Featured Slider

Aku Divaksin Covid! Kamu?

Hai, hari yang kutunggu tiba. Divaksin! 

Yup, setelah setahun lebih Virus Coronce berkeliaran bebas di Indonesia, ribuan orang  tewas, sejuta lebih terifeksi, berbagai sektor terkena imbas hingga banyak yang bangkrut dan karyawan di-PHK. Belum lagi rasa was-was setiap  mau ke luar rumah, takut ketemu sama orang dll.

Kini, perasaan khawatir itu sedikit terobati dengan VAKSIN.

Ya memang, dengan banyaknya orang yang sudah divaksin, bukan berarti pandemi berakhir. Tapi paling tidak, vaksin memberikan kekebalan terhadap tubuh kita. Jadi kalau kita kena coronce, gak akan parah dampaknya. Itu mengapa daku bahagia dengan kehadiran si vaksin.



Alhamdullilah, menurut pemerintah, Indonesia adalah negara terdepan di Asia Tenggara dalam  pelaksanaan vaksin. Di Saat negara-negara masih berebutan jatah vaksin, Indonesia malah berlari ke tahap dua vaksinasi Covid. Siapa dulu  dong presidennya? eaaaa..... ☺☺☺

Jumat, 26 Maret Maret 2021, pukul 11.30 WIB saya menuju menuju Balai Kota Jakarta atau kantor Gubernur Anies Baswedan. Di tempat inilah digelar vaksinasi tahap kedua khusus pekerja media. Tahap 1 sudah digelar sekitar awal Maret di Gelora Bung Karno untuk sekitar 5000-an pekerja media di Jabodetabek.

Namanya pekerja media, jadi tak hanya jurnalis atau wartawan yang divaksin, tapi semua karyawan yang bekerja di media. Mulai  dari staf HRD, keuangan, sales, markom, admin, sekuriti, office boy, dll.

Saat tiba, aula yang bakal jadi tempat vaksinasi, rupa-rupanya dipakai dulu untuk Salat Jumat. Baiklah saya harus menunggu. Padahal, pukul 12 siang saya udah nyampe lho, walau jadwalnya pukul 13-an, saking semangatnya gaes, hehehhe

Karena shift saya belum dimulai, jadi saya nyari tempat duduk buat nunggu waktu. Kebetulan di halaman balaikota ada tenda kosong. Duduklah saya di sana sembari tetap kerja dari hape ditemani sepoi-sepoi manja angin siang penghilang gerah. Tak lama, ada beberapa orang yang juga ikut ngadem di dalam tenda.

Saya melihat ada yang memakai baju seragam hitam, seragam merah dan seragam biru. Seragam itu adalah khas seragam salah satu TV swasta di Indonesia. Juga ada mobil OB Van berlogo TV swasta.

OB Van adalah sebuah studio berjalan (mobile studio). Di dalamnya ada peralatan untuk produksi sebuah siaran layaknya studio in-house sebuah stasiun TV untuk menghubungkan ke Master Control Room sebuah stasiun.

Biasanya, kalau ada OB Van, akan ada siaran LIVE. Apakah  vaksinasi covid khusus pekerja media ini di-live-kan juga oleh stasiun TV swasta tadi? Bisa jadi. Atau bisa juga, sopir atau tim OB Van tadi ikut vaksinasi, jadi mereka membawa mobilnya ke Balaikota, hehehe..

Selain melihat OB Van, di dalam tenda yang sama, saya juga mendengar obolan soal "media" 

"Beruntung deh kita gak di-PHK," ujar salah satu mbak berhijab hitam yang duduk di depan saya saat ngobrol bersama teman di sampingnya. Dari obrolan mereka, saya tahu mereka juga pekerja media dan tengah menunggu waktu vaksinasi, sama seperti saya.  

Yach.., namanya juga vaksinasi khusus untuk pekerja media, jadi yang saya temui tak jauh dari orang-orang media dan obrolan soal media pula, hehehe....

Tiba pukul 13, saya menuju aula. Ternyata sudah rame dan antre. Panitia sudah duduk di tempatnya, kegiatan yang dinanti pun langsung dimulai. 

Celingak-celinguk mata saya, nyari teman sekantor yang jadwalnya barengan sama saya. Oh, ketemu! Ada Derry dan Bimo. Eh, saya juga ketemu teman kantor yang sudah resign. Mbak Dessy.  Dia masih kerja di media juga. Reuni deh, hehehe

Antrean saat didata atau diverifikasi awal bagi pekerja media yang sudah terdaftar

Tahap kedua ini, selain pekerja media, yang diprioritaskan juga untuk menerima vasin adalah  guru/ dosen, pedagang pasar, wakil rakyat, tokoh dan penyuluh agama, pejabat negara, sektor transportasi, atlet dan petugas pelayanan publik lainnnya.

