Ketemu Jajanan Jadoel di Kampung Tempoe Doeloe


( Kangen  Jajanan Jadoel yang Langka )

Aw, sungguh senang rasanya ketika melihat  jajanan masa lalu khas sunda dan juga khas beberapa daerah di Indonesia ini bergelimangan  disatu tempat yang sama. 

Teringat masa kecil...,

Teringat jajan di warung kecil...

Dulu,.....

Belum ada mini market tentunya. Warung kecil, zaman itu hidup sekali dan menjadi tumpuan perkonomian rakyat kecil.  

Meski bentuknya kecil dan tak luas, namun lengkap menjajakan cemilan-cemilan anak-anak dan bahan pokok rumah tangga. Dari beras, gula,minyak sayur, sampai ciki-cikian.

Ragam jajanan Sunda tempo Dulu


Oh....jajanan jadoeeeell
Ragam  jajanan
Ada yang cemilannya dibungkus rokok-rokokan. Ada sagon yang berbungkus kertas minyak warna bendera Indonesia merah putih. 

Masih ingat, kah?

Ada juga gula merah yang dikeraskan, yang diberi nama permen kayu. 

Eh, ada  telor cecak juga loh.. Ini salah satu jajanan masa kecil yang sering saya cemil, hehehe. Dulu harganya  Cuma 25 perak sebungkus kecil, hihihi.. Sekarang... mana ada lagi nilai 25 rupiah, hehehe...

Nah, di area jajanan kampung tempo dulu ini, saya bisa melihat kembali kehadiran cemilan masa kecil dulu, seperti yang saya sebutkan diatas. 

Harganya juga murah meriah, euy. Dari seribu hingga paling mahal sepuluh ribu rupiah persatu jenis jajanan. Dan nominal harganya tertera diuang kertas jadul yang dipasangkan diwadah makanan dengan menggunakan lidi.

Uang kertas menempel di lidi, penanda harga
So, jika kertas yang dipajangkan 3 lembar dengan nominal seribuan per lembarnya, misalnya, itu artinya harga jajanan yang dihidangkan adalah  tiga ribu rupiah per satu bungkus.. 

Uniklah ya pokoknya. Saya  juga jadi kangen melihat uang-uang kertas jaman dulu itu.

Di jajanan kampung tempo dulu ala Sunda ini, yang tempatnya strategis dan berada ditengah area food festival, saya mencicipi  mi kering rasa pedas dan permen kayu. 


Nah, permen kayu ini, bentuknya memang seperti ranting atau cabang kayu yang kecil dan pendek. Panjangnya sekitar 10-15 cm. Karena namanya permen kayu, jadi ya warnanya coklat, kayak kayu, hehehe..

Permen kayu
Telor cicak
Ehm..pas masukin dimulut, pengennya sih langsung dikenyot... tapi…., wualalah keras banget euy!! Memerlukan tenaga yang cukup juat tuk mematahkannya supaya bisa dikunyah, hihihi.. Untunglah gigiku  gigi popsedan, jadi  kuat menghadapi rintangan, hahaha...

Menurut si abang penjualnya permen ini terbuat dari gula merah yang dikeraskan.  Makanya saya tertarik tuk membelinya, karena dimasa kecil sampai sekarang saya suka ngemut gula merah. Cuma, saya gak nyangka akan sekeras itu. Hihih.. 

Tapi…. perasaan...dulu waktu saya suka memintal-mintal gula merah, hingga  menjadi keras, seingatku gak sampe harus menggigitnya dengan extra kekeuh deh. Lah, kok ini keras banget ya. Tapi, ya sudahlah, ciptaan orang beda-beda kok, hehehe.,, oh ya, selain permen kayu, ada juga cemilan-cemilah hisap lainnya yang berbentuk unik, seperti yang saya pegang pada gamabr dibawah ini...Ah, saya serasa kembali ke masa unyu-unyu deh, ...

