Sharing Bermutu Ala 9 Summers 10 Autumns


"Kita tidak bisa memilih masa kecil kita, tapi masa depan itu, kita yang menentukannya"   
Iwan Setyawan

"Siapa bilang hidup itu Indah. Hidup itu penuh liku dan perjuangan !" 

Kalimat diatas, meluncur dari suara seorang pria yang penuh inspirasi, dalam acara sharing 9 Summer 10 Autumns. Sebuah judul Novel karya pria hebat, Iwan Setyawan, yang pernah bekerja di Nielsen New York. Novel ini menceritakan tentang kehidupan seorang anak sopir angkot. Mulai dari ketika ia melalui masa- masa sulit, hingga bisa meraih kesuksesan dalam pekerjaannya hingga menghantarkannya ke kota besar, New York, USA.


Nah, karena novel ini laris manis dipasaran bahkan lebih dari 5 kali cetak ulang, serta memiliki cerita yang kuat dan inspiratif, maka tergiurlah para pekerja seni tuk menggangkat cerita yang ada dalam Novel ini kelayar lebar, dengan judul yang sama yaitu "9 Summers 10 Autumns".

Ya, Film yang mengangkat tentang true story seorang anak sopir angkot yang ternyata sukses menjadi bos di AS, sudah diproduksi sejak tahun 2012 kemarin. Syuting dan set, sesuai cerita aslinya, di Batu, Malang, Bogor, Jakarta, dan tentu saja di New York.
 
Film ini diramu oleh sutradara Terbaik dari  Festival Film Indonesia Tahun  2011, Ifa Isfansyah. Sedangkan rangkaian alur cerita ditulis Fajar Nugros beserta penulis novelnya sendiri, Iwan Setyawan.

Nah, karena film ini akan segara tayang di bulan April 2013 ini, maka para fans yang tergabung dalam twitter/Facebooknya 9S10A, termasuk saya, ikut diundang ke acara yang bertajuk "Sharing" ini di sebuah cafe yang ada di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan. Tentu yang menjadi bintang utamanya diacara tersebut adalah sang penulis buku dong. Siapa lagi kalau bukan Iwan Setyawan, yang sekaligus 'memandu acara yang dihadiri sekitar 30 orang Keluarga Apel (sebutan untuk fans/ kerabat 9S10A) itu.

 Ehm, saya jelaskan sedikit, kenapa disebut Keluarga Apel...

Dua Buah Gambar Apel, saling bercerita
Ya, sesuai dengan Tag Line buku/ film ini ; Dari Kota Apel ke The Big Apple. Yang maksudnya, berasal dari Kota Apel (Malang) hingga sampai ke Apel (kota) besar, New York. 

Selain itu, buku inipun, berilustrasikan dua buah gambar Apel, yang didalam apel itu sendiri, ada ilustrasi yang bergambar suasana pedesaan kota Batu, dan buah apel yang satunya lagi, berilustrasi Kota New York dengan patung Libertynya. Nah, karena tlah 'menyatu' dengan Apel, mungkin inilah alasan kru 9S10A, menyebut fansnya sebagai Keluarga Apel. Tapi bagus tuh menurut saya. Sebuah nama komunitas yang unik. hehehe...

Nah, jadi.....

Ketika mendapat undangan untuk kopi darat bertajuk "Sharing" ini, saya pikir, pasti acaranya akan berisi promosi habis-habisan tentang film yang akan segera diluncurkan tak lama lagi itu. 
 
Pasti Bung Iwan, akan mengekplor habis kisah di film ini, agar kita tertarik tuk menontonnya.

Atau, (masih dalam pikiran saya), kru film matian-matian akan merayu para tamu yang hadir untuk 'menghipnotis' para undangan, supaya meluangkan waktunya dan mengajak sebanyak-banyaknya teman untuk menonton film bermutu ini. 
 
Itulah pikiran saya, sebelum datang dan bergumul dicara 'Sharing' tersebut.

Dam masih banyak lagi dugaan-dugaan lainnya yang saya tebak ketika melangkah menuju Hotel Grand Kemang, di hari Minggu pertama bulan Februari itu. 

Siang itu langit Jakarta tampak mendung, sempat membuat saya takut kalau-kalau hujan deras datang tanpa permisi. Alamak, bisa basah kuyup dan lunturlah make up mahalku, hihihi..Untunglah itu tidak terjadi. 