Nama-nama yang akan divaksin sesuai jadwal, sudah ada dalam data base panitia. jadi gak bisa on the spot atau ujug-ujug datang ke lokasi tanpa melalui pendaftaran melalui aliansi dan pihak terkait terlebih dahulu. 

Di meja registrasi awal, panitia akan cek dan ricek dulu nama dan nomor KTP peserta. Kalau nama kita sudah tercantum, ya bearti lanjut proses vaksinasinya.

Proses ini tak memakan waktu lama. Lancar jaya. 

Setelah dikroscek, saya diarahkan menuju aula tempat vaksinasi. Sebelum masuk aula, antre lagi, karena harus menunggu pergerakan peserta sudah ada di dalam dulu. 

Nomor Antreanku menuju aula vaksinasi.
 Penulisan "Antre" secara baku, benar. Bukan "Antri" 

Dan proses ini juga tak lama. Hanya nunggu 5-10 menit nomor saya dipanggil dan masuk ke aula. Nah, di aula ini lumayan lama nunggu panggilan nomor saya. Adalah sekitar 30 menitan. 

30 menit itu karena para peserta harus menunggu peserta lain untuk proses tanya jawab dengan nakes. Lalu pindah ke meja lain untuk tensi darah, dan meja terakhir tanya jawab sama dokter.

Saat di tensi, lumayan tinggi tensi darahku, tapi untungnya masih termasuk dalam ambang normal atau diperbolehkan untuk vaksin. Kalau gak salah 130 per 80. Ya Alloh,  padahal selama ini  biasanya cuma 120-an. Apakah karena aku tegang atau lagi banyak masalah, hingga tensi darahku naik? Atau aku terlalu gembira karena mau divaksin, hingga tensi darahku juga ikut meluap-luap seperti rasa gembiraku,  hehehe

Suasana di dalam ruangan vaksinasi. Ada 6 meja berjajar, dan 3 meja berderet ke belakang.
Meja demi meja itu adalah proses cek dan ricek, tensi darah dan tanya jawab.


Di meja terakhir, tanya jawab sama dokter, terkait penyakit yang kita idap. 'Pernah terinfeksi covid? Mengidap sakit asma, darah tinggi? Ada alergi apa?" begitu kita-kira pertanyaan dari dokter.

Sesi tanya jawab dengan dokter berakhir, saya langsung menuju ke meja vaksinator untuk divaksin.

 OMG, ini adalah momen yang kunanti-nanti selama pandemi ini.  

Setelah hanya sempat melihat dan mendengar cerita-cerita dari teman-teman yang dapat giliran tahap 1 sekitar 3 mingguan lalu, kini sampailah tahap kedua. Oh, Beb, daku akhirnya merasakan juga  dienjus..enjus... duh manjah banget sih jarumnya... 

Momen langka ini tentu tak luput kuabadikan. 

Saat tiba giliran diri ini menuju meja tempat  divaksin, hape udah stanby buat selfie video, hahahah.. Sengaja divideoin daripada difoto, biar dapet banget momentnya. Kalau difoto, kadang blur-lah, gak pas dapat momen saat vaksinatornya menyuntikkan jarum, dll. Ini udah kupikirin  banget sejak dari rumah, wkwkw. Saking happy-nya mau divaksin, hehehe. 

Dan, gegara sibuk memerhatikan penampakan diriku yang syahdu dan penuh pesona ini di video saat selfie,  gak terasa jarumnya tiba-tiba udah mendarat aja di lenganku yang montok inih.... Aw...


Tips, untuk kamu yang takut jarum, saat vaksin, ya fokus ke hal lain saja. Semisal cara saya tadi. Fokus melihat ke video saat selfie, eh tahu-tahu sudah disuntik aja. Jadi gak usah lihat jarumnya, hehehe.

Untugnya saya gak takut sama jarum, jadi lebih tenang saat divaksinasi sambil ngerekam gambar atau ngambil video. 

Gimana rasanya setelah divaksin? Unnccch, aku berasa tambah manjah deh...

Sakit gak disuntik?

Duh, Beb, sesakit-sakitnya ditusuk jarum suntik, lebih sakit lagi saat kau tusuk-tusuk hatiku dengan janji palsumu....... *langsung mesen kopi "kenangan mantan"  ⌣⌣⌣




Setelah divaksin, kami diwajibkan untuk 'ngetem' dulu di lokasi selama 30 menit, untuk jaga-jaga kalau ada gejala/efek setelah divaksin atau Kejadian Ikutan PascaImunisasi (KIPI). Istilahnya: masa obervasi. 

Alhamdullilah, saya tidak merasakan dampak apa pun. Ada beberapa teman-teman yang merasakan ngantuuuuuuk banget atau lapaaaar banget setelah divaksin. Saya Alhamdullilah baik-baik saja, tidak merasakan dampak tadi.

