REAKSI ATAS AKSI

Koridor kosan kami



REAKSI ATAS AKSI


Sudah seminggu ini tulisan-tulisan 'teguran' itu tertempel rapi di rumah kos kami yang berlantai dua. 

Ada teguran soal jangan lupa kunci pintu, dalam versi panjang dan pendek, sampai pada peringatan untuk tamu-tamu yang datang ke kekosan kami, yang terkadang tak sopan itu.

Tempelan  teguran tertulis didinding kos

Ehm, sebagai orang yang bertugas menulis kalimat-kalimat sakti (yang bagi orang normal agak sedikit menampar itu...) sekaligus sebagai tukang ngeprint dan tukang tempel di dinding....saya memperhatikan dan melihat reaksi atas aksi yang sudah saya dan beberapa teman kos lain sepakati . Nah, cerita soal asal muasal muncul tulisan sebagai towelan itu, silahkan baca disini 

Ada perubahankah?
Pastinya..!! Paling tidak, teman-temen satu kos saya yang berjumlah sekitar 10 orang itu sudah pada rajin mengunci pintu ketika pergi dan pulang dari suatu tempat. Atau ketika hendak tidur.

Kalau dulu......sebelum ada tulisan sakti itu....

Dikacapun ditempel kertas sakti!
Hmmm....masuk rumah kos ya masuk aja. Keluar rumah ya keluar aja. Gak pake ritual ngunci pintu! Cueeeekkkk bebeeeeekkkk!!! Saling mengandalkan yang lain tuk kunci pintu,.....  Bahkan, sering sekali kejadian pintu tak terkunci sepanjang malam... Du..du..du.. untung Tuhan masih melindungi rumah itu ya... Hemmm... (terkait hal ini, kalau mau dijelasin detail, kepanjangan nanti ah... )

Sebal, kan?!!

Kenapa saya sebal. Karena saya merasa, salah satu orang dikosan itu, yang rajin ngecek pintu dan ngunci pintu. So, wajar dong kalau kesal  sekali melihat teman-teman yang pada cueknya tak memperhatikan keamanan bersama itu. 

Tapi, eh...justru saya malah yang sering diomelin oleh mereka-mereka yang merasa risih karena saya sering mengunci pintu. 

Loh....? 

Alasannya, "Mbak Eka..ini masih belum terlalu malam!" Atau, "Hei, saya ada kok dirumah, jadi gak perlu dikunci pintunya!"

Ow, trus kalau ada dirumah, dengan posisi pintu tak terkunci, apakah menjamin bahwa rumah tak kemasukan maling atau orang gila???

Hadeeh....,

Terkait hal ini juga,,... kalau mau dibahas, banyak banget deh adegan tersinggungnya hati saya. Huh! 

Nah, suatu ketika..... anak kos yang tinggal dilantai dua, kamarnya dibobol maling kala malam sepi, karena pintu rumah kos tak dikunci!

So, gara-gara kejadian itu...baru deh ketar-ketir.

Semuanya pada was-was. Takut-takut kalau terjadi lagi hal yang bikin dongkol itu menimpa mereka.

Ehmmm,...
Sebenarnya, adegan rajin mengunci pintu atau mawas diri, itu semua demi keamanan semuanya, kan! Bukan untuk kenyamanan  satu dua orang saja.

Kok  susah ya dilakukan... ????

Nah, itu soal "kunci pintu"

Kalau soal tamu kos yang sering nyelonong aja masuk kerumah tanpa permisi, seolah olah itu rumah pribadianya?

Hmm...., kalau ini sih, ada satu dua yang sudah mulai memberikan senyuman sapaan yang ramah dan pake kulu nuwon. Tapi ada juga yang masih cuek dan tak ramah.

"Bebal nih orang ya..!" Gerutu saya dalam hati..

Tapi, gak apa-apa, dengan mereka yang tidak peduli dengan teguran kami secara tertulis yang sudah ditempel didinding strategis itu, bearti bisa dinilaikan kepribadiannya seperti apa?

Sementara Kalau untuk reaksi anak kos yang lain, yang tak ikut rapat bersama ketika itu, karena lagi pulang kampung atau belum pulang kerja, mereka sih hanya diam saja melihat beberapa kesepakatan yang sudah dilakukan oleh sebagian dari kami.

Entah diamnya tanda setuju. Atau diam karena, ya kalau mau protes juga malu kali ya.. Apa juga yang mau diprotesin sebenernya... La wong apa yang kami hadirkan didinding rumah itu adalah positif kok. Iya kan?

Jadi kalau ada anak kos yang mau protes dia bakalan malu sendiri kali...hihihiih...

So, sampai saya menulis cerita ini, disiplin masih diterapkan oleh teman-teman kos. Reaksi atas aksi beberapa orang dari kami, tak terlalu menimbulkan gejolak negatif. Tapi entah beberapa bulan kedepan? Apakah masih akan tetap memegang teguh kesepakatan bersama itu?? 