..
Memegang permen jadul

Wah, pokoknya kalau anda bertandang kesana…...semuanya komplit–plit lo. Banyak sekali jajajan yang ngangenin yang bisa mengembalikan kita kemasa lalu. Selain yang sudah pernah saya rasakan dimasa kecil, ada juga yang belum pernah saya lihat, dengan nama jajanan yang unik.


Nah, jajanan yang berada di stand unik nan cantik khas Sunda ini, hadir di Kampung Tempoe Doeloe, Lapiaza, Kelapa Gading, pada acara Jakarta Fashion & Food Festival atau JFFF.  Tau dong, kalau JFFF ini dihadirkan setahun sekali dalam rangka memeriahkan atau menyambut HUT Jakarta yang jatuh pada bulan Juni nanti.


Jajanan nasi dan laukpauknya








Pedagang pempek

Yaay! Karena setahun sekali itulah, makanya warga Jakarta tumpek blek memadati arena jualan beraneka ragam jenis makanan  yang cukup luas itu.  

Dari desert, cemilan martabak, ragam sate, pempek, roti es goyang , es roti bakar, kerak telor, somay hingga  nasi beserta lauk pauknya..dan masih banyak lagi..

Pokoknya puas deh jajal dan jajaninya, hehehe...


Saya memegang uang kertas ala JFFF
Asalkan,..... kita udah menukar dulu uang asli kita dengan uang kertas ala jajanan Kampung Tempo Doeloe,   diloket-loket penukaran yang disediakan disela-sela stand masakan-masakan enak itu.

Dua kali saya main kesini selama ajang ini berlangsung, dan hanya menukar 50 ribu rupiah saja setiap kali bertandang. Hihihi...hemat cuy… Lagian, saya berdua teman juga kesana. Jadi kita bisa saling mencicipi aja. Dia beli itu, saya beli ini, ya.. saling share aja, hahahhah…biasalah otak emak-emak eh..calon emak-emak ding, xixixixi…

Nah, kali kedua saya bertandang keajang satu tahunan ini, kebetulan adalah hari terakhir pelaksanaan JFFF berlangsung. Yup, tanggal 26 Mei kemarin tepatnya. Meski itu adalah hari pamungkas, tapi ramenya masih full, cuy..!!… 

Apalagi, itu adalah hari minggu yang memang hari libur, jadi masyarakat benar-benar memanfaatkannya liburannya untuk berburu  hidangan khas tempo dulu.


Pengunjung penuhi tempat duduk yang disediakan


Tak jarang diantara pengunjung membawa satu keluarga  untuk makan malam atau mencicipi ratusan jenis makanan yang sudah langka dipasaran.

Kenapa saya katakan langka?

Nah, saya sempat bertanya pada salah satu pedagang roti es bakar yang sedang membolak balikkan roti yang ada dialat pembakaran. "Kalau sehari-hari diluar dari ajang JFFF ini,  jualan roti es bakar dimana, mas ?" Eh, mereka menjawab kalau mereka jualan jajajan ini hanya ketika di acara JFFF saja. Kalau hari biasa mereka kerja direstoran, yang bukan berjualan apa yang mereka hadirkan saat itu,..Oh....


Es roti bakar yg bikin ngiler..eehmm..
Jadi, memang para produsen memanfaatkan moment  tersebut untuk menjual hidangan yang jarang ditemui orang masa kini. Karena semakin jarang, semakin orang penasaran untuk mencobanya. dan tentu merasa rugi juga kalau tak mencicipi hidangan yang jarang ditemukan itu. Iya kan?.. hehehe..

Sayapun begitu, rela beli makanan yang sebenarnya tak terlalu saya suka. Tapi, berhubung jarang nemuinnya, ya udahlah dikonyel aja, sembari mengingat masa kecil dulu, hihihih...


Saya, melihat es goyang! Yuk goyaaang!