Dengan rasa bahagia saya tetap melangkahkan diri menuju ke daerah kemang. Penasaran juga, seperti apa "penjelasan" mengenai film yang dibintangi oleh aktor dan aktris Indonesia yang senior dan keren itu.
Setelah saya bergumul di acara itu. Rupanya, apa yang ada dibenak saya, ternyata salah besar. Acara 'Sharing' ini, adalah benar-benar acara sharing yang sesungguhnya. Alias berbagi kisah pengalaman hidup, yang bisa diambil hikmah dan menjadi motivasi untuk sesama yang hadir di dalam ruangan eksklusif itu.

Bung Iwan, ketika sharing kepada Keluarga Apel
 
Bung Iwan, sang penulis buku yang mengangkat kisah nyatanya sendiri, justru nyaris tak menceritakan tentang kehidupan masa-masa sulitnya. Ia bahkan berkata "Saya tak mau, kalau film ini dianggap mengekplor tentang kemiskinan. Saya tak mau, orang berfikir bahwa sukses itu harus ke New York ". Itulah yang dia ungkapkan, sebelum Keluarga Apel diberi suguhan Trailer Film 9 Summer 10 Autumns, yang berdurasi tak lebih dari 2 menit itu.

Keluarga Apel serius menyimak trailer film 9S10A 

Pada kesempatan itu, Bung Iwan yang tahun ini memasuki usia 39, justru sibuk menceritakan banyak kisah inspiratif orang lain yang perjuangannya kurang lebih serupa dengan dirinya. 

Salah satunya ia bercerita tentang seorang wanita, yang dulunya hanya penjual kain biasa, namun karena kejeliannya memanfaatkan peluang dan pandai menembak sasaran, kini justru berjualan baju anti peluru. 

Wanita tersebut, kini tlah menjadi orang kaya yang suskses dan bisa menyekolahkan anak-anaknya ketingkat yang lebih tinggi. Itu, adalah salah satu contoh bentuk perjuangan seorang Ibu yang otaknya terus berputar mencari cara agar bisa menghidupi dan menyekolahkan anak-anaknya.

Dari cerita diatas, mungkin petikan kalimat Bung Iwan : "Mimpi kecil, kalau kita berhasil meraihnya, akan melahirkan mimpi- mimpi besar", memang benar adanya.

Suasana Sharing 9S10A, Seru dan Cetar !

Ia pun menyuruh kita agar jangan takut hidup susah untuk hidup bahagia.

Pepatah "Berakit-rakit kehulu, bersenang-senang kemudian!' berlaku di dunia ini,ya! Nah, pesan pria supel ini, setelah sukses, jangan lupa, berbagi dengan keluarga/teman yang lain. Karena, sukses atau kesuksesan akan garing jika dinikmati sendiri. Jangan pelit berbagi intinya.

"Bermimpilah yang besar, sah-sah saja. Karena, mimpi besar itu perlu. But the most important is the execution. ACT! Don't waste your ideas." Begitu prinsip Iwan.

Kurang lebih 30 menit ia bercerita tentang kisah inspiratif dan motivasi. Selama itu pula, tak henti-hentinya ia memberi support kepada semua yang hadir di ruangan agak sedikit remang-remang itu, hehehhe (Secara lampunya temaram, cin)

Beginilah gaya Bung Iwan, ketika berikan motivasi kpd Keluarga Apel
 
Pun, ketika ia memberi support kepada sopir taxi, yang kebetulan taxinya ia tumpangi. Ia mengatakan kepada sopir taxi bahwa ia seorang anak sopir angkot yang bla..bla..bla...dan kemudian berhasil menjadi bla..bla.bla... 

Sang sopirpun terkesima dengan ceritanya. Besoknya, sopir taxi itu mengirimkan tulisan tentang pengalamannya bertemu langsung dan mendengar cerita inspiratif Bung Iwan. Eh, ternyata sopir taxinya adalah seorang bloogger. Wow! sama dong kayak kita nih, hehehe..

Nah, meski Iwan bercerita penuh dengan keoptimisan, namun ada hal yang tak ia sukai dengan satu ungkapan yang sering diucapkan banyak orang tentang hidup. 

Bung Iwan, ketika di New York. Cool! !
Ehmm, ungkapan apa tuh? 
 
Nah, pernah mendengar ada orang yang sering bilang" Hidup itu Indah'? 
Bung Iwan tak setuju rupanya dengan ungkapan itu.

Mengapa? 
 
Karena, Laki- laki yang bekerja di Nielsen New York sebagai data processing executive ini, merasa bahwa hidup itu banyak likunya. Baginya, Hidup indah hanya sekedar ungkapan omong kosong semata. 
Ehmmm, jadi kalau kita mau meng-indahkan hidup, kita harus berjuang untuk menutupi segala apa yang kita butuhkan. Tak harus materi, tapi lebih kepada spritual, kebahagiaan, motivasi, ilmu, pengalaman,dsb... yang akhirnya membuat hidup kita akan indah dengan sendirinya.