Yah, saya berharap situasi yang sekarang udah rajin kunci pintu ini, tidak hanya hangat-hangat tai ayam saja, tapi berlangusung seterusnya. Demi kenyamanan dan keamanan bersama.

Hidup Anak Kos !!!
Sudut dinding turut meriahkan kertas teguran!

Cantiknya Ita Purnamasari

Selama ini saya hanya menontonnya di TV.
Melihat fotonya terpampang dikoran atau majalah terkemuka.
Cantik, Putih, muda, Imut dan kalem..(sepertinya....)

Ehm..., saya sangat mengaguminya. Bahkan ketika masa SMP saya pernah berkirim surat padanya, hehehe. Maklum, waktu itu kan belum ada yang namanya jejaring sosial. Emailpun masih belum banyak yang menggunakan karena internet masih terbatas. Jadi, andalan untuk berkomunikasi kepada artis idola, ya cuma melalui surat yang kita tau alamatnya melalui tabloid yang biasanya memajang alamat sang artis diakhir ulasan tentang profilnya.
Ita Purnamasari  jadul. Sbr foto;disini;
Dan....
Hari minggu kemarin, auw...senangnya hati ini bisa bertemu langsung (baca: melihat) Ita Purnamasari bersama suaminya seorang musisi ternama, Dwiki Darmawan, muncul di Jakarta Fashion Food & Festival JFFF di Lapiaza, kelapa gading, Jakarta. Ia berjalan menyelinap diantara pengunjung yang ramai sambil memandangi beberapa jajanan yang dihadirkan di Kampung Tempo Doeloe, JFFF ajang tahunan itu. 

Wow, meski selintas saya melihatnya, karena dia berjalan agak terburu-buru, namun pesona kecantikan wajahnya begitu menawan. Yah...artis lah ya..selalu tampil kinclong dan menawan, apalagi ditempat umum. Tak terlihat kalau usianya sudah mencapai kepala 4. Justru disore minggu itu, terlihat seperti wanita berusia 30-an. Memakai kemeja hitam dan blue jeans, senada dengan warna baju sang suami yang berjalan disebelahnya. Dan rambutnya...ehm..., masih tetap berponi lo, ciri khasnya sejak dulu. Apalagi ditambah bandana putih yang menghiasi rambut hitamnya, tambah kayak dandan ala remaja bener, deh. Kalau soal cantiknya, duh..jangan ditanya...benar-benar seperti boneka. Ditunjang dengan rupanya yang mulus putih bersih dan badan yang ramping kecil. Jadi, terlihat seperti masih muda dan fresh.

Ita Purnamasari & Dwiki darmawan
Sementara suaminya, Dwiki, saya justru agak pangling melihatnya. Karena mungkin dia tak sesering istrinya muncul dilayar TV, jadi wajahnya gak terlalu familiar banget.  Gemukan deh. Tapi, yah namanya juga laki-laki, mungkin gak bisa dandan kayak kita perempuan ya. Jadi, gak terlihat kinclong, hehehe.. (maaf ya Om Dwiki, kalau ngebaca tulisan ini, heheh..

Saat artis cantik itu melintas, saya sedang menemani teman saya, Wydia, yang asyik membeli jajanan apem dan kue-kuean. Jadi, ia tak melihat, namun setelah saya beritahukan kalo ada jeng Ita barusan lewat, dia langsung ngedumel "Mana? Mana, Ita ? kok gak ngasih tau aku, sih!" wuahahha... Suka juga ya rupanya sama Ita, hihihi.. 

Ya, tak hanya Wydia, orang-orang yang melihat merekapun berbisik bisik mengomentari penampilan suami istri itu. Maklum, artis kan dimana-mana kalau muncul ditempat keramaian, pasti jadi tontonan atau diliatin orang. Ya gak...? 

Eh, menjelang malam, sekitar jam 6 sorean, suara merdu ItaPurnamasari tiba-tiba terdengar muncul dikeramaian JFFF senja itu. Ada apa ya..? Apa ia memberi kejutan tuk pengunjung JFFF ? Ouw, rupanya ia mengisi acara di Yayasan Kanker Indonesia. Kebetulan acara tersebut juga berada diarea yang sama dengan areanya JFFF. Dan pada kesempatan tersebut,  ia menghibur tamu undangan dengan suara emasnya.  Sementara pengiring musiknya adalah Dwiki Darmawan & Friends. Pengunjung JFFF yang sedang meramaikan area tersebut pun langsung menoleh ke arah panggung, bahkan tak sedikit yang mendekat, karena ingin melihat penampilan Ita dan suami. 

