Cerita Pulkam



Cerita Pulkam


Pulkam lebaran tahun ini adalah yang paling berkesan bagi saya dibanding tahun tahun sebelumnya.  Dari kemeriahan keluarga besar yang merayakan hari kemenangan, melihat ponakan-ponakan yang sudah tumbuh besar, masakan khas Palembang yang berseliweran di setiap rumah (yang selama ini, itu penganan jarang sata temui ketika nongkrong di Jakartaah), ke makam ortu dan bermalam dirumah nenek di rumah tua, melihat foto-foto memori lama yang penuh kenangan, dan makan lauk kampung....Cihuuyy..Oh..kenikmatan yang sangat syukuri.

Harusnya sih, eh..pengennya sih H-1 lebaran saya mudiknya..tapi...akibat salah prediksi alias sok ngeprediksi jatuhnya hari lebaran, maka  ketika hari H justru saya baru mudik. Alhasil, malam takbiran masih dilaluui di Ibukota  ini, dan tetep kerja cuy....... Tapi, ah menikmati romansa malam lebaran yang selalu berbeda setiap tahunnya, emang banyak bikin kisah baru dalam hidup..Tsaaahh.. Ya, apalagi kalau bukan kisah serba serbi seorang perantau kala lebaran tiba. 

Pagi hari di lebaran pertama, ketika sedang berada didalam  angkot menuju ter minal tuk naik DAMRI arah Bandara, saya  melihat banyak orang lalu lalang  orang dengan baju baru ala lebaran, merayakan hari kemenangan di Jakarta. TPU yang letaknya disebelah Universitas Negeri Jakarta UNJ, jalan yang saya lalui tuk menuju terminal rawamangun, maceeetnya ampun-ampun dah, karena banyak orang yang berziarah. Haduhh....Deg-degan jantung ini..takut takut kalau telat nyampe dibandara tuk boarding time, yang harusnya disaat itu saya sudah ada di kampung tercinta, hikssss...

Ngumpul bersama euy....lebaraaaannn...
Namun untunglah itu tak mengurangi rasa kebersamaan dan ajang kumpul-kumpul silaturahmi saya dan keluarga besar. Ketika pesawat yang membawa saya ke kampung halaman tiba  jam 4 sore di bandara tercinta, ..saya pikir saya telah telat bersafari kerumah-rumah sanak kelurga yang lain. eh, gak taunya, kata kakak ipar yang ngejemput di bandara, baru beberapa rumah keluarga  kok yang dikunjungi, karena molor dan tak berhitung waktu, hihihi. Alhasil, saya jadi ikutan kebagian safari kerumah-rumah keluarga, meski akhirnya larut malam barulah selesai itu ritual ketuk pintu ke pintunya. Yipi senangnya  bisa mencicipi keseruan safari lebaran tahun ini. Apalagi, banyak makanan yang tersaji ketika mengunjungi masing-masing rumah. Ya, iyalah  lebaran namanya ya..hehhehe..


Yaay, makanan berlimpah di rumah kakak...Yuk, makaaann..
Selain bisa menyantap masakan khas lebaran, melihat keseruan dan kehebohan ponakan-ponakan yang lucu-lucu, juga menjadi penggembira sendiri buat diri saya, yang kalau gak lebaran, ya jarang banget ngeliat ponakan pada rame ngumpul  semua. Mereka main bola sore itu. Tepatnya rebutan bola bareng kali ye.. Cekikikan, teriak-teriak gaduh. Pokoknya...bersaing dengan rumpian para emak-emaknya yang kecapean dari jalan-jalan, heheheh.. Mereka bermain disalah satu kamar kosong di rumah sepupu saya yang baru dibangun dan ditempati.. Ah, rame...



Ponakan main bersama...Horeeehh...Seru banget nih....





Dirumah Era, salah satu teman masa kuliah
Hari ke dua dan ketiga pun, saya masih lanjut bersafari ria. Tapi, kali ini tak bersama keluarga besar tentunya. Tapi, hanya saya dan keponakan yang udah duduk di bangku SMU. 

Seperti biasa, setiap lebaran, dengan memakai motor kebangsaan hasil jerih payah sendiri, yang memang saya tinggalkan di kampung, saya  pasti main kerumah teman-teman masa kuliah dulu yang kini sudah punya anak kecil, hehehe.. ..

Senang rasanya melihat hasil karya (baca: anak) teman-teman yang sudah tumbuh dengan lucunya. Dan lagi-lagi........ Pempek,  masih menjadi sajian utama yang saya nikmati. Saya selalu menemukan makanan ini di hampir setiap rumah yang saya kunjungi. Gak ada matinya ya emang.! Top dah pempek.!



Di rumah Ida, juga salah satu cs masa kuliah


Mojok di teras rumah nenek
Hari keempat, saya pulkam ke rumah nenek di kampung, di salah satu kabupaten yang kurang lebih 1,5 jam jaraknya dari Palembang.  

Ah, kalau dah sampai di kampung nenek...teringat masa kecil ketika berada di dalam rumah tua yang tak lagi kokoh itu, yang  jarang saya kunjungi karena keberadaan saya yang tinggal di Jakarta sejak 8 tahun ini. 

Ada uwak (kakak  pertempuan  ibu saya) dan sepupu (anak uwak) yang menempati dan merawat rumah nenek. 

Kaget saya melihat uwak yang kondisinya sudah memprihatinkan. Sudah semakin tua. Usianya kurang lebih 80 tahunan.