Keluarga Apel, serius mendengarkan inspirasi Bung Iwan.

Dipertengahan acara, setelah merasa cukup banyak berbagi bersama kami, Lulusan terbaik fakultas MIPA IPB 1997 dari Jurusan Statistika inipun mengajak para Keluarga Apel yang hadir disana, untuk ikut berbagi pengalaman hidup yang inspiratif. Berbagi pengalaman yang bisa memotivasi diri dan lingkungan sekitar, serta apa yang yang sekarang diimpikan, agar bisa bermanfaat untuk yang lain.

Satu persatu Keluarga Apel menyampaikan kisah-kisah inspiratif/ perjuangan hidupnya. Meski tak semua kebagian tuk berbicara karena keterbatasan waktu, termasuk saya yang akhirnya hanya menjadi pendengar sejati saja. Tak mengapa kok, hehehe.. Tapi ada beberapa kisah dari Keluarga Apel yang menyentuh hati saya.

Salah satu Keluarga Apel yang ikut sharing.
Salah satunya, pengakuan seorang remaja, berusia sekitar 22 tahunan, Duh, namanya saya lupa, hehehe yang mengaku bahwa ia seorang feminim, lebih cenderung mempunyai karakter kewanitaan,walau dia adalah laki-laki.

Namun, ia tak malu mengakuinya. Meski,di keluarga dan lingkungan sekitar, tentu ia sering menjadi ejekan atau disindir oleh orang-orang yang menganggapnya tak wajar. Namun, ia tak mundur dan patah arang. 

Bahkan, ia terus mengejar cita citanya tuk menjadi penyiar radio atau presenter TV, meski berkali-kali gagal mengikuti tes, dengan berbagai alasan. "Kata krunya sih, wajah saya kurang good looking atau kurang enak dilihat kalau dilayar", ujarnya sedih. Namun ia tak menyerah, dan berharap suatu saat nanti akan ada jalan dan kesempatan padanya tuk menjadi apa yang dia inginkan. 
 
Seorang gadis cantik berjilbab, juga bercerita. 
Dulu, ketika ia ingin menjadi seorang apoteker, banyak yang meremehkannya, namun, ia justru berhasil menggapainya. Dan yang membuatnya haru, rupanya ayahnya yang juga seorang apoteker, ternyata dulunya adalah seorang anak dari keluarga yang tidak mampu. Namun, ayahnya tak pernah bercerita tentang keluh kesah kesulitan yang ia hadapi. Setelah si anak gadisnya duduk di bangku SMU, sang Ayah baru bercerita. Nah, setelah berhasil menjadi Apoteker, gadis cantik ini punya satu cita-cita yang ingin dicapai, yaitu punyai apotek sendiri. Wow! Semoga berhasil sista.

Ada lagi yang berkisah, tentang perjuangannya membiayai kuliahnya sendiri, tanpa bantuan keluarga, karena orang tuanya tak mampu. Aduh, saya merasa malu deh. Ya, malu karena selama saya kuliah dulu, tinggal nyodorin tangan aja ke orang tua tuk minta duit semesteran atau keperluan lain tuk menunjang perkuliahan. Gak perlu susah-susah kerja. 

Mau beli buku, tinggal teriak aja. Mau ganti sepatu baru atau tas baru, tinggal ambil tas/ sepatu yang lama, trus dikasih liat sama bokap, bahwa sepatu kita udah jelek, trus dikasih deh. Nah, Sementara ada yang matian-matian berjuang dan berjibaku sendirian mencari uang, demi menutupi biaya kuliah yang tak murah itu. So, yang biaya kuliahnya masih ditanggung orang tua, masih ada yang suka malas- malasan buat kuliah???

Nah, kisah yang mengharukan juga, datang dari mahasiswa IPB ( Juniornya Bung Iwan nih, heheh ) Pria gagah ini, bercerita bagaimana sedihnya ia ketika pertama kali mendapat IPK di semester pertamanya, yang tak mencapai angka 3. 

Ia lantas menangis, bukan karena IPK nya yang jelek, tapi ia sedih karena melihat begitu banyaknya orang diluar sana yang ingin kuliah, namun tak mampu atau terkendala dana. Nah, ia yang justru mampu kuliah, kok tidak memanfaatkan waktu sebaik mungkin, hingga IPKnya dibawah 3. 

Sejak itu, ia berjanji akan belajar rajin dan tak main main dalam kuliahnya. Dan Alhamdullilah, berkat ketekunannya, di semester-semester selanjutnya ia mendapatkan IPK diatas 3. 