 Album "Cintaku Padamu".Sbr foto;disini
Ada beberapa lagu yang dinyanyikan wanita cantik ini. Cintaku Padamu, salah satu lagu ngehits dan ngehots di era 90-an, ia bawakan dengan sempurna disenja merangkak malam itu. Suaranya tak berubah, sama seperti kalau kita mendengarkan kasetnya. 

Eh, jaman dulu, pita musik /suara masih berbentuk kaset ya. Dan saya punya lo kasetnya, hahahha. //penggemarsejati. Meski medok Suroboyonya masih kerasa ketika ia berbicara. Tapi, yo ora opo-opo toh, itulah ciri khas Mbak Ita.  
Sayangnya, ketika saya ingin mengabadikan moment tersebut... ups…kamera digital saya menangkapnya kabur/blur. Mungkin karena terlalu jauh objeknya, selain itu baterai kamera saya juga agak lemot, jadi gambarnya gak maksimal. Begitu juga dengan kamera Tab-nya si Wydia, yang juga menangkap blur pertunjukan suami istri itu dipanggung. Hiks.... Jadi, fotonya terpaksa tak bisa saya publish diblog ini. Gak layak euy, malu dong nampillinnya, hehehe.. 

Gak papa, deh, yang penting saya senang sekali bisa bertemu dengan salah satu artis idola saya ditengah kemeriahan JFFF sore itu. Meski sebelumnya, saya pernah berkomunikasi dengan artis cantik ini, tapi hanya lewat sambungan telephone.

Komunikasi pertama bersama doi, ketika di tahun 2007 lalu, saya janjian untuk wawancara bersama dengan suaminya dan meliput tentang kegiatan atau keseharian keluarga mereka. Namun sayang, waktu tak bisa diajak kompromi. Setiap janjian, selalu bertabrakan dengan agenda kegiatannya yang lain. Jadi, yah.. gak tercapailah ketemu pasangan musisi itu secara langsung.

Ita Purnamasari masa kini. Sbr foto:disini
Dan komunikasi kedua terjadi ditahun 2011. Waktu itu saya diminta oleh atasan saya agar menghubungi beberapa artis atau tokoh, untuk meminta ucapan selamat ulang tahun kepada Jakarta, dan apa yang membuat mereka bangga dan senang tinggal di Ibukota ini. Nah, dari beberapa selebiritis atau tokoh tanah air, salahsatunya wanita manis ini yang saya hubungi untuk mendengarkan pendapatnya.


Dan jawaban manisnya yang ramah itu, telah dinaikkan dimedia tempat saya bekerja, sesaat setelah saya menghubunginya. Sambutannya ramah sekali lo, ketika ditelpon. Tidak dengan nada menghindar, sok sibuk atau menolak dengan banyak alasan, seperti yang sering dilakukan oleh artis papan gilesan eh papan atas Ibukota. Berinteraksi dengannya juga menyenangkan. Yauw, meski cuma berbincang lewat telephone, namun itu aja sudah membuat saya merasa bahagiaaaaa... Apalagi ketemu sama orangnya langsung, ya, hehehe..

So, waktu ngeliat doi di JFFF. Gak mungkin dong kalau saya langsung mendekatinya, dan bilang, “ Hai Mba Ita, saya Eka. Itu lo, yang pernah nelpon mbak Ita dua kali lo tempo hari.. waktu ini dan waktu itu"....So...???? Apakah dia masih mengingat telpon dari saya? 
 
Ya, udah gak ingetlah pastinya. Karena terlalu banyak orang-orang atau wartawan lain yang menelpon doi untuk wawancara atau keperluan lainnya. Jadi, konyol aja kalau saya secara kepedean menghampirinya dan bilang seperti itu tadi, hanya demi supaya dia mau akrab sama saya…hahaha....
Yach...
Cukuplah dengan melihat wajahnya dengan jarak 3 meter, dan mendengar alunan suaranya secara langsung, itu sudah buat saya terkenang-kenang sampai sekarang.  Meski, ia sekarang gak eksis lagi didunia tarik suara. Namun siapa sih yang sudah lupa dengan Ita Purnamasari? Rasanya tak ada. Apalagi untuk anda yang udah brojol di tahun 80-an, hihihihih....

Bergaya disampul Album.Sbr foto;disini
Ya, menginjak tahun 90-an, nama Ita Purnamasari cukup terkenal dengan lagunya yang booming seperti Cintaku Padamu, Penari Ular, Izinkanlah dan sebagainya. Ketika itu saya masih SMP dan SMU lah ya. Jadi masih unyu-unyu...hihihi..  Namanya anak ABG, yang lagi doyan-doyannya lagu cinta, jadi senang sekali ketika lagi asyik-asyiknya mendengar radio, eh, tiba-tiba ada laguya Ita diputer oleh sang penyiar.

