"Lompatan" 9 Summers 10 Autumns





9 Summers 10 Autumns  yang “melompat-lompat ”, namun tetap nyantol di hati



Tiket masuk nonton film 9S10A
Minggu cerah 12 Mei kemarin, akhirnya  saya tercapai juga nonton film inspiratif “9 Summers 10 Autumns”, Dari Kota Apel ke The Big Apple, besutan sutradara berbakat Ifa Isfansyah di Bioskop 21 Atrium Senen, Jakarta.


Film ini ini adalah kisah nyata dari perjalanan hidup seorang anak sopir angkot yang sukses di negeri Super Power, New York, yang diangkat dari Novel karangan Iwan Setyawan.


Buat yang membacanya novelnya, dan sudah menonton filmnya  dengan judul yang sama, tentu akan tau bahwa banyak sekali kisah Iwan yang tidak ditampilkan dalam layar lebar yang kemarin baru saja saya tonton itu.


Sebagai orang yang membaca bukunya sampai tuntas, saya agak kaget juga lo dengan lompatan-lompatan kisah di film ini yang begitu cepat. Jujur, agak kesal sedikit sih, hehehe…  Misalnya, tak ada adegan Iwan dan Bayek kecil yang menyusuri jalanan di New York, duduk ditaman sambil bercerita tentang masa lalu,  yang tertulis indah dalam novelnya. Adegan Iwan dan Bayek kecil  (Bayek, adalah panggilan Iwan semasa kecil) hanya sebatas percakapan di dalam sebuah ruangan tertutup saja. Misal, didalam kamar apartemen dan ruangan kantor Iwan di New York. Itupun hanya selintas saja. Padahal, saya juga ingin menikmati keindahan New York lebih banyak lagi,lo.. hehehhe,.. 


Pun, ketika Iwan yang sudah mendapatkan pekerjaan di Jakarta, eh dengan cepatnya tiba-tiba langsung ke scence Iwan yang  menerima  interview dari perusahaan New York. Padahal, Iwan sempat berpindah-pindah  kantor perusahaaan analis data di Jakarta. Dan,  masih banyak lagi lompatan-lompatan adegan lainnya. 


Oh ya, sedikit penjelasan. Mungkin anda yang belum  membaca bukunya, agak bingung dengan Iwan dan Bayek kecil atau Iwan kecil? Jadi, dalam film ini, setelah Iwan timnggal di New York, muncul seorang anak laki-laki  yang katanya disuruh Ibunya Iwan tuk temani pria smart ini di sana. Nah, anak kecil ini adalah  sosok si Bayek atau Iwan kecil. 


So, Setiap saya menonton  adegan-adegan yang “berlompatan itu” ,  hati saya menebak, pasti setelah ini akan begini deh atau begitu..,. Eh taunya salah. Hehehhe ..

Tapi saya memakluminya kok...

Seperti yang dulu pernah diceritakan oleh bung Iwan Setyawan ketika Sharing di Hotel Grand Kemang, Jakarta pada bulan Februari lalu bersama Keluarga Apel, dia sempat bilang “ Ini film, yang berdurasi sekitar 2 jam saja,  tentu tak mungkin akan menampilkan semua adegan yang ada didalam buku.”



Mejeng dulu dibanner 9S10A , 21 Senen
Yah, ternyata adegan yang dihadirkan memang yang hanya mewakili point-point penting dari perjalanan dan perjuangan  hidup Iwan.  Meski begitu,  film ini tetap tak kehilangan alur dan makna  dari cerita itu sendiri.


Maklum, baru kali ini saya menonton film yang bukunya sudah pernah saya baca sebelumnya. Jadi, salah satu tujuan saya untuk menonton, selain ingin melihat kisah special ini,  ya emang juga untuk “membandingkan” dengan bukunya ., hehehh.


Berbeda ketika saya nonton di Film Ayat-Ayat Cinta yang sempat menyedot  banyak penonton itu . Saya tak  begitu merasa banyak kehilanagn adegan,  karena saya memang tak membaca bukunya. Jadi ya saya menikmati saja, heheh..


Nah, hal yang  sama juga terjadi  dengan teman saya, Angga,  yang saya ajak nonton film yang dibintangi Ihsan Tarore yang berperan sebagai Iwan dewasa ini. Si Angga,  dia justru ogah-ogahan membaca bukunya ketika saya tawarkan. Dia mengintip novel 9 Summers 10 Auntumns  ini, hanya dua bab saja .


Tapi, ketika  nonton filmmya, dia justru mewek-mewek disebelah saya. Justru dia bilang, kalau tempo hari menyelesaikan novelnya sampai tuntas, barangkali mewek-meweknya gak dahsyat, hihihih.. . karena, bagi orang yang tidak membaca atau tak tuntas menghabiskan novelnya, pasti banyak sekali melihat keterkejutan- keterkejutan yang mengaduk-ngaduk emosi mereka.


Namun, meski banyak “loncatan”, cerita yang dihadirkan tetap menyentuh hati dan  memberikan nuansa perjuangan untuk keluar dari keadaaan sulit, dengan kepintaran dan ketekunan.