Duh, saya juga malu nih kalau ingat cerita ini, saya jadi ingat masa-masa kuliah dulu, yang kadang terlalu cuek dan gak rajin-rajin amat. Walaupun pernah sih dapet IPK yang oke, walau tak setiap semester, hikss.. 

Yach, kalau kita berkaca pada orang-orang yang tak mampu tuk mencicipi bangku perguruan tinggi, maka menyesallah bagi orang -orang yang mampu kuliah, tapi tak bisa memanfaatkannya dengan baik. Karena, bukan main perjuangan orang tua untuk mencari nafkah demi bisa menyekolahkan anaknya hingga bisa duduk di perguruan tinggi. Demi sang anak menggapai cita citanya. Seperti cita-cita yang berhasil direngkuh Bung Iwan, sampai ke Benua Amerika nun jauh disana. 

Syuting Film 9S10A di New York, berlatar patung Liberty

Nah, dalam kesempatan tersebut, tak hanya keluarga Apel saja yang sharing di sore yang cerah itu. Tapi, sang pemeran "Bapak" di film 9 Summer 10 Autumns, Alex Komang, ikut nimbrung sharing juga loh... 

Ehmm...dari awal melihatnya, saya terkesima melihat sosoknya yang penuh wibawa dan berkharisma ini, sangat cocok sekali memerankan karakter Bapaknya Bung Iwan. Tegas, berwibawa, dan pekerja keras.  

"Saya benci kalau melihat dia, karena saya pasti akan teringat sama bapak saya", begitu celutuk Bung Iwan, ketika melihat kehadiran Alex komang ditengah keluarga Apel, siang itu. Ya, bapaknya Bung Iwan, kebetulan memang baru saja berpulang menghadap sang khalik belum lama ini. Melihat Alex komang, ia jadi mengingat  sang Ayah yang telah jadi pahlawannya dan turut menghantar kesuksesannya hingga ke Negeri Super Power itu.


Alex Komang sedang Sharing bersama Keluarga Apel

Dalam sharingnya, Aktor senior ini bercerita, selama ia jadi aktor, bapaknya gak pernah menonton/ memuji film-film yang ia bintangi, hingga ia mendapatkan piala citra. Namun, itu tak menghalangi jalannya tuk mengibarkan sayap, sampai ia menjadi salah satu aktor kawakan yang patut diperhitungkan di Indonesia. Tambah kagum deh saya sama mas Alex Komang euy.
 
Dewi Irawan, yang berperan sebagai Ibu di film tersebut, pun ikut berbagi kisah hidupnya. Dimana di masa kecilnya, walau mereka berasal dari kalangan keluarga artis, namun tak sepenuhnya hidup mereka berjalan lancar dan mulus. Adakalanya, ketika sang adik Ria Irawan tak diantar jemput oleh orang tuanya ketika pergi sekolah seperti teman-temannya. Karena kedua orang tua mereka sibuk bekerja syuting film yang memakan waktu banyak, hingga tak sempat tuk mengantar anak-anak nya bersekolah.

Nah, Dewi Irawan ikut nimbrung sharing juga, lo.

Yah, acara yang berdurasi sekitar 3 jam itu, banyak melahirkan kisah kisah haru namun penuh motivasi tuk menjalaninya. Nah, ngomongin soal motivasi, kata bung Iwan, " Tak perlu membayar motivator untuk mememotivasi diri, tapi cukup dengan mendengar & melihat kisah hidup dan perjuangan orang-orang terdekat." !

Itulah beberapa penggalan motivasi, inspirasi dan kisah inspiratif yang ia bagikan di hari itu.

Ada lagi nih, cerita yang cukup menarik dan lucu, mengenai Novel 9 Summers 10 Autumns, yang merupakan novel perdananya Pria hebat ini. Suatu hari, ketika ia sedang berada dalam bus, ia melihat seorang anak muda sedang membaca buku tersebut. Lantas ia berteriak "Mas, itu buku (karangan) saya, lo. Kalau gak percaya mas coba lihat gambar belakangnya/ foto penulisnya. Persis kan dengan saya? ''

Iwan dan Ihsan. Gantengan Siapa coba?
Sang pembaca buku, hanya memasang wajah bengong dengan tatapan tak percaya pada Bung Iwan, hihihi..

Ya, gara -gara sebuah buku, bisa menghubungkan orang satu sama lain.

Gara -gara sebuah buku juga, bisa mengumpulkan banyak orang sore itu.
Orang-orang yang ingin berburu kisah special bersama sang penulis hebat, di dalam sebuah cafe yang uhuy, sore cerah itu.
 