Atau ketika nonton TV, yang dulunya cuma ada TVRI doang, pas acara Album Minggu, atau Kamera Ria, eh muncul video klipnya Ita. Wah, bisa dipantengin tuh, gak berkedip, xixixixi..
Dan sampai sekarang lagunya-lagunya masih terngiang-ngiang dan tersimpan di memori otakku. Ah....  

Ita Purnamasari dan Tiga Dara


Ehm,...
Ngomongin Ita Purnamasari, jadi inget sama Tiga Dara.
Tau kan siapa saja personilnya?  Yup, si pemilik wajah tak pernah menua, Paramitha Rusadi, dan cewek tomboy yang energik Silvana Herman. Mereka bertiga sangat cucok dimata saya. Wajah dan penampilan mereka semuanya enak dilihat. Jadi, kalau disatukan menjadi grup, ya memang bergelayut nyambung, heheh...

Ya, persahabatan memang bisa memungkinkan banyak hal, termasuk membentuk sebuah kelompok vokal. Itulah yang terjadi pada tiga wanita cantik ini. Kekompakan mereka dalam pertemanan berlanjut dalam trio yang mereka bentuk bernama TIGA DARA. Apalagi, mereka bertiga bernaung dalam label yang sama sehingga memudahkan mereka untuk berkolaborasi.

Yaay! Tiga Dara euy! Sbr foto;disini
Album NONA MANIS pada tahun 1990 adalah mini album yang mereka rilis sebagai tanda persahabatan mereka. Perbedaan warna musik yang mereka usung sebelumnya disatukan dalam warna pop disko yang saat itu memang sedang trend.

Lagu andalan Nona Manis sendiri sebenarnya adalah gabungan dari beberapa lagu daerah seperti Nona Manis, Rasa Sayange, Pok Ame- Ame, Tak Tong Tong, Tokecang, Ampar Ampar Pisang dan Yamko Rambe Yamko yang dirangkai dengan lirik baru yang ditulis Areng widodo. Didukung oleh visualisasi videoklip yang catchy, lagu ini jadi banyak disuka dan menjadi hits. 
 
Satu bukti bahwa persahabatan memang bisa memungkinkan banyak hal, termasuk menghasilkan album laris. Album Nona Manis ini laris manis dan berhasil mendapatkan Basf Award, sebuah penghargaan bergengsi dimasa itu.

Tidak menunggu lama, album kedua mereka di tahun 1991 dirilis dengan judul Malam Minggu, masih mengusung genre pop disko yang memang saat itu sedang booming. Namun, mereka sempat vakum, dan akhirnya sepakat membuat album dengan biaya mereka sendiri dibawah bendera Tiga Dara Production. Albumnya berjudul Hanya Cinta, dirilis tahun 1993. Kalau di album pertama mereka mengandalkan lagu upbeat, maka kali ini mereka mencoba warna baru. Lagu Hanya Cinta yang mellow dilempar sebagai single andalan, dan cukup bagus diterima pasar. Mungkin karena lagu ini diciptakan oleh hitsmaker saat itu, Younky Soewarno.

Tapi sekarang…
Ah, kemana mereka bertiga ini..???
Kalau Paramitha Rusadi, ditahun 2000-an, masih eksislah bermain sinetron, pun halnya dengan Silvana Herman, yang juga masih menghiasi layar TV dengan aktingnya.

Cantiknya  Wanita satu ini..Sbr foto;disini
Namun, kalau si wanita yang bertahi lalat dibawah mata itu, gak pernah terlihat main sinetron atau nyanyi di TV. Entah sedang tak ada job, atau emang orangnya yang tidak mau ambil kerjaan, karena sibuk mengurus rumah tangga mungkin ya, hehehe,. 

Nah, setelah Paramitha menikah dengan si bule, yang kabar terakhir terdengar sudah pisah rumah, kinipun .. adik Ully Sigar rusadi ini, tak terdengar lagi kabarnya, boro-boro tampil di TV. Pun, dengan Silvana Herman, tak terdengar beritanya.
Dalam hati, kadang bertanya: "Sebenarnya, apakah mereka bertiga ini masih sahabatan atau sering kontak- kontakan gak sih?"

Eh, pertanyaan saya terjawab sudah, ketika melihat penampakan mereka bertiga. Bukan melihat langsung sih, tapi melihat foto-foto mereka beredar di internet karena terlihat kompak dan dateng bareng di konsernya Jennifer Lovez J.Lo beberapa waktu lalu di Jakarta. Dari berita dan foto yang saya dapatkan di kapanlagi.com, baju merekapun kompakan, warna abu-abu dengan bling-bling yang sama. Wah, luar biasa tiga wanita ini, ya. Walau mereka tak eksis lagi didunia hiburan, namun masih menunjukkan persahabatan dan kekompakan mereka yang pernah terjalin dimasa lalu itu.
Lihatlah gaya Tiga Dara, gak kalah sama ABG, tetep Trendy & gaul habess!!
 