Ehmm, disamping es roti bakar, ada es goyang pula, lo. Dari namanya aja udah ketahuan ya, kalau es ini ya emang harus selalu digoyang-goyang gerobaknya sama si mas penjualnya, supaya es yang ditaruh dalam wadah alumunium/stainleesnya gak cair.

Jadi, ya harus tahan capek aja yang jualan, karena selain melayani pembeli, juga tetap harus mengeluarkan tenaga tuk bergoyang ria bersama gerobak esnya, hahahha.... iiiihh lucu deh...

Masih diarea yang berdekatan,  selain beragam jenis jajanan es, berbagai jenis sate, somay, tahu-tahuan  juga turut meramaikan acara meriah tersebut. 

Pokoknya ratusan jenis makanan deh  ada. Tinggal pilih aja, bro!


Pedagang Kerak telor
Nah, untuk yang kangen atau jarang menemukan kerak telor, yang biasanya cuma hadir ketika ada event-event tertentu saja, muncul juga, lo, ..Ya,.dagangan khas Betawi itu nyelip diantara stand-stand dagangan lainnya. 

Roti Buaya jumbo, 1 meter-an
Eh, roti buaya juga ada, lo. 

Busyet dah, ini roti kayaknya ukuran roti buaya jumbo banget deh. panjangnya sekitar 1 meteran deh.

Eh,.. ketika saya dekati, duh, sayang.... satu diantara beberapa "buaya jumbo" yang dipajang disana, ada yang bagian ekornya patah. Ehm..ini ada yang iseng matahinnya, atau emang sengaja mau nyicip ekornya doang? hahahhaha... 

Kasihan dong, ah buayanya...Ntar nangis, lo dia, hihihih.....

Nah, roti buaya ini, juga termasuk roti ciri khas betawi,lo....Terutama, jika ada acara pernikahan yang mengusung adat Betawi, pasti tak pernah meninggalkan roti buaya.

Eh, ada cerita soal roti buaya ini, yang saya ambil dari kompas.com.
  
Pedagang roti buaya
Biasanya roti yang memiliki panjang sekitar 50 sentimeter ini dibawa oleh mempelai pengantin laki-laki pada acara serah-serahan.

Selain roti buaya, mempelai pengantin laki-laki juga memberikan uang mahar, perhiasan, kain, baju kebaya, selop, alat kecantikan, serta beberapa peralatan rumah tangga.
 
Pegang ekor buaya yg patah. Kasihan!
Dari sejumlah barang yang diserahkan tersebut, roti buaya menempati posisi terpenting. Bahkan, bisa dibilang hukumnya wajib. Sebab, roti ini memiliki makna tersendiri bagi warga Betawi, yakni sebagai ungkapan kesetiaan pasangan yang menikah untuk sehidup-semati.

Konon, adanya roti buaya ini, terinspirasi perilaku buaya yang hanya kawin sekali sepanjang hidupnya. Dan masyarakat Betawi meyakini hal itu secara turun temurun.

Selain terinspirasi perilaku buaya, simbol kesetiaan yang diwujudkan dalam sebuah makanan berbentuk roti itu juga memiliki makna khusus. 


Menurut keyakinan masyarakat Betawi, roti juga menjadi simbol kemampanan ekonomi. Dengan maksud, selain bisa saling setia, pasangan yang menikah juga memiliki masa depan yang lebih baik dan bisa hidup mapan. 
Ramainya JFFF
Semakin hari menjelang malam, semakin rame itu tempat ya. Tempat duduk yang disedikan untuk para konsumen yang ingin makan ditempat pun, penuh! Banyak yang berdiri karena gak kebagian euy. Ada yang linglung dan tingak tinguk kalau-kalau ada menemukan kursi yang kosong, hahahah....