Ehm...Saya jadi ingat, ditime line twitternya, pernah mentweet sebuah tulisan, yang kira kira begini bunyinya " Acara ini gratis, dan anda datang tak perlu membawa apa- apa. Tapi, setelah pulang, anda akan membawa oleh-oleh/ sesuatu!'

Saya pikir, yang dimaksud membawa sesuatu disini adalah oleh-oleh berupa goodybag. Jadi, ketika acaranya telah berakhir, saya sempat menantikan goodybag tersebut. "Kok, gak ada ya? Katanya, kalau pulang dari acara ini, pasti akan bawa sesuatu", dalam hati bertanya seperti itu. Namun, saya malu dong kalau beneran bertanya kepanitianya, hihihih...
 
Oh, saya baru ngeh, ternyata yang dimaksud dengan membawa sesuatu setelah acara berakhir itu adalah...hadiah untuk kepala dan jiwa kita yang telah bertambah wawasan, pengetahuan, pengalaman dan perjuangan hidup. Dan ini, tentu lebih berarti dan penting daripada sebuah goody bag atau cendera mata lainnya. 

Saya, sedang membaca Novel inspiratif
Yah, Sesuatu banget deh pokoknya. Sesuatu yang tak mungkin kami dapatkan ditempat lain, bahkan di bangku kuliah sekalipun. 

Acara ini menyentuh hati. Banyak wawasan yang bisa saya petik.

Makasih banyak atas udangan & sharingnya. Ini baru acara bermutu! Yang tak hanya pamer produk semata, tetapi lebih kepada berbagi kisah-kisah inspiratif dari beberapa orang yang telah berhasil melalui berbagai macam rintangan kesulitan.

Jika bisa meraih mimpi kecil, maka akan melahirkan mimpi-mimpi besar lainnya, seperti yang telah dicapai dan dibuktikan oleh pria yang telah merantau di negeri asing selama 10 tahun, melewati 9 musim panas dan 10 musim gugur.

Begitulah cara kru/management film berkualitas ini untuk merangkul hati penggemarnya. Cara yang tak biasa dan smart. Hati saya sudah digojlok-gojlok dengan kisah motivasi dan inspirasi yang kuat.

Tak sabar lagi menanti karya luar biasa yang akan hadir di depan mata kita nanti. Namun sayangnya, aktor yang menjadi bintang utama di karya keren ini, Ihsan Tarore, sang pemeran utama yang memerankan tokoh Iwan, tak menampakkan batang hidungnya sore itu. 


Ifa Isfansyah
Ihsan Tarore
Begitupun dengan sutradara hebat, Ifa Isfansyah, juga tak bisa bergabung bersama Keluarga Apel hari itu.. 

Padahal, saya pengen banget ketemu sama Ifa. Yah, siapa tau ketularan hebatnya, hehehhe. 


Tapi, untunglah ada Alex Komang dan Dewi Irawan, yang menjadi pelipur lara. Paling tidak dua artis senior ini mewakili para pemain Film 9S10A, yang tak semuanya bisa hadir diacara smart itu. 

Yaaayy! Keluarga Apel Jakarta, berfoto bersama usai mendapat tonjokan dari Bung Iwan. Adaaww, sakit euy!


So, setelah acara usai, saya memanfaatkan kesempatan tuk berfoto di bannernya film 9 Summer 10 Autumns. Termasuk, curi kesempatan berfoto bersama idolaku Alex Komang dan Dewi Irawan.


Saya, bersama Aktor hebat, Alex komang

Saya, bersama Wanita yang mempesona, Dewi Irawan


Nah, selanjutnya...tentu saya mengincar tuk berfoto bersama sang Bintang utama diacara cetar itu,dong, tentunya. Siapa lagi, kalau bukan Bung Iwan. Meski usai acara ia dikepung Keluarga Apel yang sibuk ingin berbincang lebih dalam lagi dengannya, ciieee.....ada yang mau minta petuah pribadi nih kayaknya..wkwkwkw... 

Ada juga yang berebut minta tandatangan beliau dibuku, di stiker ataupun di baju juga kali ye.. Namun, saya saya tetap menunggu beliau dengan sabar.
  
Bung Iwan, melayani keluarga Apel
Yup, ini adalah kesempatan kedua saya bertemu dengan pria penuh inspirasi ini, yang tak akan saya sia-siakan. Saya harus punya kenang-kenangan bersama beliau. Karena dulu, ketika pertemuan pertama saya dengan pria penyayang keluarga ini, saya tak sempat mengabadikan moment tersebut. 