Ah, kangen euy ngeliat mereka tampil sepanggung lagi. Nyanyi Tokecang, Dara Manis dan Hanya Cinta. Mereka bertiga ini cantik, sexy dan menawan semua . 

Semoga suatu saat nanti mereka bikin kejutan tuk penggemarnya, dengan tampil bertiga di acara TV atau diacara-acara lainnya.
Ah, Kangen sama Tiga Dara..........
Gara-gara ketemu Ita Purnamasari....
Tiga Dara, masih menawan..!!

Sumber :
-dengerin-lagu.blogspot.com www.kapanlagi.com
-http://www.radiomenarafm.com/home/25-artikel/626-3-dara-perbedaan-warna-yang-menyatu-dalam-pop-disko.html
-kapanlagi.com


Ketemu Jajanan Jadoel di Kampung Tempoe Doeloe


( Kangen  Jajanan Jadoel yang Langka )

Aw, sungguh senang rasanya ketika melihat  jajanan masa lalu khas sunda dan juga khas beberapa daerah di Indonesia ini bergelimangan  disatu tempat yang sama. 

Teringat masa kecil...,

Teringat jajan di warung kecil...

Dulu,.....

Belum ada mini market tentunya. Warung kecil, zaman itu hidup sekali dan menjadi tumpuan perkonomian rakyat kecil.  

Meski bentuknya kecil dan tak luas, namun lengkap menjajakan cemilan-cemilan anak-anak dan bahan pokok rumah tangga. Dari beras, gula,minyak sayur, sampai ciki-cikian.

Ragam jajanan Sunda tempo Dulu


Oh....jajanan jadoeeeell
Ragam  jajanan
Ada yang cemilannya dibungkus rokok-rokokan. Ada sagon yang berbungkus kertas minyak warna bendera Indonesia merah putih. 

Masih ingat, kah?

Ada juga gula merah yang dikeraskan, yang diberi nama permen kayu. 

Eh, ada  telor cecak juga loh.. Ini salah satu jajanan masa kecil yang sering saya cemil, hehehe. Dulu harganya  Cuma 25 perak sebungkus kecil, hihihi.. Sekarang... mana ada lagi nilai 25 rupiah, hehehe...

Nah, di area jajanan kampung tempo dulu ini, saya bisa melihat kembali kehadiran cemilan masa kecil dulu, seperti yang saya sebutkan diatas. 

Harganya juga murah meriah, euy. Dari seribu hingga paling mahal sepuluh ribu rupiah persatu jenis jajanan. Dan nominal harganya tertera diuang kertas jadul yang dipasangkan diwadah makanan dengan menggunakan lidi.

Uang kertas menempel di lidi, penanda harga
So, jika kertas yang dipajangkan 3 lembar dengan nominal seribuan per lembarnya, misalnya, itu artinya harga jajanan yang dihidangkan adalah  tiga ribu rupiah per satu bungkus.. 

Uniklah ya pokoknya. Saya  juga jadi kangen melihat uang-uang kertas jaman dulu itu.

Di jajanan kampung tempo dulu ala Sunda ini, yang tempatnya strategis dan berada ditengah area food festival, saya mencicipi  mi kering rasa pedas dan permen kayu. 


Nah, permen kayu ini, bentuknya memang seperti ranting atau cabang kayu yang kecil dan pendek. Panjangnya sekitar 10-15 cm. Karena namanya permen kayu, jadi ya warnanya coklat, kayak kayu, hehehe..

Permen kayu
Telor cicak
Ehm..pas masukin dimulut, pengennya sih langsung dikenyot... tapi…., wualalah keras banget euy!! Memerlukan tenaga yang cukup juat tuk mematahkannya supaya bisa dikunyah, hihihi.. Untunglah gigiku  gigi popsedan, jadi  kuat menghadapi rintangan, hahaha...

Menurut si abang penjualnya permen ini terbuat dari gula merah yang dikeraskan.  Makanya saya tertarik tuk membelinya, karena dimasa kecil sampai sekarang saya suka ngemut gula merah. Cuma, saya gak nyangka akan sekeras itu. Hihih.. 

Tapi…. perasaan...dulu waktu saya suka memintal-mintal gula merah, hingga  menjadi keras, seingatku gak sampe harus menggigitnya dengan extra kekeuh deh. Lah, kok ini keras banget ya. Tapi, ya sudahlah, ciptaan orang beda-beda kok, hehehe.,, oh ya, selain permen kayu, ada juga cemilan-cemilah hisap lainnya yang berbentuk unik, seperti yang saya pegang pada gamabr dibawah ini...Ah, saya serasa kembali ke masa unyu-unyu deh, ...