Salut euy untuk Bung Iwan yang dimasa kecilnya sanggup belajar dimalam atau dini hari, dimana orang-orang masih nyenyak terlelap di pulau kapuk, dia justru belajar menghapal rumus-rumus matematika.  Ah, terharu  banget. Tapi, sebaliknya saya langsung tertawa ngikik ketika Iwan kecil yang pemalu disuruh nyanyi  di panggung, tapi belum sempat mengeluarkan suara emasnya, eh udah ngacir duluan sambil manggil emaknya,…hahahahah….



Shafil Hamdi bersama Iwan Setyawan. Sbr foto:disini
Saya suka lo akting dan wajah Bayek kecil yang diperanin oleh Shafil Hamdi Nawara, cocok banget deh anak imut ini meraninnya.


Eh, saya juga kaget  ketika dipertengahan cerita di film,  ternyata ada si eneng yang terkenal dengan  gaya ngomongnya yang ngocol, juga hadir sebagai cameo di film ini, berperan sebagai ibu-ibu tukang jualan pecel lele. Siapa lagi kalau bukan Ria Irawan, artis senior yang tiada matinya, yang juga adik kandung Dewi  Irawan, yang berperan sebagai Ibunya Iwan. Malah diawal cerita, Ibu kandung dua artis senior ini, Ade Irawan, sudah nongol duluan, sebagai nenek dari Bayek/ Iwan Kecil.  


Alex Komangpun tak kalah apiknya  memerankan tokoh Bapak yang begitu keras dan garangnya.... aarrgghhh….. (sumpah, ngeri banget ngeliat Om Alex di film ini  kalau udah ngomong nada tinggi, hihihih) 


Tapi, hati seorang Bapak, meski keras dan terkesan egois, tetep peduli terhadap anaknya. Satu lagi adegan yang bikin mewek, ketika Si Bapak rela menjual angkotnya demi membiayai kuliah dan hidup Iwan di Bogor.  Yaaa…Hati orang tua itu tak bertepi ya…  Kalau angkot itu tak dijual,  mungkin Iwan tak akan berangkat ke Bogor kala itu,  untuk menempuh pendidkan di IPB dengan cara PMDK, dan tentu tak akan begini ceritanya. Tak mungkin muncul  istilah "Dari Kota Apel ke The Big Apple" Dan tak akan terbentuk komunitas Kelurga Apel. Juga gak akan terwujud sharing asyik dan bermutu ala 9 Summer 10 Autumns, yang kisahnya saya tulis disini.



Pantas saja film keren ini dipersembahkan untuk Sang Bapak, yang tak sempat menyaksikan novel  hebat anaknya diangkat kelayar lebar. Karena beliau (Bapaknya Bung Iwan)  sudah berpulang pada tahun 2012 lalu.


Tapi,..eehmm penasaran euy,,apa kabar kisah cinta monyet antara  Iwan dan Mida ya? hahahaha 


Oh ya buat yang belum sempat menonton film ini,atau barangkali tak sempat membaca bukunya, sehingga agak gak mudeng barangkali dengan tulisan saya diatas, nah ini dia saya kasih sinopsisnya.....


Di kaki Gunung Panderman, Batu, Malang di rumah berukuran 6 x 7 meter, seorang anak laki-laki bermimpi. Kelak, ia akan membangun kamar di rumah mungilnya. Hidup bertujuh dengan segala sesuatu yang terbatas, membuat ia bahkan tak memiliki kamar sendiri.


Bapaknya, sopir angkot yang tak bisa mengingat tanggal lahirnya. Sementara ibunya, tidak tamat Sekolah Dasar. Ia tumbuh besar bersama empat saudara perempuan. Tak ada mainan yang bisa diingatnya. Tak ada sepeda, tak ada boneka, hanya buku-buku pelajaran yang menjadi "teman bermain"-nya.

Di tengah kesulitan ekonomi, bersama saudara-saudaranya, ia mencari tambahan uang dengan berjualan di saat bulan puasa, mengecat boneka kayu di wirausaha kecil dekat rumah, atau membantu tetangga berdagang di pasar. Pendidikanlah yang kemudian membentangkan jalan keluar dari penderitaan. Dan kesempatan memang hanya datang kepada siapa yang siap menerimanya.

Dengan kegigihan, anak Kota Apel dapat bekerja di The Big Apple, New York. Sepuluh tahun mengembara di kota paling kosmopolit itu membuatnya berhasil mengangkat harkat keluarga sampai meraih posisi tinggi di salah satu perusahaan top dunia.

Namun tak selamanya gemerlap lampu-lampu New York dapat mengobati kenangan yang getir. Sebuah peristiwa mengejutkan terjadi dan menghadirkan seseorang yang membawanya menengok kembali ke masa lalu. Dan pada akhirnya, cinta keluargalah yang menyelamatkan semuanya.

Begitulah sinopsisnya.....


Ehm, ….meski  9 Summers 10 Autumns bagi saya alur lompatannya ceritanya agak cepat, tapi tetap menyentuh hati. Layak untuk ditonton, supaya bisa menginspirasi kita semua, terutama untuk generasi muda.


Salam Apel…

 
Sbr Foto:disini

No comments

Hai,

Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..