Ya, setahun lalu, adalah pertemuan pertama saya dengannya, ketika ia bersedia meluangkan waktunya untuk Talkshow diacara 'Buka Buku' dimedia tempat saya bekerja, tentang novel perdananya 9 Summers 10 autumns. Nah, kebetulan, saya yang mewawancarai beliau ketika itu.

Yang menjadi produser acara "Buka Buku"  (yang kini justru sedang berada di New York tuk melanjutkan studi pasca Sarjananya), dia Bilang "Nanti yang akan kamu wawancarai adalah orang hebat, lo. Dia lama tinggal di New York, jadi bos lagi dia disana. Dan novel  yang akan kita bahas ini adalah kisah nyatanya sendiri."

Dalam hati saya, " Wow, keren sekali ni orang ya. Gugup gak ya saya kalau nanti ngobrol sama dia? Ehmm, pasti angkuh nih orangnya. Secara, dah lama tingga di New York gitu loh".
 
Tapi, justru,...duh, pertama kali melihat Bung Iwan ketika itu, gak ada kesan sombong, sok, atau apapun lah istilah serupa lainnya. Ia datang dan tampil apa  adanya. Dengan kemeja putih sederhana, celana jeans biru, dan sepatu khas lelaki. Simple ! Padahal dia Direktur perusahaan ternama lo, di New York lagi. Kalau melihat tampilannya sekilas, tak ada orang yang menyangka bahwa pria berperawakan imut ini adalah orang yang kaya akan pengalaman dan petualangan dan sangat diperhitungkan dalam pekerjaannya.

Berbincang satu jam dengannya, sungguh menyenangkan. Setiap pertanyaan saya, dia jawab penuh dengan keoptimisan dan selalu menghadirkan ajakan inspiratif. 

Bahkan, dibalik kepolosan wajahnya, ternyata ia seorang humoris. Buktinya, setiap ngborol ia selalu menyelipkan candaan. Saya rasa, karena sifatnya yang tak angkuh dan pembawaan apa adanya  inilah, yang menghantarkannya ke pintu kesuksesan.  Karena kesederhaanan dan rendah diri adalah pintu keabadian yang akan membuat kita disenangi oleh banyak orang. Setuju !?

Tapi, sayangnya.. ketika beliau mampir di kantor tempat saya berjibaku mencari rupiah, saya tak sempat alias lupa tuk berfoto bersama dengannya, hiks... Nah, ketika ada kesempatan bertemu tuk keduakalinya dengan beliau ini, saya tak akan menyia-nyiakan kesempatan tuk foto bareng. Dan akhirnya, bisa juga foto bareng bersama pria hebat satu ini. 

Nih dia nih fotonya.....cihuuyy!


Saya, bersama Iwan Setyawan. Mesra!

Walaupun, ketika bertemu tuk kedua kalinya diacara special kemarin, ternyata ia sudah tak mengenali saya lagi. Maklum, udah setahun yang lalu kita ketemunya. Wajah saya yang mirip Tamara Blezinsky inipun, tak lagi terekam dalam ingatannya. Ditambah lagi perubahan bentuk badan saya, yang dulunya subur nan tambun, eh ketika bertemu lagi dengan beliau, kini sudah rampung eh ramping. Jadi Bung Iwan pangling gimana gitu sama saya ya. Hehhehe. 

Tapi, setelah saya jelaskan, ia pun baru ngeh dan masih ingat sama saya yang sekarang sudah langsing dan sexy, hahahah...."Beda banget kamu", celetuknya. Iyalah Bung, secara muka udah tirus, dan sudah bisa pake baju sexy nan anggun. Tak seperti ketika badan masih bohay dulu, yang tak semua model baju bisa dipakai, hihihihiih.

Oh ya, satu lagi yang saya suka dari Bung Iwan. Meski sekarang ia sudah cukup terkenal dan punya nama, karena Novelnya dah banyak dibaca orang dan di film kan lagi, tapi ternyata penampilan nya tetap bersahaja lo. Baju kaos, dan jeans. Casual, dan simple, alias gak sok ngartis.  

Saya juga berfoto di bannernya film 9S10A

Aaahh....Berjuta rasa yang saya dapatkan bersama Keluarga Apel di hari itu.

Sukses deh, untuk bung Iwan dan kru, serta sukses juga untuk film 9 Summers 10 Autumns, yang beberapa bulan lagi akan hadir di layar bioskop seluruh Indonesia.

Inilah Keluarga Apel

Eh, ngomong-ngomong.... ada yang pengen ikutan gabung juga di acara Sharing Keluarga Apel ini? Biar bisa mendapat tamparan dari Iwan Setiawan? Silahkan bergabung dengan Twitternya 9s10A ya, pantau terus time linenya. Karena selalu ada berita update kapan mereka akan mengadakan acara sharing kembali. Mereka Road Show juga,lo kebeberapa kota, seperti Bogor, Malang, Bekasi, Bandung dll. 
 