Begitupun saya dan Wydia, teman setia yang selalu menemaniku, yang tak kebagian tempat duduk . Akhirnya kita memilih ngumpet makan dibelakang Star Buck. Duduk di semen tamannya, bukan di bangku, hihihi. Yah, mau gimana lagi? Daripada makan berdiri, mending lengseran, meski bukan ditempat duduk yang semestinya, hehehe...Lagipula, kita yang kurang lebih satu jam yang sangat menikmati dan mengitari moment ini, pasti capek, dong! Jadi, ya emang harus beristirahat sebentar.

Martabak mini
Ditempat duduk yang tersembunyi itu, kami menikmati makanan yang kami beli ketika berkeliling JFFF yang padat itu.

Kami menikmati tahu kuah, makanan khas Suroboyo,(yang gak terlalu enak), cemilan apem, es kacang merah, pempek, yang kurang nampar dan agak aneh rasa cukanya 

Begitu juga dengan dan martabak manis mini, yang tampilannya begitu aduhai,tapi rasanya kurang nendang,euy! Cuma, karena tergoda sama bentuknya yang menawan, dengan isi yang bergelimpangan coklat dan keju,  jadi dibeli deh...

Eh, tau gak.....

Disela-sela keramaian manusia yang memadati JFFF, ada sosok artis yang wajahnya sangat familiar sekali., tiba-tiba muncul bersama suaminya, yang juga seorang musisi. Duh, cantiknya dia...Anggun sekali. So, doi menjadi pusat perhatian siapapun yang melihatnya. Yah..namanya juga artis, apalagi kalau muncul ditempat keramaian ya... pasti orang pada berbisik-bisik, termasuk saya, hehehe. Nah, pengen tau siapa yang saya lihat disela-sela padatnya JFFF sore itu? Sila intip disini ya...

Eh, kita juga mampir ke standnya  Wine and Cheese, lo!

Didepan pintu masuk Wine & Cheese

Situasi Indoor Wine & cheese

Berbeda dengan ragam makanan jadi atau siap saji yang berada dilokasi out door, nah, kalau ingin mencicipi cita rasa Wine and Cheese, lokasinya ada diindoor. Jadi lebih terlindungi dari panas dan hujan yang kalau tiba-tiba datang.

Pengunjung sedang mencicipi keju leleh
Duh, setiap sample dari stand cheese atau keju yang kami cicipi,semua rasanya nikmat, euy! Pengen dibeli semuaaaaa....!!!  Ada keju rasa kari, rasa berry dan lain-lain. Banyak banget deh.

Ada keju yang dihadirkan meleleh diputaran  wadahnya (seperti terlihat di gambar sebelah ), ada juga keju yang dicampur apa gitu ya, pokoknya beraneka ragam deh. Selama ini saya kira keju itu cuma satu rasa doang, ternyata..ouw..banyak juga ya variasi rasanya..hehehe...


Winenya juga beragam. Tinggal dipilah pilih aja mana yang sesuai selera. Ada yang impor, atau yang lokal, ada disana.


  
Ragam wine di JFFF

Suasana salah satu stand

 
Nah, di Stand yang luas dan rapi ini, saya dan Wydia membeli es cream ala Turki, yang pekat, liat dan kental. Saking liatnya,  ketika posisi itu es krim dibalik,  gak tumpah lo. Esnya tetep nempel dicone-nya, lo!

Nah, kenapa bisa terbalik?
Es Krim terbalik, gak tumpah euy!

Ya, saya dikerjaain sama si Abang Bule Turki yang bertugas menyuapi es krim ke wadahnya. Ketika es itu hendak saya ambil dari tangannya, eh... sang master Turki itu dengan sengaja membalikkan es krim yang hendak saya ambil dari tanganya. Histerislah saya. Kaget!! Kirain tumpah. Gak taunya..owalah...., itu es krimnya tetap nempel di conenya.! 

Ups..malu deh..

Hemmm... si abang Turki yang ganteng dan dingin itu...rupanya sengaja mau ngerjain setiap pembeli, termasuk saya. 

