Yuk, mudiikk.. |
Beli
makanan buat buka puasa diwarteg atau warung padang, sekalian langsung beli
lauk yang berbeda, atau lauk yang sama tapi dengan porsi yang banyak. Lantas,
setengahnya ditunda dulu buat nanti, dan dipanasin di rice cooker yang sudah
berisi nasi, untuk dimakan saat sahur. Supaya, ketika saat sahur nanti, gak
perlu capek-capek lagi mendatangi warteg buat beli penganan pengganjal perut. Cukup dengan membuka rice cooker, taraaa....sudah tersedia nasi dan lauk yang dipanasi sejak tadi malam, hehehe.. Itulah taktik sahur anak kost ala saya, yang gak ada kompor dikosan dan malas
buat masak, karena cuma buat diri seorang, hihihi..
Rendang dan krupuk, cukup buat lauk sahur. |
Ehm, itu
tadi taktik sahur saya ketika ramadhan.
Ada juga taktik lainnya ketika berburu oleh-oleh. Biasanya sebulan sebelum
memasuki hingga sampai dibulan ramadhan, saya rajin banget lo pergi ke mall
atau ke pasar. Bukan tuk senang-senang atau ngeceng gak jelas, tapi melipir ke
toko baju buat mantau kira-kira mana ya baju yang cocok buat emak, kakak,
ponakan, buat kakak ipar atau buat teman lama yang akan dijadikan oleh-oleh
buat pulang kampung. Berhubung yang akan dibeli jumlahnya lumayan banyak, jadi
itu baju harus dicicil dari sebelum ramadhan, dan biasanya harganya juga lebih
murah, dibanding kalau beli baju mendekati hari H. "Kalau belinya langsung
sekaligus banyak, waduh, kerasa banget bangkrutnya", begitulah ungkapan
senada teman saya yang juga berburu oleh-oleh buat keluarganya dikampung.
Maklumlah, yang namanya merantau, orang dikampung taunya kita sukses dan banyak
duit ya, padahal mereka kagak tau kalau kita di pulau seberang empot-empotan,
hahaha. Nah, pantau-pantau baju buat lebaran cantik jauh-jauh hari, juga ritual
rutin yang saya lakukan jelang lebaran.
Ada juga
hal lain yang harus saya pantau. Seminggu melalui ramadhan, saya mulai rajin
membuka harga tiket pesawat secara online. Dipantau-pantau mana harga
maskapai yang paling murah dan sesuai
ukuran dompet.. Kalau hari ini harga tiket maskapai yang diinginkan masih
bercokol mahal, maka besok akan dicari lagi, sampai hari selanjutnya, hingga
mendapatkan harga yang diinginkan, meski resikonya harus rela kehabisan tiket,
andai tak juga dipesan secepatnya,, hehehe.
Kalau
soal cuti kantor, wuih, udah jauh- jauh hari sudah ngajuin, karena mesti berebutan dengan sesama teman kantor lain yang ingin
mendapatkan restu juga dari atasan, meski tiket mudik belum ditangan, hehehe. "Yang
penting izin cutinya udah beres! Soal tiket, bisa diatur nantilah.",
begitu jawaban saya kepada teman sekantor yang menanyakan apakah saya sudah
mendapat tiket pesawat atau belum. Ya,
kadang saya dapet tiket pas dua atau tiga hari sebelum hari H. Bahkan, pernah
lo, saya dapatnya satu hari sebelum lebaran, dan itu dapet murah banget. Ah, rasanya
girang banget, gak sia-sia hasil pantauan harga tiket yang tepat sasaran dan pas waktu saat resmi membookingnya.
Pernah
juga, tuh, disuatu lebaran, saya harus pulang naik bus, karena harga tiket
pesawat tak kunjung menurun. Akhirnya daripada gak kebagian tiket, saya
memutuskan naik bus antar kota., Lumayan murah pastinya. Tapi, capeknya
ampun-ampunan deh, selain kaki kita yang terus menekuk sepanjang perjalalanan
sehari semalam itu, tidurpun tak bisa nyenyak, meski ngantuk berat! Belum lagi
bahaya keselamatan kalau-kalau ada perampok, penjahat, penghipnotis dan
sejenisnya ikut juga bergabung didallam
bus, dan duduk disebelah saya pula, iiihh,..ngeri, ah. So, setiap membeli tiket
bis, saya langsung berdoa dan berharap , "Ya, Alloh semoga yang nantinya
duduk disebelah saya adalah wanita, anak kecil atau ABG, biar aman! Kalaupun
ternyata seorang pria, saya berharap dia lelaki tampan setampan Pangeran
William, heheheh" itulah doa saya. Meski kadang tak dikabulkan oleh Tuhan,
hahahha..