Nah, buat temen- teman yang pengen ikutan "Sharing" 9S10A, tapi belum baca bukunya, Nah, saya kasih nih sinopsis buku 9 Summers 10 Autumns, ini dia ......

Di kaki Gunung Panderman, Batu, Malang di rumah berukuran 6 x 7 meter, seorang anak laki-laki bermimpi. Kelak, ia akan membangun kamar di rumah mungilnya. Hidup bertujuh dengan segala sesuatu yang terbatas, membuat ia bahkan tak memiliki kamar sendiri.

Bapaknya, sopir angkot yang tak bisa mengingat tanggal lahirnya. Sementara ibunya, tidak tamat Sekolah Dasar. Ia tumbuh besar bersama empat saudara perempuan. Tak ada mainan yang bisa diingatnya. Tak ada sepeda, tak ada boneka, hanya buku-buku pelajaran yang menjadi "teman bermain"-nya.

Di tengah kesulitan ekonomi, bersama saudara-saudaranya, ia mencari tambahan uang dengan berjualan di saat bulan puasa, mengecat boneka kayu di wirausaha kecil dekat rumah, atau membantu tetangga berdagang di pasar. Pendidikanlah yang kemudian membentangkan jalan keluar dari penderitaan. Dan kesempatan memang hanya datang kepada siapa yang siap menerimanya.

Dengan kegigihan, anak Kota Apel dapat bekerja di The Big Apple, New York. Sepuluh tahun mengembara di kota paling kosmopolit itu membuatnya berhasil mengangkat harkat keluarga sampai meraih posisi tinggi di salah satu perusahaan top dunia.

Namun tak selamanya gemerlap lampu-lampu New York dapat mengobati kenangan yang getir. Sebuah peristiwa mengejutkan terjadi dan menghadirkan seseorang yang membawanya menengok kembali ke masa lalu. Dan pada akhirnya, cinta keluargalah yang menyelamatkan semuanya

Pemain utama dalam film ini diperankan oleh Ihsan ‘Idol’ Tarore, yang dandanannya di film ini emang benar-benar mirip Bung Iwan. Coba perhatikan belahan rambutnya.,hahaha..mirip kali...

Film ini juga didukung oleh sederet aktor dan aktris ternama antara lain: Dira Sugandi, Alex Komang, Agni Pratistha, Hayria Faturrahman, Dewi Irawan. Selain itu juga diperkuat bintang pendatang baru, Shafil Hamdi Nawara sebagai Iwan kecil. 
  

Artis, kru dan pendukung Film 9 Summers 10Autumns

Film ini punya muatan tuntunan tentang nilai kekeluargaan, kebersamaan dan kasih sayang keluarga. Film produksi  Fortuna Sinema dan Artura Insanindo sangat cocok juga dilihat sebagai tontonan family.

Apakah film ini akan sama persis seperti apa yang diceritakan dalam Novel 9 Summers 10 Autumns??  Kasih tau gak ya ????

Ehmmm...
Tunggu tanggal mainnya di bulan April nanti ! Don't miss it!





Sumber Tulisan :
 -http://www.gramediapustakautama.com/buku-detail/84329/9-Summers-10-Autumns

- http://berita-it.com/sinopsis-dan-pemain-9-summers-10-autumns/

Sumber Foto ; 
- http://puncakbukit.blogspot.com/2012/12/9-summers-10-autumns-dari-kota-apel-to.html
-www.yangmuda.com
-google
-Koleksi pribadi 

T E M A N




Teman adalah "wakil" dari tuhan

Teman, perpanjangan tangan Tuhan

Tuhan memberikan teman kepada kita, agar kita tak sendiri. Agar ada tempat untuk becerita diantara mahluk sebaya, yang mungkin beda rasanya, beda ekpresinya dan berbeda pula tanggapannya jika bercerita dengan orang tua atau orang yang lebih tua.

Teman, pendengar setia cerita dan keluh kesah kita, tatkala ada hal hal tertentu yang tak bisa kita bagikan dengan keluarga. Tentu, tak bermaksud utnuk menomor duakan keluarga.


Teman, pengganti saudara dan keluarga dikala kita berjauhan dengan mereka.

Teman, juga yang menjadi penolong pertama dikala kita tertimpa musibah dan kesulitan.

Kenapa teman yang pertama menolong kita?

Karena setiap hari, separuh waktu kita dihabiskan di kantor, di sekolah, di kampus atau di dalam organisasi. Apalagi jika kita menjadi anak kos. Teman-temanlah yang mengelilingi kita. 

