan.

    Ya, selain praktis dan asyik, waktu kitapun bisa digunakan untuk hal lain. Jadi, gak terbuang hanya tuk sebuah perjalanan (macet) saja. 
     
    Ah, dasar wanita jarak dekat....hehehe...


    Narsis bentar di kantor, hahaha