Ada satu
hal lagi nih yang saya takuti kalau naik bus. Karena saya berangkatnya dari
Jakarta dengan tujuan ke Palembang, otomatis, kalau perjalanannya ditempuh
dengan angkutan darat, maka bus yang saya tumpangi harus menyebrangi lautan
dengan menggunakan kapal feri.
Ini juga moment-moment yang bikin saya deg-degan. Karena, ketika sedang diatas kapal, biasanya hari sudah malam. Kebayangkan, dua jam berada ditengah laut dan diatas kapal yang gelap pula, aduh mak.. takut kenapa-kenapa euy. Kenapa gelap? karena posisi saya tetap berada didalam bus yang parkir berderet dengan mobil-mobil lainnya dalam ruangan parkir yang gelap. Saya takut kalau harus keluar mobil. "Takut ada orang jahat, takut ntar barang yang ada dimobil dicuri orang, dan lebih parah lagi nih, nyasar, lupa dimana keberadaan bus kita, wah, berabe dobel tuh", itulah pikiran yang ada dalam benak saya.
Ada juga sih beberapa penumpang yang keluar bus dan duduk di kursi yang disediakan di ruangan atas kapal. Ya, mungkin mereka rombongan atau sekeluarga berangkat naik busnya, jadi ketika ingin menikmati suasana diatas kapal, mereka juga berbarengan. Lah, kalau saya sorangan wae, gak berani ambil resiko, ah! Tapi, Alhamdullilah, setiap saya mudik naik bus, tak pernah terjadi sesuatu yang membahayakan, aman dan lancar.
Ini juga moment-moment yang bikin saya deg-degan. Karena, ketika sedang diatas kapal, biasanya hari sudah malam. Kebayangkan, dua jam berada ditengah laut dan diatas kapal yang gelap pula, aduh mak.. takut kenapa-kenapa euy. Kenapa gelap? karena posisi saya tetap berada didalam bus yang parkir berderet dengan mobil-mobil lainnya dalam ruangan parkir yang gelap. Saya takut kalau harus keluar mobil. "Takut ada orang jahat, takut ntar barang yang ada dimobil dicuri orang, dan lebih parah lagi nih, nyasar, lupa dimana keberadaan bus kita, wah, berabe dobel tuh", itulah pikiran yang ada dalam benak saya.
Ada juga sih beberapa penumpang yang keluar bus dan duduk di kursi yang disediakan di ruangan atas kapal. Ya, mungkin mereka rombongan atau sekeluarga berangkat naik busnya, jadi ketika ingin menikmati suasana diatas kapal, mereka juga berbarengan. Lah, kalau saya sorangan wae, gak berani ambil resiko, ah! Tapi, Alhamdullilah, setiap saya mudik naik bus, tak pernah terjadi sesuatu yang membahayakan, aman dan lancar.
Tak
sampai disitu kisah-kisah yang terjadi kalau mudik menggunakan bus. Jam 5.30
pagi, saya sampai diterminal bus antar kota, tempat saya tinggal. Tanpa
jemputan! Saya memang tak mengabarkan keluarga kalau saya tlah sampai di
kampung halaman, karena tak mau merepotkan, karena hari begitu masih pagi.
Takutnya, merek masih sibuk dengan urusan rumah. Biarlah saya bawa sendiri
tentengan yang lumayan banyak dan berat-berat pula. Maklum, kalau saya pulang
kampung lumayan lama, sekitar sepuluh hari. Jadi, 'bekal' yang saya bawapun
lumayan banyak. Namun, tak masalah saya membawa kerepotan itu sendirian, yang
penting saya selamat sampai tujuan.
Bahkan, kadang saya tak mengabarkan kepada keluarga, kalau hari itu saya akan pulang, biar surprise, hehehe! Beda kalau saya pulangnya naik pesawat, barulah saya akan minta dijemput, karena saya selalu tiba disore hari biasanya kalau naik burung terbang itu. Jadi, saya prediksi keluarga saya pasti ada waktu tuk menjemput. Meski begitu, ada kalanya ketika sampai di kampung atau bandara terkadang saya diam-diam nyampenya, tak memberitahu keluarga, walau memakai pesawat. Sok ngasih surprise gitu deh ceritanya, hahahaha...Tapi, untuk lebaran yang baru saja berlalu kemarin, saya kasih tau kok kapan kedatangan saya, dan kakak iparpun menjemput tepat waktu, hehehe.. Sila intip disini tuk tahu cerita pulkam saya di lebaran 2013 .