Jikalau kita sakit, apakah keluarga nun jauh disana yang akan bergegas menolong?? Ah, rasanya tak mungkin. Sepertinya, teman kamar sebelah atau teman satu ataplah yang pertama menolong kita. So, jadi anak kos tak perlu gengsi untuk memulai menyapa lebih dulu dan memancing percakapan hangat. Uhuuy !

Teman2 kos, saat hadiri salahsatu teman kos yang menikah

Bersama teman-teman kosan ketika barbeque bareng

 
Bergaul dengan banyak teman, bisa mengubah sifat dan kepribadian kita. Beruntunglah, jika berteman dengan orang yang baik dan baik-baik, dari lingkungan yang baik pula, karena kita biasanya akan mengikuti alurnya. Pun sebaliknya.

Tuhan telah menentukan semua yang kita dapatkan didunia ini Termasuk juga menentukan siapa teman kita. Siapa yang akan kita temani, dan dengan siapa kita berteman saat ini, nanti, pun yang telah kita lalui.

Bersama Sahabat masa kuliah dulu
 
Teman, menjadi pelipur lara ketika kita membutuhkannya untuk diajak menemani nonton film favorit, mendorong kita untuk ikut kompetisi (baca: ikut kuis dan lomba, qiqiqi), dinner atau sekedar cuci jalan ke mall.

Walaupun, terkadang teman sering membuat kita kesal dan marah. Namun demi menjaga kebersamaan yang telah tercipta selama ini, kita meredam rasa marah dan emosi kita. Supaya teman tak tersinggung, tak marah. Supaya ia tak lari. Karena tak mudah untuk mendapatkan teman, walau hanya seorang.

Ketika main-main kerumah teman  kuliah
 
Begitu banyak arti teman dan pertemanan. Meski banyak juga yang mengabaikan arti pertemanan.

Bahkan ada yang dengan mudah mencampakkan temannya, hanya karena permasalahan sepele, dan tak mengingat kebersamaan hangat yang telah tercipta selama ini, hanya karena ego semata. Duh...!

Namun, saya beruntung, masih dikelilingi orang -orang yang menghargai dan menghormati teman dan pertemanan, bahkan lebih dari saudara.

Dinner bersama teman kantor
 
Tak akan mudah dilupakan kenangan bersama teman semasa imut dan lugu ketika SD dan SMP, teman kongkow dan gaul ketika SMA, teman berbagi asa dan kemampuan melalui masa kuliah, hingga teman cekcok ketika sudah memasuki dunia kerja, seperti yang saya lalui saat ini. 


Biar Big, tapi kami kompak dan akur, hehehe

Karaoke bersama teman kantor stelah bertugas.

Ada ungkapan yang bilang" Kalau dekat bau kotoran (baca; ta'i, #up's sorry), tapi ketika tlah jauh berbau haruuuummm, seharum melati"

Mungkin itulah menandakan perasaan dan sifat manusia. Ketika sedang dekat dan akrab , kita tak terlalu menilainya berharga, namun ketika teman itu tlah jauh dan pergi, barulah kita sadar, betapa kita kehilangan dan berartinya seorang teman.

Lantas berandai- andai ...............

"Ah, kalau saja dia masih bersama aku sekarang, pasti akan begini...pasti akan begitu...bla..bla..bla..... "

Tapi, temannya tlah terpisah jarak dan waktu, gimana mau begitu dan begini lagi...???? Oh....#Nelangsa...



So, selagi masih ada teman disekitar kita, hargailah dan rangkulah untuk sebuah peradaban dan kelanjutan hidup yang lebih baik suatu saat nanti. 

Jangan hanya melihat satu kesalahan teman, tapi lihatlah juga berjuta kebaikannya. Ehem....

Ada ungkapan juga ungkapan yang bilang " Dibalik sesuatu yang tidak disukai, biasanya terselip sesuatu yang kita sukai "

Artinya, jika ada teman yang suka menyebalkan, biasanya dia juga punya sifat yang menyenangkan atau bisa membuat kita tersenyum....Cheerrsss...

Ketika berwisata bersama ke Kawah putih, Jabar

Dari bilik kamar kos mungil nan sepi, kutuliskan guratan ini, dan...teriring ucapan hangat : 

"Bersyukurlah untuk semua orang yang berstatus sebagai teman bagi teman, atas asa, kenangan, percekcokan, kekonyolan dan persahabatan yang terjalin selama ini".

Teruntuk orang- orang yang pernah atau mengaku sebagai temanku..


Peluk hangaatttt......Dari Bilik Kamar kos