Biasa....buat nunjukin kalau itu es krim bener-bener asli dan gak encer. Terbukti setelah saya, ada juga ibu- ibu yang di kerjain dengan hal yang sama. Teriakan pun muncul dari suara si Ibu. Dan,... lagi-lagi.... ekpresi wajah sipenjual es krim ini, lempeeeeeng aja. Gak ada dia tersenyum ataupun ketawa ngeliat pembelinya yang histeris dengan jantung yang mau copot itu, hahahha.....

Eits, sembari saya menikmati es krim yang gak terlalu dahsyat juga sih rasanya, ...saya juga mencuri-curi kesempatan tuk memperhatikan wajah tampan si Bule Turki ini. Semakin dia diam, semakin penasaran euy. Dalam hati,.. lumayan ganteng nih si cowok jahil..., hihihiih…

Nih, dia, si ganteng Turki yang jahil!
Sayangnya untuk fashion festival, yang saya kira ada juga pamerannya di  stand yang satu area dengan jajanan tempo dulu itu. 

Ternyata ketika saya bertanya pada salah satu security dan petugas ala hansip di kampung tempo dulu itu mengatakan, kalau pertunjukan fashion hanya sesekali saja dipertunjukkan di catwalk yang menghadap ke restoran lapiaza. So, kalau sedang tak ada pagelaran  fashion, ya  tempat penjualan fashionnya tetap didalam  mall kelapa gading . Alias tempat jualan baju-baju seperti biasanya.. Duh..
 

Jadi, yang memeriahkan JFFF sebenernya, kalau menurut saya, ya cuma jajanan khas jadulnya aja. Hanya street food doang yang terpampang nyata, gak pake Fashion !!! #Kesal..


Melihat-lihat stand Sunda yang cantik, dekat pintu masuk


Pose disalah satu sudut area jajanan JFFF


Acara ini sudah belangsung sejak tanggal 9 Mei 2013 lalu, jadi cuma sekitar 2 mingguan saja.
Perhelatan kali ini merupakan yang kesepuluh sejak pertama kali digelar tahun 2004. Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) merupakan perayaan mode dan kuliner tahunan yang berupaya mengangkat reputasi Jakarta sebagai pusat mode dan belanja. Acara ini juga berupaya memajukan industri kuliner dan boga Tanah Air.

Nah, kalau untuk  Kampoeng Tempo Doeloe yang menampilkan aneka makanan, diisi sekitar 80 stan dengan 100 makanan yang seluruhnya merupakan usaha kecil menengah di bidang kuliner.

Yauw...asyiklah ya pagelarannya menurut saya. Mudah-mudahan di tahun depan lebih banyak lagi jajanan yang dihidangkan. Dan stand fashionpun mudah-mudahn bisa dibuat khusus di out door juga, biar lebih seru dan rame. 

Sampai jumpa di Jakarta Fashion and Food Festival tahun 2014, ya.....

Wew,...Sedang transaksi!

Sbr Gbr:

Koleksi Pribadi

4 comments

  1. Wah jd jealouse ni, dak sempat kesana, InsyaALLAH tahun depan ada lagi.Karena aku masih di Malaysia.....selamat Ultha Jakarta, semoga pemimpinnya tambah dewasa Arief dan bijaksana.....dan tidak korupsi.......peace

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Mas Tarmizi, wah..lg di Malaysia yah.... Mudah-mudahan tahun depan bisa ada lagi ya acaranya, dan bisa nikmati lagi suasana jajanan tempo doeloe....heheheh..

      Delete
  2. itu acaranya insidental ya mba..??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Acara JFFF ini sudah dihelat ke sepuluh kalinya, mas. Dan dihadirkan setahun sekali dalam rangka memeriahkan atau menyambut HUT Jakarta yang jatuh pada setiap bulan Juni. Jadi, acara ini emang direncanakan, gak dadakan, hehehe...

      Siap-siap di bulan Juni tahun ini, mudah-mudahan akan ada lagi dan lebih seru harapannya,

      Delete

Hai,

Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..