Oh ya, dua hari sebelum divaksin, kalau bisa tidur cukup, jangan begadang, karena kurang tidur bisa memengaruhi imunitas tubuh. Setelah divaksin pun, juga kudu jangan begadang, agar lebih menstabilkan imunitass tubuh. Ini saran dari Kemenkes lho. 


Yang di depan petugas adalah tempat/ kursi khusus observasi bagi yang sudah divaksin

Ini petugas yang memberikan info, pascaobservasi

Sisi ruangan tempat observasi


Setelah sampai di rumah, saya lanjut bekerja lagi. karena dapat giliran jadwal KDR atau Kerja dari Rumah, karena Jakarta dan beberapa daerah lain sedang dalam masa PPKM Mikro. Kantor tempat saya bekerja masih membatasi pekerja yang KDK (Kerja dari Kantor). Jadi yang datang ke kantor hanya sekitar 30-50 persen karyawan saja, sisanya kerja dari rumah. 

Alhamdullillah ya Beb, sudah setahun ini ngerasain kerja dari rumah, berjibaku dengan laptop, zoom, dan kordinasi via WA yang adakalanya gak putus-putus, sampe jempol capek, hehehe...

Yachhh, semoga pandemi segera berlalu. Jangan takut dan malas untuk divaksin ya.. Jangan terpengaruh berita bohong atau keliru soal vaksin ya Beb, ntar kamu sendiri yang rugi, udah dikasih gratis, masak masih gak mau juga? hehehe...

Kini daku tinggal menunggu vaksin sesi kedua. Semoga kita sehat selalu dan pandemi segera berlalu. Aamiin. 

Kamu sudah divaksin?


Pintu Keluar


Serasa Mandi Parfum dengan Vitalis Body Wash




Kalau  ada sesuatu yang mengeluarkan bau harum di sekitar saya, tentu bikin diriku yang manjah namun mandiri ini, betah. Apalagi kalau wanginya pas. 

Begitu juga saat ngobrol sama teman atau ngumpul di tempat keramaian, seperti di kereta api, bus umum atau supermarket, kalau mencium  aroma bunga atau parfum pasti saya akan betah berada di sana.

Maka itu, biasanya orang menyemprotkan parfum di tubuh atau di bagian pakaiannya agar bisa mengeluarkan bau harum bak bunga, sehingga orang lain betah berada di dekatnya.

Tolong, Jangan Kau Bakar Hutan, Jika Tak Ingin Bahan Pangan Musnah!


Suasana Forest Cuisine Blogger Gathering WALHIxBPN

Madu, kopi, teh herbal dari kunyit, garam, lada, sirup, tepung, sagu kering, minyak cengkeh, dan poach hijau bertuliskan WALHI berwarna hijau, menarik kaki saya untuk mendekat.

Ragam pangan itu menyambut kedatangan saya di Almond Zucchini Cooking Studio, Jl. Brawijaya VII Pulo Kebayoran Baru Jakarta, Sabtu (29/2/2020).

Pangan-pangan yang dipajang itu berasal dari hutan, dikelola masyarakat setempat dan dibantu dipasarkan oleh LSM Lingkungan Hidup WALHI.

Dari Hutan Hingga Mejeng di Supermarket, Perjalanan Si Jamur Kuping yang Jadi Santap Siangku




Kupikir hutan itu gelap, seram dan angker. 

Oh, mungkin diri ini sering mendengar drama radio yang menggambarkan kalau hutan itu tempat tinggalnya mak lampir, dedemit dan  teman-temannya, hehehe...

Tapi gambaran itu sirna, setelah saya merasakan masuk ke hutan untuk pertama kalinya sekitar 10 tahun lalu. Tak ada kesan angker, gelap dan seram. 

Di hutan yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cianjur Jawa Barat (sebelumnya saya menulisnya Cirebon, dengan ini saya ralat, maafken sayah) kesejukan dan udara bersihlah justru yang saya nikmati. 

Perkara Sendawa: Dianggap Tak Sopan di Indonesia, Justru Diharapkan di Negara Lain


Saya susah untuk menahan sendawa, bahkan gak pernah menahannya. Kalau sendawa ya sendawa aja. Ya gimana, namanya reaksi tubuh yang refleks.

Sendawa hal yang normal, toh. Biasanya terjadi, setelah mengonsumsi makanan atau minuman tertentu. Jangankan minuman tertentu, menenggak air putih saja, saya bisa  sendawa, hahaha.

Kalau yang saya baca di halodoc.com, sendawa merupakan cara tubuh untuk mengeluarkan gas berlebih secara alami. Proses keluarnya gas dari tubuh adalah hal yang baik, sebab bertumpuknya gas di dalam tubuh atau perut bisa menyebabkan gejala kembung dan nyeri pada area perut.