Bahkan, kadang saya tak mengabarkan kepada keluarga, kalau hari itu saya akan pulang, biar surprise, hehehe! Beda kalau saya pulangnya naik pesawat, barulah saya akan minta dijemput, karena saya selalu tiba disore hari biasanya kalau naik burung terbang itu. Jadi, saya prediksi keluarga saya pasti ada waktu tuk menjemput. Meski begitu, ada kalanya ketika sampai di kampung atau bandara terkadang saya diam-diam nyampenya, tak memberitahu keluarga, walau memakai pesawat. Sok ngasih surprise gitu deh ceritanya, hahahaha...Tapi, untuk lebaran yang baru saja berlalu kemarin, saya kasih tau kok kapan kedatangan saya, dan kakak iparpun menjemput tepat waktu, hehehe.. Sila intip disini tuk tahu cerita pulkam saya di lebaran 2013 .
Di Lobi bandara, menunggu keberangkatan |
Setelah
sampai dirumah, bagi-bagi oleh-oleh pun dilancarkan. Karena saya juga gak mau
tas saya penuh sama barang-barang yang harus segera diberikan pada keluarga.
Dan...besoknya
sudah lebaran aja tuh, hihihi.. lancar dan aman ketika berkumpul sama keluarga,
tanpa mereka tau bagaimana perjuangan
saya selama ramadhan, mencari tiket yang rempong, hingga deg-degan selama dalam perjalanan,
hehehe.
Nah,
ketika bersafari ria bertandang kerumah dan bertemu keluarga besar lainnya,
seperti biasa, pertanyaan rutinpun
muncul: "Bagaimana kabar kamu selama di Jakarta. Siapa teman
akrab kamu? Bagaimana kondisi kos-kosan kamu? Didaerah mana kamu tinggal, Kapan
menikah?" Dan bla-bla bla...banyak lagi pertanyan lainnya yang harus
dijawab, mesti bosan juga saya mendengarnya, karena pertanyaan-pertanyaan itu
adalah pertanyaan yang sama dari tahun ketahun yang mereka lontarkan pada saya,
hihihih.. Dan saya juga harus menjawab yang itu-itu juga pada mereka, hahaha...
Yah, namanya juga setahun sekali ketemunya, jadi mereka sudah lupa mungkin ya
kalau pertanyaan mereka sudah pernah saya jawab ditahun-tahun sebelumnya.
Seperti, saya di Jakarta tinggal didaerah mana dan sebagainya.
Eh, pas
balik lagi ke Jakarta, ritual bawa barang yang berat-berat kembali terjadi.
Ya, tas ransel saya tetap penuh dan berat juga karena berisi
oleh-oleh buat teman-teman di Jakarta. Empek-empek dan kemplang, menu wajib
ciri khas Palembang yang harus saya bawa dan bagikan kepada teman kantor dan
teman kos. Kalau gak, saya bakal diomelin, hehehe. Namun, ketika tentengan yang
berat tadi telah mendarat sukses di kosan, alamak leganya bukan main, serasa
telah melewati pertarungan berat, terutama perjuangan ketika mau berangkat
mudik ke kampung halaman.
Ah,
sepertinya, apa yang saya lalui akan terulang kembali ditahun-tahun selanjutnya, selama saya masih berstatus
anak rantau. Tapi tak mengapa, ritual 'repot' ketika bertemu dengan bulan
ramadhan adalah keindahan luar biasa, melebihi segalanya. Karena akan terbayar
dengan kebahagian luar biasa ketika bisa
kembali bertemu dengan keluarga tercinta.
*
Ehem, meski sudah lebih dua minggu berlalu lebarannya, mudah-mudahn tak telat
tuk mempublish cerita ini, hihihihi..
Ya, mumpung masih dalam nuansa bulan syawal.
Ya, mumpung masih dalam nuansa bulan syawal.
Selamat
menunaikan ibadah puasa syawal, bagi yang menjalakannya *.
No comments
Hai,
Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..