Bersama Uwak




Kini, ia sudah menyusui dan pikun.  Ia tak lagi mengigat siapa saya. Sudah tak bisa kemana mana lagi. Pipis dan "buang hajat' pun sudah dilakukannya di kasur. Mandipun ya dimandikan oleh anak uwak.
Semuanya diurusi. 

Padahal, dua tahun lalu, ketika saya kesana, uwak masih bisa jalan, berdiri, diajak ngomong masih nyambung dan masih mengingat saya, meski matanya tak lagi melihat karena katarak yang dideritanya belakangan ini. Untunglah sepupu saya, (anak Uwak yang bungsu) sabar dan setia menjaga  dan merawat uwak, meski ia laki-laki. Mudah-mudahan  sampai akhir hayatnya, uwak tetap dirawat dengan baik oleh kakak sepupu saya.


Untung juga masih banyak keluarga dan sepupu lainnya yang  masih tinggal di dekat rumah nenek, yang ditempati oleh uwak. Anak-anak uwak yang lainpun, juga tinggal tak jauh dari sana.  Jadi,  masih bisa memantau. Dan saya juga terasa ramai, kalau pulkam ke tempat nenek.

Sudut Rumah Nenek


Di pusara Ibu
Nah, karena sudah dikampung dan berada di  rumah nenek nenek,saya pun gak lupa dan wajib harus mengunjungi makam Almarhumah Ibu saya, yang letaknya tak jauh di belakang rumah nenek.

Sudah 20 tahun makam itu bersemayam disana. Selama ini, saya tak pernah berfoto di makam Ibu, yang bersebelahan dengan makam nenek, kakek,  uwak-uwak, sepupu dan keponakan yang sudah mendahului saya. Jadi, setiap kali ke makam Ibu, saya juga nyambi kemakam keluarga yang lainnya. Hikss...



Sepupu saya juga temani kemakam
Duh, kalau ke makam Ibu, pasti saya nangis. Selalu curhat sama beliau. Kangen banget. Rasanya saya gak mau beranjak dari sana, Saya serasa sedang berada disamping Ibu. Namun, ya ..gitu deh.. Semakin saya lama berada di makam Ibu, semakin sedih euy... mengingat masa- masa hidup bersama beliau. 

Ah..sudahlah, ,,,

Mudah-mudahan dengan rajin mendoakannya, itu sudah cukup membuatnya bahagia.


Melihat album foto jadul










Oh ya, ritual lain saya kalau pulkam ke tempat nenek, adalah buka-buka album lama yang masih tersimpan rapi didalam 
lemari. Almarhumah Ibu saya memang telaten dan teliti orangnya kalau menyimpan sesuatu. Hingga, saya masih bisa melihat foto-foto kenangan dan perjalanan beliau ketika masih hidup, dan juga foto kenangan saya ketika masih kecil. Aih, lucu dan bikin terharu...Pengen nangis. .

Kali ini, saya malah mengubek-ngubeknya lebih dalam lagi. Eh, masih ada klisenya rupanya. meski klise jadul. Eits, saya juga menemukan KTP jaman dulu...Bentuk nya seperti apa ya...? Ehmm...Kisahnya nanti akan saya tulis special di tulisan selanjutnya.

Kebahagiaan lain ketika pulkam itu, selain berkumpul besama keluarga, saya bisa  berjibaku dengan peralatan dapur. Masak, ngulek cabe, bawang, numis, goreng atau apalah ya, yang selama ini kegiatan itu jarang dilakukan di kosan.
So, terharu bisa ngulek cabe lagi... Bisa bikin masakan racikan sendiri. dan menyantap lauk ala dusun. Pindang patin, lalapan, sambal terasi dsb, seperti masakan yang terhidang di rumah nenek ini.



Lauk ala kampung kami


Ah, ketika saya bisa masuk ke pasar tradisional beli sayur, ini juga kegiatan yang ngangenin.. Belajar tawar-menawar lagi dengan para penjual sayur. hihihi. 

Kangen juga melihat-lihat suasana jalanan di kota empek-empek ini yang pembangunnnya udah berkembang. Sudah banyak mall dan tempat perbelanjaan, komplek perumahan menjamur kemana-mana, yang dulu sepi sekarang dah rameeehh. Kalau mini market..ehm... jangan ditanya... berhamburan... 

Pelebaran, pembenahan dan pembangunan jalan baru sudah banyak. Aih..senang rasanya.

Dan terima kasih Tuhan, atas cerita yang berkesan ketika 10 hari berada di kampung halaman tercinta. 

Dan kini, Alhamdullilah, saya selamat sampai kembali di Jakarta, dengan seabrek oleh-oleh dari kampung buat temen-temen di Jakarta. (Alhamdullilah masih bisa beli oleh-oleh, hehhe).

Semoga rezekiku bertambah banyak,.Amiinn...

Mudah-mudahan di tahun depan, cerita edisi lebaran pulkam, lebih seru lagi. Meski setiap habis pulkam selalu MENGHITAM (karena jalan mulu disiang bolong), MENGGEMUK (karena makanan berlimpah dan berlemak semua) dan badan remuk redam, sampe harus dua kali pijitan karena kecapekan... Dan, tulisan inipun akhirnya baru dipublish hari ini, karena harus menunggu pemulihan raga dulu........oh....


No comments

Hai,

Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..