..
Memegang permen jadul

Wah, pokoknya kalau anda bertandang kesana…...semuanya komplit–plit lo. Banyak sekali jajajan yang ngangenin yang bisa mengembalikan kita kemasa lalu. Selain yang sudah pernah saya rasakan dimasa kecil, ada juga yang belum pernah saya lihat, dengan nama jajanan yang unik.


Nah, jajanan yang berada di stand unik nan cantik khas Sunda ini, hadir di Kampung Tempoe Doeloe, Lapiaza, Kelapa Gading, pada acara Jakarta Fashion & Food Festival atau JFFF.  Tau dong, kalau JFFF ini dihadirkan setahun sekali dalam rangka memeriahkan atau menyambut HUT Jakarta yang jatuh pada bulan Juni nanti.


Jajanan nasi dan laukpauknya








Pedagang pempek

Yaay! Karena setahun sekali itulah, makanya warga Jakarta tumpek blek memadati arena jualan beraneka ragam jenis makanan  yang cukup luas itu.  

Dari desert, cemilan martabak, ragam sate, pempek, roti es goyang , es roti bakar, kerak telor, somay hingga  nasi beserta lauk pauknya..dan masih banyak lagi..

Pokoknya puas deh jajal dan jajaninya, hehehe...


Saya memegang uang kertas ala JFFF
Asalkan,..... kita udah menukar dulu uang asli kita dengan uang kertas ala jajanan Kampung Tempo Doeloe,   diloket-loket penukaran yang disediakan disela-sela stand masakan-masakan enak itu.

Dua kali saya main kesini selama ajang ini berlangsung, dan hanya menukar 50 ribu rupiah saja setiap kali bertandang. Hihihi...hemat cuy… Lagian, saya berdua teman juga kesana. Jadi kita bisa saling mencicipi aja. Dia beli itu, saya beli ini, ya.. saling share aja, hahahhah…biasalah otak emak-emak eh..calon emak-emak ding, xixixixi…

Nah, kali kedua saya bertandang keajang satu tahunan ini, kebetulan adalah hari terakhir pelaksanaan JFFF berlangsung. Yup, tanggal 26 Mei kemarin tepatnya. Meski itu adalah hari pamungkas, tapi ramenya masih full, cuy..!!… 

Apalagi, itu adalah hari minggu yang memang hari libur, jadi masyarakat benar-benar memanfaatkannya liburannya untuk berburu  hidangan khas tempo dulu.


Pengunjung penuhi tempat duduk yang disediakan


Tak jarang diantara pengunjung membawa satu keluarga  untuk makan malam atau mencicipi ratusan jenis makanan yang sudah langka dipasaran.

Kenapa saya katakan langka?

Nah, saya sempat bertanya pada salah satu pedagang roti es bakar yang sedang membolak balikkan roti yang ada dialat pembakaran. "Kalau sehari-hari diluar dari ajang JFFF ini,  jualan roti es bakar dimana, mas ?" Eh, mereka menjawab kalau mereka jualan jajajan ini hanya ketika di acara JFFF saja. Kalau hari biasa mereka kerja direstoran, yang bukan berjualan apa yang mereka hadirkan saat itu,..Oh....


Es roti bakar yg bikin ngiler..eehmm..
Jadi, memang para produsen memanfaatkan moment  tersebut untuk menjual hidangan yang jarang ditemui orang masa kini. Karena semakin jarang, semakin orang penasaran untuk mencobanya. dan tentu merasa rugi juga kalau tak mencicipi hidangan yang jarang ditemukan itu. Iya kan?.. hehehe..

Sayapun begitu, rela beli makanan yang sebenarnya tak terlalu saya suka. Tapi, berhubung jarang nemuinnya, ya udahlah dikonyel aja, sembari mengingat masa kecil dulu, hihihih...


Saya, melihat es goyang! Yuk goyaaang!

Ehmm, disamping es roti bakar, ada es goyang pula, lo. Dari namanya aja udah ketahuan ya, kalau es ini ya emang harus selalu digoyang-goyang gerobaknya sama si mas penjualnya, supaya es yang ditaruh dalam wadah alumunium/stainleesnya gak cair.

Jadi, ya harus tahan capek aja yang jualan, karena selain melayani pembeli, juga tetap harus mengeluarkan tenaga tuk bergoyang ria bersama gerobak esnya, hahahha.... iiiihh lucu deh...

Masih diarea yang berdekatan,  selain beragam jenis jajanan es, berbagai jenis sate, somay, tahu-tahuan  juga turut meramaikan acara meriah tersebut. 

Pokoknya ratusan jenis makanan deh  ada. Tinggal pilih aja, bro!


Pedagang Kerak telor
Nah, untuk yang kangen atau jarang menemukan kerak telor, yang biasanya cuma hadir ketika ada event-event tertentu saja, muncul juga, lo, ..Ya,.dagangan khas Betawi itu nyelip diantara stand-stand dagangan lainnya. 

Roti Buaya jumbo, 1 meter-an
Eh, roti buaya juga ada, lo. 

Busyet dah, ini roti kayaknya ukuran roti buaya jumbo banget deh. panjangnya sekitar 1 meteran deh.

Eh,.. ketika saya dekati, duh, sayang.... satu diantara beberapa "buaya jumbo" yang dipajang disana, ada yang bagian ekornya patah. Ehm..ini ada yang iseng matahinnya, atau emang sengaja mau nyicip ekornya doang? hahahhaha... 

Kasihan dong, ah buayanya...Ntar nangis, lo dia, hihihih.....

Nah, roti buaya ini, juga termasuk roti ciri khas betawi,lo....Terutama, jika ada acara pernikahan yang mengusung adat Betawi, pasti tak pernah meninggalkan roti buaya.

Eh, ada cerita soal roti buaya ini, yang saya ambil dari kompas.com.
  
Pedagang roti buaya
Biasanya roti yang memiliki panjang sekitar 50 sentimeter ini dibawa oleh mempelai pengantin laki-laki pada acara serah-serahan.

Selain roti buaya, mempelai pengantin laki-laki juga memberikan uang mahar, perhiasan, kain, baju kebaya, selop, alat kecantikan, serta beberapa peralatan rumah tangga.
 
Pegang ekor buaya yg patah. Kasihan!
Dari sejumlah barang yang diserahkan tersebut, roti buaya menempati posisi terpenting. Bahkan, bisa dibilang hukumnya wajib. Sebab, roti ini memiliki makna tersendiri bagi warga Betawi, yakni sebagai ungkapan kesetiaan pasangan yang menikah untuk sehidup-semati.

Konon, adanya roti buaya ini, terinspirasi perilaku buaya yang hanya kawin sekali sepanjang hidupnya. Dan masyarakat Betawi meyakini hal itu secara turun temurun.

Selain terinspirasi perilaku buaya, simbol kesetiaan yang diwujudkan dalam sebuah makanan berbentuk roti itu juga memiliki makna khusus. 


Menurut keyakinan masyarakat Betawi, roti juga menjadi simbol kemampanan ekonomi. Dengan maksud, selain bisa saling setia, pasangan yang menikah juga memiliki masa depan yang lebih baik dan bisa hidup mapan. 
Ramainya JFFF
Semakin hari menjelang malam, semakin rame itu tempat ya. Tempat duduk yang disedikan untuk para konsumen yang ingin makan ditempat pun, penuh! Banyak yang berdiri karena gak kebagian euy. Ada yang linglung dan tingak tinguk kalau-kalau ada menemukan kursi yang kosong, hahahah....

Begitupun saya dan Wydia, teman setia yang selalu menemaniku, yang tak kebagian tempat duduk . Akhirnya kita memilih ngumpet makan dibelakang Star Buck. Duduk di semen tamannya, bukan di bangku, hihihi. Yah, mau gimana lagi? Daripada makan berdiri, mending lengseran, meski bukan ditempat duduk yang semestinya, hehehe...Lagipula, kita yang kurang lebih satu jam yang sangat menikmati dan mengitari moment ini, pasti capek, dong! Jadi, ya emang harus beristirahat sebentar.

Martabak mini
Ditempat duduk yang tersembunyi itu, kami menikmati makanan yang kami beli ketika berkeliling JFFF yang padat itu.

Kami menikmati tahu kuah, makanan khas Suroboyo,(yang gak terlalu enak), cemilan apem, es kacang merah, pempek, yang kurang nampar dan agak aneh rasa cukanya 

Begitu juga dengan dan martabak manis mini, yang tampilannya begitu aduhai,tapi rasanya kurang nendang,euy! Cuma, karena tergoda sama bentuknya yang menawan, dengan isi yang bergelimpangan coklat dan keju,  jadi dibeli deh...

Eh, tau gak.....

Disela-sela keramaian manusia yang memadati JFFF, ada sosok artis yang wajahnya sangat familiar sekali., tiba-tiba muncul bersama suaminya, yang juga seorang musisi. Duh, cantiknya dia...Anggun sekali. So, doi menjadi pusat perhatian siapapun yang melihatnya. Yah..namanya juga artis, apalagi kalau muncul ditempat keramaian ya... pasti orang pada berbisik-bisik, termasuk saya, hehehe. Nah, pengen tau siapa yang saya lihat disela-sela padatnya JFFF sore itu? Sila intip disini ya...

Eh, kita juga mampir ke standnya  Wine and Cheese, lo!

Didepan pintu masuk Wine & Cheese

Situasi Indoor Wine & cheese

Berbeda dengan ragam makanan jadi atau siap saji yang berada dilokasi out door, nah, kalau ingin mencicipi cita rasa Wine and Cheese, lokasinya ada diindoor. Jadi lebih terlindungi dari panas dan hujan yang kalau tiba-tiba datang.

Pengunjung sedang mencicipi keju leleh
Duh, setiap sample dari stand cheese atau keju yang kami cicipi,semua rasanya nikmat, euy! Pengen dibeli semuaaaaa....!!!  Ada keju rasa kari, rasa berry dan lain-lain. Banyak banget deh.

Ada keju yang dihadirkan meleleh diputaran  wadahnya (seperti terlihat di gambar sebelah ), ada juga keju yang dicampur apa gitu ya, pokoknya beraneka ragam deh. Selama ini saya kira keju itu cuma satu rasa doang, ternyata..ouw..banyak juga ya variasi rasanya..hehehe...


Winenya juga beragam. Tinggal dipilah pilih aja mana yang sesuai selera. Ada yang impor, atau yang lokal, ada disana.


  
Ragam wine di JFFF

Suasana salah satu stand

 
Nah, di Stand yang luas dan rapi ini, saya dan Wydia membeli es cream ala Turki, yang pekat, liat dan kental. Saking liatnya,  ketika posisi itu es krim dibalik,  gak tumpah lo. Esnya tetep nempel dicone-nya, lo!

Nah, kenapa bisa terbalik?
Es Krim terbalik, gak tumpah euy!

Ya, saya dikerjaain sama si Abang Bule Turki yang bertugas menyuapi es krim ke wadahnya. Ketika es itu hendak saya ambil dari tangannya, eh... sang master Turki itu dengan sengaja membalikkan es krim yang hendak saya ambil dari tanganya. Histerislah saya. Kaget!! Kirain tumpah. Gak taunya..owalah...., itu es krimnya tetap nempel di conenya.! 

Ups..malu deh..

Hemmm... si abang Turki yang ganteng dan dingin itu...rupanya sengaja mau ngerjain setiap pembeli, termasuk saya. 

Biasa....buat nunjukin kalau itu es krim bener-bener asli dan gak encer. Terbukti setelah saya, ada juga ibu- ibu yang di kerjain dengan hal yang sama. Teriakan pun muncul dari suara si Ibu. Dan,... lagi-lagi.... ekpresi wajah sipenjual es krim ini, lempeeeeeng aja. Gak ada dia tersenyum ataupun ketawa ngeliat pembelinya yang histeris dengan jantung yang mau copot itu, hahahha.....

Eits, sembari saya menikmati es krim yang gak terlalu dahsyat juga sih rasanya, ...saya juga mencuri-curi kesempatan tuk memperhatikan wajah tampan si Bule Turki ini. Semakin dia diam, semakin penasaran euy. Dalam hati,.. lumayan ganteng nih si cowok jahil..., hihihiih…

Nih, dia, si ganteng Turki yang jahil!
Sayangnya untuk fashion festival, yang saya kira ada juga pamerannya di  stand yang satu area dengan jajanan tempo dulu itu. 

Ternyata ketika saya bertanya pada salah satu security dan petugas ala hansip di kampung tempo dulu itu mengatakan, kalau pertunjukan fashion hanya sesekali saja dipertunjukkan di catwalk yang menghadap ke restoran lapiaza. So, kalau sedang tak ada pagelaran  fashion, ya  tempat penjualan fashionnya tetap didalam  mall kelapa gading . Alias tempat jualan baju-baju seperti biasanya.. Duh..
 

Jadi, yang memeriahkan JFFF sebenernya, kalau menurut saya, ya cuma jajanan khas jadulnya aja. Hanya street food doang yang terpampang nyata, gak pake Fashion !!! #Kesal..


Melihat-lihat stand Sunda yang cantik, dekat pintu masuk


Pose disalah satu sudut area jajanan JFFF


Acara ini sudah belangsung sejak tanggal 9 Mei 2013 lalu, jadi cuma sekitar 2 mingguan saja.
Perhelatan kali ini merupakan yang kesepuluh sejak pertama kali digelar tahun 2004. Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) merupakan perayaan mode dan kuliner tahunan yang berupaya mengangkat reputasi Jakarta sebagai pusat mode dan belanja. Acara ini juga berupaya memajukan industri kuliner dan boga Tanah Air.

Nah, kalau untuk  Kampoeng Tempo Doeloe yang menampilkan aneka makanan, diisi sekitar 80 stan dengan 100 makanan yang seluruhnya merupakan usaha kecil menengah di bidang kuliner.

Yauw...asyiklah ya pagelarannya menurut saya. Mudah-mudahan di tahun depan lebih banyak lagi jajanan yang dihidangkan. Dan stand fashionpun mudah-mudahn bisa dibuat khusus di out door juga, biar lebih seru dan rame. 

Sampai jumpa di Jakarta Fashion and Food Festival tahun 2014, ya.....

Wew,...Sedang transaksi!

Sbr Gbr:

Koleksi Pribadi